EMPAT

1865 Kata
〰〰〰〰〰 "Hosh.. Hosh.. Hosh.. Istirahat dulu Van. Gue capeeeek!" Rengek Nessa sambil berdiri membungkuk dan memegangi kedua lututnya. Nafasnya naik turun dan terasa sedikit sesak. Nevan berdiri di sebelah Nessa sambil mengusap pelipisnya yang penuh keringat. "Ayo. Masa gitu doang capek. Ini masih kurang 3 putaran lagi loh!" Seketika Nessa menegakkan tubuhnya. "Gila. Lo mau bunuh gue? 2 putaran aja gue. Lo kalo mau lanjut ya udah sono. Gue capek!" "Baru lapangan segede gini aja udah capek..!" Sahut Nevan. Ia langsung berlari menjauhi Nessa. Nessa menolehkan kepalanya kesana kemari. Mencari tempat duduk yang sekiranya kosong. Saat ia mendapat tempat kosong, dengan sekuat tenaga Nessa berlari kecil dan langsung mendaratkan bokongnya di sana. Nessa bisa melihat Nevan berlari-lari kecil mengitari lapangan voly ini. Seperti biasanya. Hari Minggu Nessa tidak akan bisa tidur enak. Minggu malah bangun lebih pagi dari biasanya. Dan semua itu karena Nevan. Jam 5 Nevan sudah memaksa Nessa untuk bangun. Mandi dan langsung jogging. Nessa orangnya termasuk type yang malas olahraga. Kalau bukan Nevan yang memaksanya tidak mungkin gadis itu akan mau untuk olahraga. Setelah selesai lari memutari lapangan, Nevan melanjutkan dengan senam sederhana di tepi lapangan. Nessa hanya mengamatinya dari kejauhan. Keringat Nevan mulai mengalir di sekujur tubuhnya. Rambutnya juga ikut basah oleh keringat dan tanpa sadar Nessa menelan ludahnya melihat pemandangan sexy itu. Sexy? Oh tidak. Nessa dengan cepat menggelengkan pikiran itu. Biar bagaimanapun juga dia kembarannya. Tapi Nessa bisa melihat seringaian muncul dari bibir merahnya. Nevan menyudahi aktifitasnya dan berjalan mendekat ke arah Nessa. Saat itu pula detak jantung Nessa berpacu semakin cepat. Ia mendadak gugup dan jadi salah tingkah di buatnya. Tanpa permisi Nevan langsung duduk di sebelah Nessa dan langsung menatap ke arahnya. "Kenapa mukanya merah gitu?" "Hah?" Nessa refleks menoleh ke arah Nevan dan langsung menempelkan kedua telapak tangannya ke pipi Nessa. Nessa tak bisa melihat apakah wajahnya benar-benar sudah merah tapi bisa ia rasakan wajahnya sedikit memanas. "Kenapa?" Tanya Nevan lagi lebih sedikit mendekat. Nessa perlahan memundurkan wajahnya sambil mengerjapkan matanya. Nessa hanya bisa menggeleng. Nevan malah tersenyum. Manis sekali. "Gue kira lo mulai suka sama gue!" "Ck. Ngomong apaan sih nggak jelas banget! Udah ayo pulang. Gue mau jalan ntar". Nessa bersiap beranjak dari tempat duduknya tapi Nevan malah menahan lengannya. "Kemana? Sama siapa?" Nessa memutar bola matanya. "Please deh Nevan. Nggak usah mulai!" Nevan tetap mencekal lengan Nessa. "Gue cuman tanya jalan kemana? Sama siapa?" "Sama Ardo!" Jawab Nessa cepat. "Ardo? Nggak boleh!!" Nessa seketika mendelik ke arah Nevan. "Lo pikun ya? Kemarin lo bilang apa sama gue? Udah deh nggak usah ngajakin berantem. Masih pagi juga!" Perlahan genggaman tangan Nevan mulai terlepas. Nessa beranjak dari tempat duduknya di ikuti Nevan. Mereka melangkah beriringan keluar dari taman dan berjalan menuju rumah yang letaknya hanya 200meter dari rumah. Tiba-tiba muncul ide jahil dalam kepala Nessa. "AAAAAA.....KAKI GUE!!" Nessa langsung terduduk lemas dan berteriak dengan kedua tangan memegangi sepatunya. Nevan dengan santainya duduk jongkok di depan Nessa. "Ck. Makanya sebelum dan sesudah olahraga itu pemanasan biar nggak kram kaki lo!" "Aaaaa....lo bukannya nolongin gue tapi malah nyeramahin gue!" Sungut Nessa. Ia mencoba memasang wajah semelas mungkin agar Nevan percaya apa yang terjadi dengannya. "Sakit?" Tanya Nevan lagi. "Niat bantuin nggak sih? Kalo nggak niat ya udah tinggalin sono!" "Ambekan. Cepet tua lo ntar!" Nessa mendengus sebal. Sepertinya rencananya gagal. Baru saja ia akan beranjak dari tempatnya tiba-tiba Nevan sudah memberikan punggungnya. "Naik!" Senyum Nessa langsung mengembang dan tanpa menunggu waktu lama ia langsung naik ke punggung Nevan. Nessa melingkarkan tangannua ke leher Mevan dan  menyandarkan kepalanya ke punggung Nevan yang sedikit basah oleh keringat. "Lain kali dengerin kata-kata gue!" "Iya-iya abangku yang paling baweeeel...yang paling cakeeep. Pangeran tembemkuuuu!" Sahut Nessa gemas sambil mencubit kedua pipi Nevan yang tembem. Langkah kaki Nevan memasuki ruang tamu rumah. Ia lalu berhenti dan menolehkan kepalanya sedikit ke arah Nessa. "Udah sampe. Turun!" Kata Nevan tiba-tiba. "Nggak mauuuu....gendongin sampe kamar!" Rengek Nessa dengan sebelah pipinya masih menempel di punggung Nevan. Nevan hanya menghela nafas pelan lalu kembali melangkah, membawa Nessa ke kamar. Begitu pintu kamar tertutup Nessa langsung turun dari gendongan Nevan dan merebahkan tubuh Nessa di atas tempat tidur lalu memejamkan matanya. "Lo nggak mandi? Bau asem gitu!" Celetuk Nevan. Nessa hanya membuka matanya sedikit dan melirik Nevan dari sudut matanya. "Capek gue!" "Capek ngapain lo? Lari aja nggak, jalan juga nggak malah gue gendongin!" Nessa memilih diam. Nessa mengangkat sebelah tangannya dan meletakkan di atas keningnya. Menutupi sebagian wajahnya. "Nes. Lo nggak apa-apa kan?" Tanya Nevan dengan wajah cemas. Senyum Nessa tersungging mendengar nada bicaranya yang mulai cemas. Nessa masih terdiam dan menunggu respon dari Nevan. Nessa bisa mendengar suara langkah kaki Nevan yang mendekat dan sedetik kemudian ia merasakan tempat tidurnya sedikit bergoyang. "Nes..!" Panggil Nevan lirih. Nessa masih diam dan menunggu apa yang akan Nevan lakukan selanjutnya. Saat Nevan mendekatkan wajahnya dan hanya berjarak beberapa senti saja, Nessa langsung membuka matanya. "DOOORRR!!!!" Nevan seketika menjauhkan wajahnya dan ia hampir saja terjengkang ke belakang. Tawa Nessa langsung pecah. Ia bangun dari tidurnya dengan terus tertawa dan memegangi perutnya. "Satu sama!!" Ucap Nessa di sela-sela tawanya. Nevan kembali menghela nafas berat. Wajahnya berubah masam dan pandangan matanya menatap penuh amarah. Nevan melangkah mendekati Nessa dan mencengkram kedua bahunya. "PUAS? NGERASA BERHASIL NGERJAIN GUE??". Tawa Nessa mereda perlahan. Tatapan matanya dingin dan tajam. Kata-kata Nevan juga dingin dan penuh penekanan. Nessa menelan salivanya pelan. "Maaf. Gu-gue....!" "Sekali lagi lo bikin gue kuatir kayak gini...selamanya gue nggak akan peduli sama lo!" Setelah mengatakan hal itu, Nevan melepaskan cengkraman tangannya di bahu Nessa dengan kasar. Ia lalu melangkah menuju kamar mandi. Nessa hanya bisa terdiam di tempatnya. Saat kepalanya menunduk, airmata itu jatuh. Nessa sedikit terisak. Entah kenapa perkataan Nevan membuatnya sakit dan takut. Dia bukan seperti Nevan yang Nessa kenal. Dia beda. Saat Nessa sibuk dengan pikirannya sendiri tiba-tiba ia merasakan sepasang tangan kekar memeluknua dan d**a hangat itu menyentuh kulit wajahnya. Nevan memeluk sambil mengusap-usap punggung Nessa dan sesekali mendaratkan ciumannya di pucuk kepala Nessa. "Maaf---!" Ucap Nessa lirih. "Sssst. Udah nggak usah di pikirin apa yang tadi gue bilang!" Sela Nevan. "Maaf. Gue kelepasan tadi. Gue bener-bener takut lo kenapa-napa. Harusnya lo tau itu!" Nessa mengangguk dalam pelukan Nevan. Airmatanya sedikit membasahi kaos laki-laki itu. "Janji sama gue. Apapun yang terjadi sama lo, lo harus cerita sama gue. Gue orang pertama yang tau masalah lo. Gue orang pertama yang tau keadaan lo!" Nessa mengangguk lagi. Ia lalu mengaitkan kedua tangannya ke pinggang Nevan dan merasakan kehangatan pelukannya. "Maafin gue ya. Gue tadi bikin lo marah--!" "Nggak usah di bahas lagi. Yang penting sekarang lo nggak kenapa-napa!". Nessa tersenyum kecil mendengar jawaban Nevan. Nevan lalu melepaskan pelukannya dan mengusap kedua pipi Nessa yang sedikit basah oleh airmata. "Harusnya gue yang minta maaf karena udah bentak lo tadi. Tapi itu refleks karena gue kuatir sama lo. Pokoknya gue janji, ini airmata terakhir karena ulah gue. Gua janji nggak akan bikin lo nangis lagi!" Nessa mendongak menatap ke arah Nevan dan melebarkan senyumnya.  "So sweet banget sih!" Ucapnya pelan. Nevabmn langsung menoyor kepala Nessa pelan. "Gara-gara lo!". Nevan masuk ke dalam kamar mandi. Nessa melihat punggung Nevan yang akhirnya menghilang di balik pintu kamar mandi. 〰〰〰〰〰 Nessa tersenyum sendiri membaca pesan yang masuk ke dalam hpnya. Setelah acara sarapan bersama selesai ia langsung memilih berdiam diri di ruang tengah sambil mengutak atik hpnya. Membiarkan tv menyala tanpa ada niatan menonton acaranya. "Anak Mama lagi seru sendiri nih!" Celetuk Mela membuat Nessa menoleh sebentar ke arah Mela lalu kembali fokus dengan hp di tangannya. Mela lalu duduk di sebelah anak gadisnya, mencoba melirik hp di tangan Nessa tapi dengan cepat gadis itu menutup layar hpnya dan mendekapnya. "Mama iiih kepo banget deh!" Seru Nessa. "Lagi ngapain sih seru banget?!" Mela masih mencoba mengintip ke arah hp yang di pegang oleh Nessa. "Mmm...Ma. Nessa mau jalan boleh kan?" "Jalan ya jalan aja..kenapa mesti minta ijin sama Mama?" "Iih Mama serius dooonk!" Gerutu Nessa. Mela malah terlihat bingung dan menatap ke arah Nessa. "Maksudnya jalan itu Nessa mau ngedate Ma!!" Mela langsung melemparkan senyum jahilnya ke arah Nessa. "Oooh anak Mama yang satu ini udah punya pac---mmmffppfh!" Nessa langsung membekap mulut Mela. Bisa perang dunia kalau Nevan sampai mendengarnya. Nessa menoleh kekanan kiri. Setelah yakin tak ada seorangpun di sekitar mereka, perlahan Nessa melepaskan tangannya. "Nessa kamu ngapain sih?" Protes Mela. Nessa hanya membalasnya dengan cengiran kuda. "Jangan kenceng-kenceng ngomongnya. Kalo Nevan denger bisa panjang masalahnya Ma!" Bisik Nessa. "Boleh kan Ma kalo Nessa jalan sama temen Nessa?" Tanya Nessa lagi. Mela tersenyum lalu mengangguk. Nessa seketika  memekik kegirangan dan langsung memeluk Mela. Berkali-kali ia menciumi pipi Mela. "Mama baik deh. Love you Mama!" Ucap Nessa sambil kembali mencium pipi Mela. "Mau kemana lo?" Suara dingin itu membuat Nessa terpaku dan dengan perlahan pelukannya mengendur. Nessa menoleh dan mendapati Nevan sudah berdiri tak jauh dari tempatnya. "Nessa mau kencan katanya Van!" Seru Mela. Spontan Nessa mendelik ke arah Mela. "Mama!!" Desis Nessa pelan dengan mata sedikit melotot ke arah Mela. Mela malah cekikikan tak jelas. "Kencan? Sama siapa?" Tanya Nevan lagi. Mela hanya mengangkat kedua pundaknya. Pandangan mata Nevan beralih menatap ke arah Nessa. "Sama Ardolah. Siapa lagi? kan tadi gue udah bilang ada janji!" Jawab Nessa pelan. "NGGAK BOLEH!!" Mata Nessa melotot seketika. "Tuh kan Mama liat sendiri. Apa-apa nggak boleh. Nevan tuh nyebelin. Suka seenaknya sendiri. Mama bantuin Nessa donk Ma...!" Rengek Nessa sambil bergelayut manja di lengan Mela. "Nevan tuh bukannya ngelarang kamu sayaang. Tapi Nevan tuh kuatir sama kamu!". Nessa langsung melepaskan kaitan tangannya di lengan Mela. Menekuk wajahnya. Tampaknya Nessa kesal. Ia jengkel. Ia marah. Bibir Nessa langsung mencembik. Kesal. Kenapa semua orang di rumah ini melarangnya? Kenapa mereka tidak bisa memberinya kebebasan? "Nessa--!" Tangan Mela terulur akan menyentuh Nessa tapi gadis itu menepisnya pelan. "Ya udah kalo nggak di ijinin...Nessa ngerti kok!" Kata Nessa kesal. Ia memalingkan wajahnya menatap ke arah tv yang ia sendiri tak tau sedang menayangkan acara apa. "Sayaaaang. Dengerin Mama dulu!" Kali ini tangan Mela mengelus rambut panjang Nessa. "Mama nggak larang kamu kok. Kan tadi Mama udah bilang boleh!" Seketika Nessa menoleh ke arah Mela. Senyumnya mengembang. "Beneran Ma?" Mela mengangguk dan tersenyum lembut ke arah Nessa. "Tapi Ma--!" Nevan mulai protes. "Nevan...kalian udah dewasa. Ada kalanya kalian selalu bersama dan ada kalanya kalian harus berpisah. Hargai privacy saudara kamu. Kamu ngerti kan?" Nessa tersenyum tapi Nevan malah cemberut. Tapi Nessa tak ambil pusing karena yang terpenting sekarang ia mendapatkan ijin dari Mela. Nessa langsung memeluk Mela dan kembali menciumi pipinya. Sementara Nevan langsung masuk ke dalam kamar dengan langkah lebar. Satu jam kemudian Ardo sudah datang menjemput Nessa. Dia membawa mobil Brio putih yang terparkir di depan rumah Nessa. Tanpa menunggu waktu lama Nessa langsung masuk ke dalam mobil di ikuti Ardo yang langsung duduk di balik kemudinya. Nessa sempat menoleh ke arah pintu rumahnya. Di sana Nevan berdiri sambil bersedekap. Tatapan matanya tajam seperti seekor elang. "Wleee!" Nessa menjulurkan lidahnya ke arah Nevan tapi ekspresi wajah Nevan sama sekali tak berubah. Nessa sedikit ngeri melihat tatapan matanya. Tapi ia tak ambil pusing. Nessa mengalihkan pandangannya menatap Ardo yang tampak tersenyum tulus ke arahnya. Akhirnya kencan pertama Nessa berhasil juga. 〰〰〰〰〰
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN