Bab 1. Malam panas
Di sebuah ruangan mewah, tampak dua orang tengah saling memuaskan satu sama lain di bawah pengaruh alkohol.
Sang wanita cantik nan seksi yang berada di bawah tubuh lelaki tampan berbadan kekar, terus saja mendesah seolah meminta agar permainan mereka terus dilanjutkan.
"Cepat aku sudah nggak tahan!" desaknya menginginkan yang lebih saat lelaki itu mengecap bagian-bagian tubuhnya yang sensitif.
Lelaki yang dalam pengaruh alkohol tersebut, tersenyum menyeringai. Akan dia buat wanita yang ada di bawahnya ini kewalahan menyeimbangi permainannya. Wanita itu harus tahu betapa ia buas di atas ranjang, bahkan dia bisa melakukan hingga beberapa ronde dan akan membuat wanita itu menyesal karena sudah menggodanya.
Kedua orang tak saling kenal itu pun, saling memuaskan layaknya pasangan suami istri. Mereka seolah melampiaskan segala hasrat yang sudah lama terpendam. Masing-masing tak menyadari bahwa perbuatan dosa yang dilarang agama itu bisa saja membawa malapetaka nantinya.
Kedua orang itu ambruk ketika sudah mencapai puncak kenikmatan. Sama-sama terkapar dalam posisi tak sadar. Badan keduanya terasa lengket dengan bermandikan keringat akibat permainan panas mereka berdua. Kulit saling menempel dengan tubuh yang masih memeluk satu sama lain, tanpa sadar bahwa mereka sebenarnya dua orang yang tengah patah hati karena keadaan.
"Terima kasih," ucap lelaki itu dengan mata yang ikut terpejam.
* * *
Pagi menyingsing tiba, seorang wanita tengah bergelut nyaman di dalam selimut tebalnya yang begitu hangat. Nyaman sekali, sehingga membuatnya tak sadar diri.
Perlahan dia buka mata, seolah hendak mengumpulkan nyawanya yang terasa habis terbawa ke alam mimpi. Lalu ia terpejam lagi karena kesadarannya belum benar-benar pulih.
Setelah tenaga terkumpul, wanita itu terduduk di atas ranjang. Sepertinya dia belum menyadari kondisi dirinya yang tidak memakai sehelai benang.
"Tunggu, kenapa badan gue dingin banget ya?" gumamnya.
Wanita itu menyimak selimut yang menutupi tubuhnya. Pupil matanya seketika membola ketika menyadari bahwa dirinya tak memakai seutas kain pun. Lagi-lagi dia hampir berteriak saat melihat lelaki yang terbaring di sampingnya dengan tangan yang melingkar di perut.
"Astaga, apa yang terjadi? Kenapa gue ada di sini, siapa dia?" Wanita itu panik bukan main. Ia berusaha mengingat kejadian semalam. Seperti tayangan televisi, semua terekam kembali di dalam kepalanya.
Lagi-lagi dia menutup mulut tak percaya. Bagaimana bisa dia menghabiskan malam dengan pria tak dikenal? Lagi, ia bahkan kehilangan mahkota yang dijaga dengan susah payah hanya karena patah hati.
"Ini semua karena Evan!" ujarnya dengan napas memburu. Emosinya tiba-tiba naik ketika mengingat wajah pria yang sudah membunuh cintanya itu.
Putus cinta telah membuatnya lupa diri. Hingga pergi ke klub malam, ia bahkan dengan sengaja meminta pada temannya agar mencari laki-laki untuk kencan butanya, anggap saja sebagai pelampiasan patah hati. Namun, laki-laki itu bukan yang ada di sampingnya saat ini. Ia tahu persis wajah dan nama lelaki yang dia sewa, jelas berbeda dengan pria yang masih memeluk erat perutnya dengan posessif ini.
"Gue harus cepat kabur, sebelum dia bangun dan minta tanggungjawab!" Wanita itu turun pelan dari ranjang sembari mengambil pakaiannya yang berserakan di atas lantai. "Sial, kenapa sakit banget?!" umpatnya, sialnya lagi bayangan panas itu sama sekali tak mau keluar dari kepalanya.
Setelah memakai pakaiannya, wanita itu segera mengambil tas miliknya yang terletak di atas nakas. Entah bagaimana tas itu ada di sana? Ia saja hampir tidak sadarkan diri semalam.
Lalu dia mengeluarkan beberapa lembar uang di dalamnya.
"Eh, masa iya gue bayar dia? Lagian bukan dia juga yang gue sewa!" Ia tampak ragu mengambil uang berwarna merah itu. "Kalo nggak gue kasih, terus dia nagih gue nanti, gimana dong?" Wanita itu masih saja tampak menimbang-nimbang apakah harus menyewa pria yang masih terlelap nyaman itu.
Setelah sekian lama berpikir akhirnya dia mengambil dua lembar uang berwarna merah lalu meletakkannya di atas nakas.
"Sebenarnya sayang, lumayan buat beli seblak. Tapi sudahlah, anggap aja itu ucapan terima kasih karena dia udah hilangin stress gue semalam!" Lalu dia cekikikan sendiri menutupi rasa sedihnya.
Masih sempat-sempatnya wanita itu mengintip wajah sang pria yang terlelap di atas ranjang hotel mewah bintang lima tersebut.
"Ganteng juga ini cowok, seenggaknya muka dia lebih baik dari Evan si burik nggak tau diri itu!"
Tak mau lama-lama mengumpat dan menggerutu, wanita itu segera keluar dan tak lupa menutup pintu. Dalam hati dia berharap bahwa lelaki yang tidur dengannya semalam tidak akan mengingat wajahnya atau bahkan mencari dirinya. Satu lagi, semoga semesta tidak mempertemukan mereka seperti di novel-novel atau drama China.
Wanita itu adalah Daisy Delorosa, wanita berusia 27 tahun yang baru saja dikhianati kekasih dan kakak tirinya. Kedua orang yang dipercaya sepenuh hati malah menyakiti sesuka hati. Kehati-hatian telah membuat Daisy pergi ke klub malam untuk melampiaskan semua amarah dan kekecewaan yang membuncah dadanya, tetapi siapa sangka akan berakhir tragis begini. Mahkota yang dia jaga dengan susah payah, justru berakhir pada orang yang salah.
Daisy berjalan dengan langkah terseok-seok, sebab area sensitifnya sangat sakit dan perih, terasa begitu luka hingga pedih tak terkendali.
"Maafkan aku, Bu!" Air mata menetes di pipinya yang cantik.
* * *
Di tempat lain...
Pria berbadan kekar dengan roti sobek yang berjejer rapi di area perutnya, tampak mengeliat. Lelaki itu bersandar di headboard ranjang seraya memegang kepalanya yang terasa berdenyut sakit.
"Kepalaku pusing sekali!" keluhnya sejenak.
Lelaki itu segera tersadar ketika bayang-bayang seorang gadis menari-nari di dalam kepalanya. Segera ia menyimak selimut yang menutupi bagian tubuh bawahnya.
"Apa yang sudah aku lakukan?" Terkejut, tentu saja terkejut. Dirinya yang anti wanita bisa berakhir di atas ranjang. "Dia masih perawan?" ucapnya pelan ketika melihat bercak darah di atas sprei berwarna putih itu.
Lelaki itu turun dari ranjang, mengambil pakaiannya dan memakainya secepat kilat. Ia ambil ponsel di atas nakas, sesaat keningnya mengerut melihat dua lembar uang yang ada di sana.
"Uang siapa? Apa gadis itu membayar ku seharga 200 ribu rupiah?" tanyanya setengah tak percaya.
Pria tampan itu menemukan kalung yang tersangkut di bantal bekas wanita yang menghabiskan malam dengannya semalam.
"Apa ini milik wanita itu?" tanyanya memperhatikan kalung liontin dengan bentuk love tersebut.
Segera ia memerintahkan para anak buahnya agar mencari wanita pemilik kalung tersebut.
"Cari hingga ketemu! Jangan sampai kehilangan jejak! Bawa dia ke hadapanku, dalam keadaan utuh!" titahnya, setelah itu dia mematikan sambungan telepon genggam miliknya.
Pria tampan itu tersenyum licik menatap kalung yang ada di tangannya.
"Aku akan menemukanmu, Gadis Kecil!"
Bersambung ....