Episode 2

1174 Kata
Cristal membuka lemari mencari baju yang akan ia kenakan untuk ke party, jika bukan Karin yang mengajaknya ia lebih memilih berdiam di rumah aja jadi kaum rebahan sambil menonton drama Korea kesukaannya. Dari pada datang ke tempat seperti itu ia merasa tak cocok berada di sana. Akhirnya Cristal pun memilih dress berwarna hitam tanpa lengan dengan belt kecil yang melingkar di pinggang, rambut di biarkan terurai dengan model rambut curly bawah, tak lupa ia menyematkan anting model panjang hingga bahu sebagai penyempurna. Untuk sentuhan terakhir ia memoleskan lipstik berwarna peach. Terdengar suara ketukan pintu yang bisa ia tebak Karin pasti orangnya siapa lagi karena hanya dia yang tau alamatnya saat ini. Cristal pun membuka handel pintu membuka sedikit celah untuk Karin dan menyembulkan kepala. Tanpa disuruh pun Karin sudah masuk lebih dulu dengan senyum terkembang di wajahnya. ''Gak salah itu baju? Pake warna item dah kaya mau ke pemakaman aja,'' cicit Karin menilai penampilan Cristal dari atas ke bawah. ''Memang kenapa ada yang salah?'' ''Enggak sih, kaya orang lagi berduka aja, tapi over all selalu cantik dan modis.'' ''Bohong banget bilang aja jelek.'' ''Kapan kamu jelek kece gini kok. Kalau aku cowok pasti dah naksir kamu. Jalan yuk keburu ke malam nanti, ingat ya jangan jauh-jauh dari aku.'' ''Iya, Karin bawel. Lama-lama kamu kaya emak-emak kompleks, deh.'' Cristal dan Karin pun jalan beriringan menuju mobil yang terparkir di depan rumah saling bercanda, hingga sampailah mereka di sebuah hotel tempat di adakannya acara dan menuju klub tempat diadakannya pesta. Suara dentuman elektronik house terasa menggema mengisi penjuru ruang, larut dalam alunan musik yang dibawakan oleh DJ mereka berjoget meliuk mengikuti irama. Cristal memasuki area klub yang sudah dipadati oleh beberapa tamu undangan dan semua tamu pun diberi voucher menginap di hotel gratis sehari semalam. Cristal pun lebih memilih duduk di pojokan bersama dengan Karin yang masih setia di dekatnya, Cristal hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Karin yang heboh bergoyang sambil duduk. ''Turun sana kalau mau joget.'' ''Enggak, kasihan kamu sendiri gak ada yang nemenin.'' ''Emang anak kecil. Aku gak pa-pa kok di sini sendiri, tenang aja.'' ''Beneran gak pa-pa?'' tanya Karin meyakinkan sambil meremas jari jemari Cristal. ''Iya, Karin ... have fun, ya. Aku nunggu di sini gak kemana-mana kok tenang aja.'' ''Oke deh kalau gitu.'' Karin pun beranjak dari duduknya melantai bersama dengan temannya yang lain berjoget menikmati alunan musik yang terasa memekakkan telinga ia terlihat sangat senang dan menikmati suasana pesta, sedang Cristal duduk seorang diri sibuk dengan lamunannya memikirkan banyak hal terutama soal masalah yang menimpanya saat ini. Hingga datang lah seseorang pelayan menawarkan minuman, awalnya Cristal menolak tetapi, karena merasa tidak enak ia pun mencoba satu gelas kecil. Namun siapa yang sangka efeknya membuat ingin mencoba sekali lagi. Rasanya manis seperti buah dan yang pasti membuat Cristal serasa terasa ringan, beban di pundaknya seperti hilang seketika perasaannya rasanya seperti melayang di udara. Penasaran, Cristal pun meminta satu sloki minuman itu lagi, kata orang vodka namanya. Ingin rasanya ia menghentikan waktu tepat saat ini dan tak ingin terjaga kembali. Cristal pun menelungkupkan kepalanya di meja tangannya ia jadikan sebagai tumpuan kepala sambil tersenyum dan merancau tak jelas mengutarakan segala isi hatinya. Hingga datang lah seseorang menghampiri dan mengajaknya pergi agar bisa beristirahat di kamarnya, Cristal pun menurut tanpa perlawanan karena ia pun merasa pening dan tak kuat berlama-lama berada di keramaian. Malam semakin larut suasana pun terasa semakin ingar bingar dan panas, apa lagi saat sang DJ melakukan performance dengan menari meliuk-liuk di atas panggung, animo para tamu makin tak terkendali meneriakkan nama sang Dj yang terlihat sangat cantik, sexy dan energik membuat para kaum Adam betah berada di dekatnya dan memandang lapar ke arahnya. Di sinilah Cristal berada disalah satu kamar hotel berbaring tak berdaya, yang ia ingat hanya perasaan ringan tanpa beban hingga beberapa kali senyum-senyum sendiri. Cristal yang setengah sadar pun tak menyadari jika kini ada orang lain bersamanya, hingga orang itu berada di atasnya dan tiba-tiba menyentuh wajahnya dengan lembut menekan ke dua tangannya, meski setengah sadar ia pun berusaha memberontak karena apa yang dilakukan tidaklah benar. Apalagi pria itu dengan lancang mencium bibirnya hingga seperti kehabisan oksigen dan mulai turun ke arah leher dengan kecupan basah, seperti vampir yang tengah menyedot darahnya dan ia merasa seperti ada gelenyar aneh di bawah sana. ''Lepas, tolong. Kamu siapa?'' Cristal berusaha melepas belitan yang mengungkungnya dengan mendorong d**a bidang pria itu. ''Tugas kamu sekarang melayani aku. Jadi, gak usah munafik sok-sok berontak deh.'' Pria itu menekan ke dua tangan dan melanjutkan aksinya kembali tak menghiraukan Cristal yang terus saja memberontak. Cristal pun hanya bisa pasrah tenaganya melemah rasanya ingin berteriak dan berlari tetapi raganya seperti terpasung. Aroma lavender dari tubuh Cristal terasa seperti candu untuknya hingga ia berkali-kali mengigit kecil leher itu menghidu aroma tubuhnya yang segar dan menenangkan. Dengan gerakan slomotin pria itu mulai menanggalkan bajunya satu persatu, menarik paksa baju yang Cristal kenakan hingga kulit mereka saling beradu menimbulkan sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, rasanya seperti terlempar ke dunia berbeda. Pagi menyapa sinar mentari masuk melalui celah-celah kecil ventilasi udara, Cristal pun mulai membuka mata saat ia merasa hawa dingin teras menembus pori-pori kulitnya. Ia masih belum menyadari apa yang telah terjadi semalam dan berharap apa yang terjadi adalah mimpi. Perlahan kelopak matanya terbuka dan membiarkan retina matanya beradaptasi dengan cahaya yang masuk menghangatkan ruangan hingga menimbulkan sensasi hangat dalam waktu bersamaan Cristal ingin merentangkan ke dua tangan karena ia merasa tubuhnya seperti remuk entah apa sebabnya gerakannya seperti terbatas, alangkah terkejutnya ia saat mendapati tubuhnya yang polos tanpa sehelai baju yang melekat pada tubuhnya, buru-buru ia menarik selimut menutupi hingga d**a. Belum hilang rasa terkejutnya kini ia merasa seperti ada lengan kekar yang melingkar di perutnya, seorang pria tepat berada di sampingnya tengah tertidur lelap dengan kondisi polos sepertinya. Air mata luruh seketika, seperti ada godam yang menimpa dirinya. Perlahan kesadarannya pun pulih barulah ia sadar apa yang menimpanya semalam bukan mimpi. Cristal memekik tertahan dunianya runtuh seketika semua terasa gelap, membuatnya kepalanya semakin pening, buru-buru ia beringsut dari tempat tidur mengambil bajunya yang berserakan di lantai dan segera pergi dari tempat terkutuk ini pulang ke rumahnya. Gerakannya sedikit terhambat saat ia merasakan bagian bawahnya terasa nyeri, tetapi rasa itu tidak dipedulikan yang ia inginkan saat ini adalah segera sampai ke rumah dan melepaskan semua beban di hati. Awan gelap berarakkan di atas sana seperti mewakili perasaannya tak lama hujan pun turun bersamaan dengan angin kencang dan petir yang menggelegar. Cristal berjalan menapaki paving dengan memeluk tubuhnya sendiri menuju rumahnya. Derasnya hujan tak ia hiraukan merasa kotor dan pikiran buruk mulai menghinggapi tentang bagaimana hidupnya di masa mendatang, apakah bias hidup normal seperti dulu atau akan berefek besar pada kehidupannya. Beruntung ia tinggal seorang diri jadi tak kan ada yang tau betapa kacaunya ia saat ini. Gegas Cristal segera masuk ke dalam rumahnya berderap menuju kamar mandi membersihkan tubuhnya yang terasa kotor dan berharap apa yang terjdi dengannya adalah sebuah mimpi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN