Pria Dingin Tapi Perhatian

1070 Kata
“Ayo, cepat buat keputusan. Ikut denganku atau tinggal bersama mereka?” Ujar Dave menekan kata-katanya kepada Ayla yang sedang menangis tertunduk. Perlahan gadis itu mendongak melihat Dave. Mengusap air mata di wajahnya. “Tolong, bawa saya pergi dari sini. Apapun akan saya lalukan. Asalkan bisa pergi dari tempat terkutuk ini.” Ucap Ayla menahan tangis. “Ingat! Dan jangan pernah lupakan apa yang kau ucapkan pada ku malam ini!” Sahut Dave dengan wajah dinginnya. Tubuh Dave yang tinggi, kekar dengan d**a yang bidang. Tentu saja menggendong tubuh kurus gadis yang ada di hadapannya itu sangatlah mudah. Dengan menyampirkan seprei ke tubuh Ayla. Dave menggendong Ayla ala bridal style. Membawa tubuh kurus gadis itu turun ke lantai bawah. Melewati orang-orang yang menatap mereka keheranan namun kembali menikmati minuman alkohol di tangan mereka. Ayla menyembunyikan wajahnya di d**a pria penyelamatnya. Rasa malu sudah taa ia fikirkan. Yang ada hanyalah rasa trauma dengan apa yang terjadi kepadanya hari ini. Tiba di parkiran, tanpa membuang waktu lama. Dave pun segera memasukkan tubuh Ayla ke dalam mobilnya. Di dalam perjalanan, keduanya hanya diam dan larut dengan fikiran masing-masing. Lalu tiba-tiba mobil Dave berhenti di sebuah mall. Pria itu melihat spion tengah untuk memerhatikan gadis yang duduk di jok belakang mobilnya. “Tunggu di sini! Diam dan jangan membuka pintu mobil. Apa kau mengerti?!” Kata Dave kepada Ayla. Gadis itu hanya mengangguk tanpa bersuara. Melihat Dave yang keluar dan terlihat masuk ke dalam mall. Ditinggal sendirian, kembali Ayla menangis tersedu-sedu. Kejadian sore tadi kembali terputar dengan jelas di ingatannya. Bagaimana ia harus terpisah dengan Tante Yanti. Dibawa dan di jual ke Club malam dan mendapat perlakuan menjijikan dari para p****************g. Semua karena perbuatan jahat Paman Mukhlis. Pria tak tau diri yang hanya mementingkan uang. Ayla kembali menangis sambil menggigit bibirnya agar suara tangisnya tak terdengar keluar. Tangannya terkepal, memendam kebencian kepada suami sang Tante. Seprei yang menutupi tubuhnya ia pegang kuat-kuat. Ia menangis tersedu-sedu. Tak menyangka, nasib hidupnya malang seperti ini. Tangisnya berhenti saat Dave masuk ke dalam mobil. Lalu memberikan ia bungkusan merk sebuah pakaian ternama. “Pakai baju itu! Saya tak ingin orang melihat dan menatap aneh kepada kita saat tiba di apartemen nanti.” Titah Dave menatap jalanan di depan mereka. Ayla melihat ke dalam bungkusan itu. Sebuah dress berwarna kuning dan sepasang sandal bertali hitam. “Saya tak tau ukuranmu berapa. Saya hanya menebaknya saja. Semoga cocok di tubuhmu. Segera kenakan agar kita bisa segera pergi dari sini.” Lanjut Dave datar. ‘Bagaimana aku ingin menukar baju? Jika aku memakainya di sini. Bukankah dia akan melihatnya?’ Batin Ayla menatap punggung Dave yang ada di kursi kemudi. “Aku tidak akan melihatmu. Pakailah dress itu cepat.” Ujar Dave membuat Ayla perlahan mengangguk dan melepaskan seprei di tubuhnya. Mengeluarkan dress itu dan dengan cepat memakainya. Dave tanpa sengaja melirik ke arah spion tengah. Saat melihat punggung Ayla yang putih bersih. Sebuah perasaan berdesir hadir di dalam dirinya. Takut ketahuan akan perbuatannya, ia segera mengalihkan pandangannya serius ke depan. “Permisi, Tuan.” Ucap Ayla malu tapi terpaksa. “Hm, ada apa?” Sahut Dave. “Bisa tolong tarik resleting dress ini?” Pinta Ayla. “Putar