〰〰〰〰〰
Hari Minggu ini bisa di bilang hari yang sial untuk Nevan. Nessa tau, sebenarnya Nevan ingin mengikuti gadis itu. Tapi sepertinya Nessa harus berterima kasih kepada Mela. Berkat Mela, Nevan tidak bisa melancarkan aksinya.
Mela menyuruh Nevan untuk mengantarnya ke rumah teman arisan. Seperti biasa, setiap hari Minggu Mela selalu menyempatkan berkumpul dengan teman arisan. Dan kali ini Nevan yang menjadi sopirnya.
Rasanya Nessa ingin tertawa terbahak-bahak. Tapi mengingat ada Ardo di sebelahnya, akhirnya ia memilih diam dan sedikit jaim. Nessa ingin tampil sempurna di laki-laki pujaannya.
Ardo membawa Nessa ke sebuah Mall dan mengajaknya nonton. Nessapun dengan senang hati mengiyakan ajakan Ardo.
Kapan lagi bisa berduaan dengannya tanpa gangguan singa hutan itu? Gumam Nessa.
Sepanjang film di putar, Nessa sama sekali tak bisa konsen dengan apa yang di ceritakan film itu. Ia terlalu fokus dengan pemandangan di sebelahnya dan mengesampingkan film yang sedang diputar saat ini.
"Kok malah ngeliatin gue sih?" Protes Ardo sambil tersenyum kaku. Nessa menggeleng dan tersenyum tipis.
"Nggak boleh ya?" Tanya Nessa balik.
Ardo hanya menggaruk tengkuknya. "Eee...nggak gitu juga. Kalo ngeliatnya kayak gitu gimana gue bisa konsen nonton film?"
"Ya udah lo nonton aja. Nggak usah peduliin gue!" Sahut Nessa sambil nyengir. Ardo tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya pelan.
Ia kemudian mengalihkan pandangannya menatap layar besar itu. Nessa menopang dagunya dengan tangan kirinya dan terus memuja ketampanan Ardo dalam hati.
Saat film itu selesai, Ardo memilih berdiam diri di tempatnya. Alasannya karena malas berdesak-desakan di pintu keluar.
Dan setelah agak longgar entah sadar atau tidak Ardo langsung menggamit jemari Nessa dan membawanya keluar dari bioskop. Nessa hanya bisa melongo menatap ke arah jemari tangannya.
Ia merasakan Ardo mengeratkan genggaman tangannya. Senyum Nessa kian merekah.
Setelah puas memutari Mall, Ardo mengantar Nessa pulang. Keheningan malah terjadi di antara merek. Nessa mulai kesal. Ia kecewa. Sampai sejauh ini Ardo belum mengatakan apa-apa soal perasaannya.
Apa mungkin Nessa terlalu berlebihan mengartikan ajakan kencan Ardo kali ini. Bibir Nessa semakin mencembik kesal saat turun dari mobil Ardo dan laki-laki itu sama sekali tidak mencegah langkah Nessa.
Padahal selama perjalanan Nessa terus membayangkan. Saat ia turun nanti Ardo akan menarik tangannya dan menahannya sebentar. Berharap Ardo menyatakan perasaannya. Tapi harapan Nessa musnah.
Ardo malah melambaikan tangannya dan sedetik kemudian mobilnya melaju pelan. Meninggalkan Nessa yang kini terpaku menatap kepergiannya. Menunggu sampai mobilnya menghilang dari pandangan mata Nessa.
Nessa melangkah gontai memasuki rumah. Suasana rumah sepi. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Nessa langsung menuju kamar dan mendapati Nevan terlelap di atas tempat tidur.
Dengan kasar Nessa membanting tubuhnya ke kasur. Membuat Nevan mendongak seketika dengan mata setengah terpejam. Lalu ia kembali meletakkan kepalanya ke bantal dan meraih guling lalu memeluknya erat.
"Van....lo tidur ya!" Panggil Nessa pelan. Tak ada respon dari Nevan hingga membuat Nessa menoleh ke arah laki-laki tengil itu. Ia tampak tertidur sangat pulas. "Nevan. Lo beneran tidur?"
Nessa menunggu dan kembali tak ada jawaban. Ia memalingkan wajahnya menatap langit-langit kamar dan mengingat kejadian hari ini. Sangat di luar batas impian Nessa.
"Sebenarnya Ardo itu suka sama gue nggak sih? Kalo di liat sih dia suka tapi kenapa nggak nembak gue ya? Apa karena kemaren gue belum kasih jawaban?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Coba kalo kemarin gue jawab iya---ah elo sih pake acara ngerusak moment terindah gue!" Lanjutnya. Nessa kembali menoleh ke arah Nevan sebentar dan laki-laki itu masih terlelap.
"Apa gue aja yang ngomong duluan kalo gue suka sama Ardo? Apa gue yang nembak dia aja kali ya? Tapi masa iya gue nembak cowok? Yang ada kan cowok yang nembak cewek?"
"Awas aja kalo lo sampe beneran nembak Ardo!"
Seketika Nessa menolehkan kepalanya. Nevan membuka matanya dan langsung melayangkan tatapan tajam ke arah Nessa.
"Nyaut aja lo kayak host gosip!" Cibir Nessa.
"Gue bakalan turun tangan kalo lo sampe nembak Ardo!" Kata Nevan lagi.
"Dasar singa hutan!"
"Apa lo bilang?"
"Singa hutan. Napa? Nggak terima?"
Nevan terdiam di balik gulingnya tapi tatapan matanya terus menatap Nessa dengan intens.
"Serah lo. Yang penting gue nggak suka lo deket-deket sama Ardo--!"
Nessa langsung terbangun dan berdiri dari tempat tidur. Tanpa berkata-kata lagi Nessa langsung masuk ke kamar mandi. Rasanya gerah sekali dan ia ingin menyegarkan badannya.
20 menit kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk model piyama. Nevan tampaknya tertidur lagi. Nessa mengambil baju santai di lemari dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai ia kembali berbaring di sebelah Nevan. Tampaknya Nevan sedikit terganggu dengan pergerakan yang Nessa timbulkan. Nevan merubah posisi tidurnya dengan memunggungi Nessa sambil merangkul gulingnya.
Nessa ikut meraih guling satunya dan miring ke kanan. Mereka saling beradu punggung. Nessa mulai menguap tapi ia sudah mencoba memejamkan matanya tapi malah tidak bisa tidur.
Nessa menoleh sebentar ke arah Nevan dan ia tampaknya tidak mau di ganggu. Akhirnya Nessa kembali ke posisi semula.
"Kalo ada masalah ngomong aja!"
Nessa sedikit terhenyak mendengar Nevan tiba-tiba bersuara. Nessa kira Nevan sudah tertidur. Gadis itu memilih diam. Sebenarnya ia ingin membahas kencannya dengan Ardo hari ini. Tapi sepertinya Nevan tidak mau di ajak sharing.
Nessa hanya berdecak pelan. Bingung dengan dirinya sendiri. Mungkin ia harus curhat sama Mela.
"Masih nggak mau cerita juga?"
Entah kenapa kali ini Nessa mendengar suara Nevan ada di dekat telinganya. Nessa menolehkan kepalanya dan spontan ia berteriak kaget. Tapi tangan Nevan dengan cepat membekap mulut mungilnya.
Bagaimana mereka bisa sedekat ini? Hampir saja mulut mereka bersentuhan.
Nessa bahkan tidak menyadari kapan Nevan merubah posisi tidurnya. Dengan kasar Nessa melepas tangan Nevan dari mulutnya.
"Apaan sih lo?" Desis Nessa pelan.
"Lo tadi mau teriak? Kenapa?" Tanya Nevan balik.
"Gue kaget bego. Tiba-tiba lo ada di depan gue!" Jelas Nessa.
"Bisa nggak lo ngomongnya nggak kasar kayak gitu? Gue ini abang lo!"
Nessa kembali berdecak dan memalingkan wajahnya. Ia tidur membelakangi Nevan.
"Kenapa lo?" Tanya Nevan. Bibir Nessa seketika mencembik. Ia jadi teringat kencannya dengan Ardo yang tak semulus dugaannya.
"Ck. Kencan gue kali ini nggak berjalan mulus--!"
"Alhamdulillaaaaah!" Sela Nevan. Nessa kembali menolehkan kepalanya menatap ke arah Nevan dengan tatapan sengit.
"Maksud lo apaan ngomong kayak gitu?"
"Emang kenapa? Salah?". Nevan malah balik tanya.
Nessa mulai kesal. Ia kembali memunggungi Nevan. "Serah lo deh...!"
"Udah gue bilang. Nggak usah jalan sama Ardo. Cowok kayak gitu aja lo taksir!"
"Daripada elo!
"Cakepan gue kemana-mana laaah...secara fans gue banyak!"
"Fans cabe-cabean aja di banggain!"
"Daripada lo nggak punya fans sama sekali!"
Nessa langsung memutar tubuhnya dan menghadap ke arah Nevan. "Lo bilang apa barusan? Perlu gue buktiin kalo yang ngefans sama gue juga banyak?" Tantang Nessa.
Nevan hanya tersenyum kecil sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Asal lo tau. Yang berharap gue bukan sodara kembar lo itu banyak. Yang berharap lo ngilang dari muka bumi ini juga banyak. Mereka pada takut deketin gue karena lo..!"
Nevan malah melebarkan senyumnya. "Bagus donk!"
Nessa memicingkan matanya. Tanpa ada sepatah katapun keluar, ia dan Nevan hanya saling berpandangan. Entah apa yang ada dalam pikiran Nevan. Dia menampilkan smirknya ke arah Nessa.
Nessa ikut menyeringai sambil bergumam dalam hati. Kita lihat saja Demitrio Nevan Valeska. Babak awal baru di mulai.
〰〰〰〰〰
Pagi ini Nessa akan sedikit membuat drama. Ia lalu membuka hp dan mengetik sebuah pesan.
Nessatwin
Gue otewe
Nevan sudah siap melajukan mobilnya tapi mendadak Nessa memegang lengan kirinya.
"Van, kita jemput Alya ya. Kasihan dia nggak ada yang anterin!"
"Alya? Kan ada nyokapnya!"
"Ck. Buruan gih. Gue udah terlanjur bilang oke sama dia!"
Nevan tak menjawab tapi ia melajukan mobilnya. Belum sempat Nessa memberitahukan alamat rumah Alya tapi Nevan sudah membelokkan kemudinya.
"Loh kok lo tau rumahnya Alya? Hayoo....jangan-jangan lo ada main ya di belakang gue?"
Nevan melirik Nessa sekilas lalu kembali fokus sama kemudinya. "Kemaren gue ke sini sama Mama. Dia anaknya temen arisan Mama!"
Sepertinya Tuhan benar-benar berada di pihak Nessa. Nevan menepikan mobilnya di depan pagar rumah Alya. Alya ternyata sudah berdiri di luar sambil menenteng tas selempangnya.
Begitu mobil Nevan berhenti Nessa langsung turun dan pindah duduk di belakang.
"Lo di depan aja Al. Biar gue yang di belakang!" Nessa masuk dan duduk di jok penumpang bagian belakang. Mengabaikan tatapan tajam Nevan. Alya menyusul dan duduk di kursi penumpang sebelah Nevan.
"Ayo Van. Ngelamun aja lo mentang-mentang sebelah lo ada cewek bening!" Celetuk Nessa. Nevan kembali tak menjawab. Ia langsung membawa dua gadis cantik itu menuju sekolah.
〰〰〰〰〰
Mobil berhenti di parkiran sekolah. Nessa bergegas turun dan mengambil langkah seribu.
"Nessa. Lo mau kemana?" Teriak Nevan saat melihat Nessa berjalan cepat meninggalkan mereka. Nessa hanya menoleh sebentar sambil melambaikan tanganknya.
"Sorry. Urusan cewek!"
Nessa kembali berjalan cepat dan langsung masuk ke dalam kelas. Di sana sudah ada Ardo yang duduk di bangkunya. Laki-laki itu terlihat melempar senyum manisnya ke arah Nessa dan Nessapun membalasnya.
Nessa memilih duduk di kursinya sendiri dan langsung memainkan hpnya. Dalam diam, sebenarnya jantungnya berdetak tak karuan. Ia gugup. Ingin menoleh ke belakang tapi takut. Akhirnya ia memilih diam dan sibuk sendiri dengan hp di tangannya.
Saat sedang sibuk dengan aktifitasnya, tiba-tiba Nevan datang dan langsung duduk di sebelah Nessa. Gadis itu menoleh ke arah Nevan dan tatapan mata mereka langsung bertemu.
"Fix. Rencana lo berhasil!"
Kening Nessa langsung mengernyit mendengarnya. "Ngomong apaan sih lo?"
Bibir Nevan terangkat sebelah. "Apa maksud lo tadi pagi? Kenapa harus jemput Alya? Lo mau comblangin gue sama dia?"
Mata Nessa spontan mengerjap beberapa kali. Ia menelan salivanya pelan. Kenapa rencananya dengan mudah terbaca? Kalau seperti ini bagaimana ia bisa mendekati Ardo?
Nessa lalu meringis sambil menggaruk pelipisnya. "Ngomong apaan sih lo? Nggak jelas banget. Siapa juga yang mau comblangin lo sama Alya. Lagian Alya mana mau sama singa kayak lo?"
Nessa langsung mengalihkan pandangannya dari wajah Nevan dan kembali sibuk dengan hp di tangannya. Tapi tiba-tiba Nevan mencengkram lengan atas Nessa dan menariknya sedikit mendekat ke dadanya.
"Kayaknya lo perlu tau sesuatu soal isi hati gue!"
Nessa hanya mengernyit sedikit dan menunggu apa yang akan di katakan Nevan lagi.
"Selamanya gue nggak akan pernah bisa cinta sama orang lain selain lo!"
Mulut Nessa menganga mendengarnya. Cengkraman tangan Nevan terlepas dan kini malah menggenggam jemari lentik Nessa dan menempelkan ke dadanya.
"Di sini ada nama lo. Dan selamanya nama itu nggak akan bisa hilang. Kalo lo nggak mau ngeliat Alya sakit karena gue..jangan pernah nyuruh gue buat deket sama dia. Karena gue nggak bisa. Gue nggak bisa nyimpen nama lagi selain nama lo!"
〰〰〰〰〰