“Ibu tahu, kau tidak akan pergi hari ini, Hores.” Perempuan itu berbicara pada anak lelakinya yang masih terbaik di ranjang dengan belalai medis. Meski semalam anak lelaki itu sempat membuat hati Winessa ketar-ketir lantaran kejang-kejang, akhirnya anak lelaki itu kembali tidur dengan tenang seperti bayi beruang. Sementara itu, Winessa kembali duduk di samping ranjangnya. Selang beberapa waktu, terdengar lagi ketukan pintu. Perempuan itu tak menoleh. Tidak tertarik untuk mengetahui siapa yang datang ke kamar inap anak-anaknya. Ia hanya peduli pada wajah anak lelakinya yang kian hari kian memucat. Tangannya yang mulai dingin karena sudah berminggu-minggu terbaring di ruang berAC. “Bagaimana keadaan Hores?” Begitu seseorang yang baru saja datang itu tiba di dekat ranjang Hores, ia bert