lah tubuhmu.” Ujar Dave. Ayla segera melakukan apa yang Dave katakan. Mengangkat rambutnya ke atas. Agar memudahkan pria itu menarik resleting dress nya. Dave menoleh ke belakang dan tanpa sengaja menyentuh kulit punggung Ayla yang terasa halus di tangannya. Seketika ia berdeham agar perasaan di dirinya tak kacau kemana-mana. “Sudah.” Dave kembali duduk di kemudi. “Terima kasih, Tuan.” Ucap Ayla. “Hm.” Jawab Dave berdeham pelan. Lalu dengan cepat kembali menghidupkan kendaraannya dan segera pergi dari tempat itu sebelum pak satpam datang dan menatap curiga kepada mereka berdua. Mobil berhenti di mana apartemen Dave berada. Keduanya segera keluar dan setelah memastikan kendaraannya terkunci. Pria itu segera membawa gadis itu naik ke lantai atas. Ting.. Pintu lift terbuka.. Dan mereka tiba di depan pintu apartemen. Setelah menekan sandi dan pintu terbuka. Keduanya melangkah masuk ke dalam. Melihat tubuh gadis itu masih gemetaran. Dave segera menurunkan suhu pendingin ruangan. “Duduklah.” Ucap Dave datar. Ayla menurutinya. Matanya melirik melihat suasana ruang apartemen milik pria yang sudah menolongnya itu. Ia tak tau nasibnya ke depan bagaimana. Tak mungkin dia kembali ke rumah sang Tante. Di mana Paman Mukhlis berada. Sementara Ayla sibuk dengan nasib akan dirinya ke depan. Dave juga larut dalam fikirannya akan apa yang harus ia lakukan dengan gadis ini. Tak mungkin ia menampung gadis ini tinggal bersamanya dalam jangka waktu yang lama tanpa diketahui oleh sang adik. Menghela nafas panjang. Dari jarak dekat, Dave bisa melihat wajah Ayla yang masih tampak pucat. Cukup lama pria itu memperhatikan wajah gadis di hadapannya tanpa berkedip. Ingatannya pun kembali pada kejadian beberapa waktu yang lalu. Saat di mana dia melihat Ayla terlihat sangat ketakutan di seret dan disentuh para pria yang sudah merobek dan menyentuh tubuhnya. “Siapa nama lengkap mu?” Tanya Dave dengan wajah datarnya. “A.. Ayla Nuraisyah, Tuan.” Jawab gadis itu gagap. “Berapa umurmu?” Kembali Dave bertanya. “Delapan belas tahun, Tuan.” Balas Ayla. ’18 tahun? Beda 12 tahun sama aku.' Batin Dave. “Tuan.” Panggil Ayla. “Panggil aku, Dave. Itu namaku dan jangan panggil aku tuan.” Sahut pria itu dingin. “Baiklah, Tu.. Eh, Dave.” Ucap Ayla. “Kejadian tadi. Jangan mengingatnya jika kau takut. Anggap saja itu hanyalah sebuah mimpi buruk yang telah kau alami. Semua manusia akan mengalami suatu hal buruk dalam hidup mereka. Tinggal bagaimana mereka harus menyingkapinya.” Dave mengingatkan. Dave lalu memperhatikan jarum jam di dinding rumahnya. Tepat pukul 11 malam. “Jika ada yang ingin kamu tanyakan. Besok saja. Sekarang istirahatlah.. Kamar yang ada di sebelah itu kosong. Kamu tidur di sana. Kalau ada apa-apa, ketuk pintu dan beritahu saya.” Beritahu Dave. “Baik.. Terima kasih, Dave.” Ayla perlahan berdiri dan melangkah menuju kamar yang Dave katakan. Gadis itu menunduk hormat lalu perlahan menutup pintu kamarnya. Meninggalkan Dave yang sendirian berada di ruang tamu apartemennya. Fikirannya dipenuhi banyak pertanyaan dan rencana akan langkah apa yang selanjutnya ia ambil ke depannya bersama gadis yang bernama Ayla Nuraisyah. ’12 tahun?! Jarak umur kami sangat jauh terpaut. Jika aku nekat membawanya ke depan Ayah dan Bunda. Apa yang akan mereka katakan padaku? p*****l? Astagfirullah.. Bahkan memikirkannya saja membuatku merinding.’ Batin Dave segera berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN