7. Merindukan Sang Ratu

683 Kata
Kapal kecil yang hanya dihuni oleh seorang pria dan lima makhluk kecil terapung di samudera. Cahaya bulan mengikuti mereka, membimbing ke mana arah kapal itu berlayar, juga menjadi pelita untuk penumpang di atasnya. Liggy yang merupakan peri pelita sangat berpengaruh untuk menerangi mereka malam ini dan malam-malam selanjutnya. Tiga peri masih terjaga dalam kesunyian malam di luasnya lautan. Mereka adalah Lin Lin dan Dax, yang menemani Liggy malam ini. Sementara Flynn dan dua peri kecil lainnya sedang tertidur pulas. Di atas kapal kecil itu, tampak Dax yang setia menjaga air laut di sekitar kapal mereka agar tetap tenang. Selain untuk mencurahkan kesetiaannya pada air laut, Dax juga memiliki alasan lain tentang mengapa dirinya masih terjaga malam ini. Benar sekali, semua itu sebab Lin Lin yang belum memejamkan mata. "Kau tidak tidur?" Liggy bertanya setelah bosan melihat Lin Lin yang hanya duduk tanpa memiliki tugas. Lin Lin menoleh pada pemilik suara. "Aku tidak ngantuk," jawabnya. "Kau sering tidur larut malam belakangan ini?" Kali ini Dax yang bertanya. Seolah dirinya mengetahui apa yang selalu dilakukan Lin Lin setiap malam, walau memang pada kenyataannya dia tahu. Untuk beberapa saat Lin Lin membatu, memikirkan jawaban, dia tidak yakin jika harus menjawab jujur. "Emm, ya … " Jawaban Lin Lin itu tak selesai. "Apa kau punya pekerjaan yang harus diselesaikan? Kenapa kau tidur larut malam?" Liggy kembali bertanya, memaksa Lin Lin untuk mencari alasan. "Tidak, aku hanya terpikir bagaimana keadaan Esther, kehilangannya membuat aku tidak bisa tidur dengan tenang," jawab Lin Lin panjang. Nada bicaranya terdengar sangat menjiwai, raut sedih pun tergambar di wajahnya, siapa yang tidak akan percaya padanya. Kalimat Lin Lin itu turut mengundang kesedihan di wajah Liggy dan Dax, mereka bisa merasakan kehilangan yang sama seperti Lin Lin. "Tenang lah, aku yakin kita bisa membawa Esther kembali ke Fairy Island," ucap Dax mengembalikan suasana. "Dax benar, kau harus beristirahat Lin Lin, bahkan aku saja sangat mengantuk sekarang, hoaaam …." Liggy menguap sebab dikuasai oleh kantuk. "Bukankah kau sudah tidur siang?" "Ya memang, tapi tetap saja malam waktunya untuk tidur," jawab Liggy sesuai dengan kata hatinya. Lin Lin dan Dax tersenyum geli, bagaimana bisa peri tidur itu menjadi pelita? "Kau bisa tidur jika kau mau, aku akan membangunkanmu jika cahaya bulan tertutup awan," ucap Lin Lin. Liggy tersenyum penuh arti. "Akhirnya aku mendengar apa yang ingin aku dengar, hoaam." Dia langsung merebahkan tubuhnya dan tertidur di sebelah Fawna. "Seharusnya ratu membuat kau menjadi peri tidur," kata Lin Lin menggoda. "Hmm, ratu … " Terdengar suara Dax bergumam. "Kau merindukannya?" "Hm?" "Aku juga merindukan sosok sang ratu, meskipun aku tidak pernah melihatnya sejak tiba di Fairy Island," ucap Lin Lin, dia terbang dan duduk di sebelah Dax yang berada di ujung sampan. "Oh, begitu kah, tapi sebenarnya aku tidak merindukannya," ralat Dax. "Lalu kenapa kau bergumam tentang ratu?" "Karena kau menyebutnya." "Oh iya. Hmm, apa aku akan benar-benar menjadi peri terakhir?" tanya Lin Lin. "Sepertinya begitu lah. Tidak ada lagi peri baru yang datang setelah kau, dan setelah Ratu Allura meninggalkan Fairy Island." "Hmm … aku merasa terlahir tanpa induk, ratu seperti induk paus yang meninggalkan anak-anaknya," ujar Lin Lin, semua kesedihan dan kekecewaan berkumpul di dadanya malam ini. Dax memberikan senyum penyemangat untuk Lin Lin. "Tidak perlu sedih. Kalau ratu ada di sini, aku yakin dia juga tidak ingin melihatmu sedih." "Benarkah?" "Aku rasa begitu," jawab Dax yakin, padahal keyakinannya itu harus dipertanyakan kembali, sebab Ratu Allura benar-benar telah pergi meninggalkan mereka untuk kehidupan baru setelah kecerobohan dan ketamakan memenuhi dirinya. Hujung malam itu mereka habiskan untuk mengobrol santai sebelum akhirnya Lin Lin memutuskan untuk istirahat. Peri kecil itu menguap kantuk, dia pamit untuk tidur lebih dulu pada Dax. "Hoaam, sepertinya aku tidak bisa lagi menahan mataku untuk tetap terbuka," kata Lin Lin seraya meregangkan otot-otot tubuhnya. "Tidur lah, biar aku yang berjaga malam ini," jawab Dax. "Baiklah." Dengan sedikit sempoyongan, Lin Lin terbang rendah menuju tubuh Flynn yang terbaring di sampan dengan balutan selimut yang terbuat dari lembaran daun. Peri itu menguap lagi sebelum mengambil posisi untuk tiduran di atas d**a* Flynn, membuat kedua mata Dax yang sejak tadi mengikuti jejaknya segera mengalihkan pandangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN