IBU

1167 Kata
IBU Ctarrr Hujan mulai turun ke bumi malam ini, Aku dan Leon masih saja berada di jembatan kota. Tidak ada tempat yang bisa ku singgahi lagi. Suasana kota juga sangat sepi, karena ini masih tengah malam. Aku memandangi Leon yang matanya terus berkaca-kaca. “ Kita harus berteduh Leon “ ucapku kepada Leon Ku bawa adikku menuju ke suatu tempat untuk berteduh. Akhirnya aku dan Leon berteduh di Halte bus. Pikiranku masih saja di penuhi dengan kejadian tadi. Hatiku retak karena melihat keluargaku hancur begitu saja. Terlebih lagi aku melihat mata Leon yang Lebam, semakin membuat hatiku tak kunjung dingin, yang ada hatiku semakin terbakar. “ Apa kau dingin? “ tanyaku kepada Leon. Tapi Leon terus saja bersedih, Senyum lebarnya tidak lagi kelihatan. Aku memeluk erat tubuh Leon hingga tak sadar air mataku mulai mengucur. “ Leon kau harus tidur “ kataku pelan sembari ku usap kepala adik kecilku itu. Namun Leon masih saja melamun, Dia seperti hilang akal. Sepanjang perjalanan dari jembatan kota hingga ke Halte bus dia terus saja diam. Hingga beberapa saat bibir mungil nya mulai melontarkan kata-kata. “ Bagaimana jika penjahat itu menghabisi kita Giselle? “ tanya Leon kepadaku. “ hmm kau tidak perlu khawatir, mereka tidak akan mengenali kita.” jawabku menenangkan Leon. “ Leon kau harus tidur, Kita harus bergegas untuk menjemput ibu besok “ tambahku lagi. Aku memeluk Leon erat-erat, sambil melihat-lihat keadaan di sekitar. Ahhh.. masih saja terus mati Listrik. Kapan pemadaman Listrik ini akan berakhir? Apakah penemuan yang ayah ciptakan sudah tidak bekerja? Tapi apakah ini sebuah kesengajaan? Entahlah. Yang kupikirkan sekarang adalah keluargaku, perasaan hatiku masih tumpang tindih memikirkan nasib ibu, aku terus bertanya kepada tuhan. Apakah tuhan bisa melindungi ibuku? Apakah ibuku baik-baik saja? “ayah...mengapa meninggalkan kami secepat ini?” Dadaku masi saja terasa sesak, Leon sudah mulai tertidur di pelukanku. clekkk... Lampu di seluruh kita tiba-tiba kembali menyala, mataku terbuka lebar melihat lampu kota dari halte. dua jam kemudian, aku membangunkan Leon yang masih terhenyak di alam mimpi. “ Leon, kita harus kembali ke rumah sekarang “ ucapku sambil menepuk-nepuk pipi chubby adikku itu. Aku harus bergegas lebih pagi, Karena aku khawatir polisi datang ke rumah dan memeriksa keadaan di rumah. Aku juga harus menenggelamkan bukti mengenai identitasku agar Tn.Zack tidak mengincarku bersama Leon. Bergegaslah aku dan Leon menuju rumah, Hingga beberapa menit kemudian aku sampai ke rumah. Kakiku terasa sakit, tapi semangatku untuk menghampiri ibu terus saja berkobar. Di sepanjang jalan aku selalu berkata pada diriku sendiri, aku pasti bisa memeluk ibu lagi, ibu pasti tidak apa apa. Begitulah hatiku berkata! Tapi Betapa terkejutnya aku saat melihat ibuku juga turut dihabisi. Ibu di ikat bersama Alana menggunakan Rantai besi. Kepala ibu dan perutnya di penuhi dengan darah, Dan Alana juga sudah tiada. Aku sudah tidak percaya lagi bahwa keluargaku lenyap hanya dalam hitungan jam. Mulutku kaku untuk melontarkan kata-kata. Tubuhku Rasanya berat untuk bergerak. Tapi air mataku terus saja jatuh melihat kondisi keluargaku. Seperti ada paku yang di tusukkan ke hatiku, hatiku hancur bertubi-tubi tak kuasa menerima semua takdir ini. “ ibu... ayah.. alana.. mengapa meninggalkan kami begitu cepat hiks hikss “ teriakku, aku terjatuh lemas di hadapan mayat keluargaku. Tak lama, Isak tangis terdengar dari mulut Leon. Emosiku menjadi tidak stabil. Aku memang anak kecil, tapi anak kecil tidak bisa berbohong soal perasaannya. Anak mana yang tak marah jika Ibu dan ayahnya di Tindas, diperlakukan secara keji bahkan dibunuh. Mengingat kejadian semalam, Aku sama sekali tidak percaya bahwa Tn.zack akan melakukan tindakan sekeji ini. Bahkan ayahku sering menceritakan tentang Tn.Zack kepada ibu. Namun apa yang di lakukan oleh nya? Aku menatap ke seluruh rumah, darah segar mengotori seisi rumahku. Lalu hatiku mulai menggertak kesal, aku menatap foto keluargaku yang masih terpampang di dinding. “Leon, Kita harus menghancurkan foto keluarga ini. Jika Tn.Zack tau Ayah memiliki 3 anak mereka pasti juga akan mengincar kita “ suruhku pada Leon. Leon yang saat itu masih terisak dalam tangisnya menuruti perintahku. Kami menghancurkan seluruh foto keluarga, Baik yang terpampang di Ruang keluarga atau di setiap kamar kami. “ hu hu hu hu hu Ayah.. ibu.. alana.. maafkan Leon karena Leon meninggalkan kalian” kata Leon menangis tersedu-sedu. Aku semakin tidak kuasa melihat ini, bagaimana nasibku bersama Leon ? Kami akan menjadi seorang yatim piatu dengan begitu cepat. Apa yang harus aku lakukan kedepannya ? Apa yang harus ku pertaruhkan untuk mempertahankan hidupku bersama Leon? “Apa yang harus ku lakukan dengan jasad mereka?” “ Leon kita harus cepat-cepat pergi dari sini? “ ujarku pada Leon. “ bagaimana dengan ibu, ayah, dan Alana?” jawab Leon. “ aku akan menelpon polisi, Agar mereka bisa cepat-cepat di evakuasi. Aku yakin polisi akan segera menahan Tn.Zack “ kataku dengan secercah harapan bahwa tuan Zack akan segera di narapidana. Tanganku menggapai telepon rumah yang berada di laci, aku menelpon polisi guna meminta pertolongan, Kemudian aku akan pergi. Aku juga harus bertahan hidup. Tapi aku juga akan melihat Keluargaku dari kejauhan saat di Evakuasi polisi. Aku akan selalu merindukan mereka. Leon mari kita pergi! *** Tiuuu tiuuu tiuu Sirine polisi berbunyi dan menuju ke Arah rumah, Aku dan Leon melihat pengevakuasian jenazah keluargaku dari kejauhan. Tn.Zack juga berada di sana. Manusia yang kejam itu seperti seseorang yang tidak berdosa. Dia datang bersama dengan beberapa orang. Lalu menjadikan muka sedihnya sebagai topeng. Leon menunduk lemas, air matanya terus mengalir deras. Dia berusaha tak menampakkan kesedihannya kepadaku. Aku juga sangat memikirkan Leon saat itu. Leon yang masih kecil, masih polos harus kehilangan kasih sayang dari ayah dan ibu secepat ini. Ini semua gara gara lelaki keji itu, selama aku hidup aku tidak akan memaafkannya. Mukaku kesal, dan darahku mendidih melihat muka kejam Tn.Zack. “ Leon ayo kita pergi “ ajakku kepada Leon. Aku tidak tau harus pergi kemana, aku seperti orang yang kehilangan arah. Terus berjalan tanpa tujuan. Apakah aku dan Leon akan menjadi gelandangan? Aku harus tinggal dimana? Aku dan Leon terus saja berjalan, Hingga aku mulai memiliki rencana baru. Apakah aku akan tinggal bersama Bibiku? Tapi apakah Bibi akan menampungku? “ Leon, Bagaimana kalau kita tinggal bersama Bibi ? “ Tanyaku pada Leon. “ Bibi Tiffany? Apa kau yakin? “ Jawab Leon yang masih polos. “ Yaa mungkin saja “ Kataku meyakinkan Leon. Rencana Kami adalah Tinggal bersama saudari tiri ayah. Aku tidak tau dia akan menampungku atau tidak. Tetapi yang ku tau jika Saudara tiri ayah adalah orang baik, Maka dia akan menampung kami. Tapi jika tidak ya berarti dia adalah orang yang jahat juga. Itu rencana yang ku pikirkan saat ini, Dan mengenai sekolahku, aku telah sepakat bahwa aku akan berhenti sekolah. Leon pun juga akan memutuskan jejak pendidikannya. Biaya dari mana yang harus ku pertaruhkan untuk membayar biaya sekolah kami? “ Giselle, aku khawatir mereka akan mengincar kita “ ucap Leon. “ ya, Sepertinya kita harus menghindar dari mereka “ jawabku. “ Bagaimana jika kita mengganti nama kita? “ ujar si perfeksionis memberi pendapat. Aku mengangguk tandaku menyetujuinya, Di sepanjang jalan kami memikirkan nama yang bagus untuk kami, apa nama yang cocok sebagai pengganti dari nama asli?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN