〰〰〰〰〰️
Nessa terus mengumpat dalam hati setelah mendengar pernyataan gila Nevan. Sesekali ia menghentakkan kakinya ke lantai koridor kelas. Setelah mengatakan hal itu, Nevan terlihat biasa saja tapi Nessa malah kacau. Apa yang di jelaskan Guru sama sekali tidak masuk ke dalam otaknya.
Kata-kata Nevan terus berputar-putar dalam ingatannya. Bagaimana mungkin ini terjadi?
Langkah Nessa berhenti di ujung koridor. Ia bingung harus kemana. Mau ke kantin tapi nafsu makan menghilang. Mau ke taman juga tidak ada temen.
Nessa lalu mengedarkan pandangannya. Saat ia menatap iris mata milik Nevan, dengan cepat Nessa membuang pandangannya. Semuanya kacau dan kaku. Gara-gara Nevan.
Nessa berdecak pelan. Akhirnya ia memilih menuju kantin dan mengambil kursi kosong.
"Ck. Nyebelin banget sih si Nevan. Dasar nggak punya otak--!"
"Dosa lo ngatain abang sendiri!" Potong Nevan yang langsung mengambil duduk di sebelah Nessa. Ia menoleh ke arah Nevan dengan mata melotot sembari menghadiahi Nevan dengan cubitan kecil di pinggangnya.
"Iiiih...lo nyebelin banget sih jadi orang!!" Seru Nessa. Nevan hanya meringis sambil menggosok pinggangnya.
"Sakit juga ternyata!" Rintihnya. Nessa jadi tak tega melihat wajah Nevan yang tampaknya sedang menahan sakit.
"Salah sendiri bikin gue jadi galau!"
"Ooooh...jadi ceritanya baper niih!" Ledek Nevan.
Kali ini Nessa ingin sekali mencakar wajah Nevan. "Udah deh..berhenti jahilin gue--!"
"Lo pikir tadi gue cuman becanda?"
Deg.
Nessa bisa mendengar nada Nevan yang mulai serius. Nessa tau laki-laki itu menatapnya tapi Nessa berusaha tidak terpengaruh.
"Yaa....lo pikir aja sendiri. Gue ini adek lo. Mana mungkinlah kita....!" Nessa tak bisa meneruskan kalimatnya. Entah kenapa rasanya ia tak sanggup.
"Kita apa?" Tanya Nevan dengan suara beratnya. Nessa langsung menoleh ke arahnya. Menatap manik mata hitam itu. Ia benar-benar terhanyut oleh tatapan mata Nevan yang rasanya membius tubuhnya. Membuat semua urat syarafnya mati rasa. "Jangan salahin gue kalo gue punya rasa yang lebih buat lo. Gue udah coba buang jauh-jauh tapi nyatanya nggak bisa. Dan gue lebih memilih mengikuti kata hati gue!"
Nessa menelan ludahnya tapi terasa sangat susah. Kenapa Nevan bisa ngomong semudah itu? Apa dia tidak berpikir kalau Nessa adalah sodara kembarnya?
Tiba-tiba Nessa jadi teringat perkataan seseorang waktu itu. Suster Okta.
Biasanya kalo kembar beda jenis kelamin itu harus di pisah biar nggak tumbuh rasa cinta di antara mereka!
Takutnya nanti mereka saling jatuh cinta karena udah terbiasa bersama-sama dari kecil...!
Nessa memalingkan wajahnya. Apa benar itu semua akan terjadi? Gumamnya
Nessa menggigit bibir bawahnya. Meremas ujung roknya, Nessa benar-benar bingung dan tak bisa berpikir jernih.
"Hai Nes...boleh duduk di sini?"
Nessa mendongak menatap ke arah sumber suara itu. Alya. Dia tersenyum dan menatap ke arah Nessa yang sedang duduk dengan Nevan.
"Alya?" Panggil Nessa pelan tapi bisa membuat Nevan sebal. Ia hanya berdecak pelan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. "Duduk aja. Ini milik umum kok. Ya kan Van?"
Nessa menyikut lengan Nevan tapi laki-laki itu sama sekali tak merespon. Nevan malah membuka hpnya dan memainkannya.
"Oiya Al ternyata nyokap lo temenan sama nyokap gue ya!" Nessa mencoba mencairkan suasana yang terasa tegang.
"Iya Nes. Gue juga nggak nyangka. Gue taunya kemarin pas Nevan nganterin tante Mela ke rumah gue!" Alya terlihat senyum-senyum sendiri.
Saat melihat senyum Alya, Nessa jadi terpaku. Senyum Alya sangat manis dan sangat familiar. Sedetik kemudian Nessa tersadar.
"Ooh...jadi kemarin itu Nevan ke rumah lo?".
Alya hanya mengangguk dan masih tersenyum. Nessa rasa obrolan ini sedikit garing. Saat matanya menangkap sosok Ardo sedang duduk di sudut kantin bersama teman-teman lainnya. Saat itu pula timbul ide yang mungkin bisa membuat Nevan dan Alya bisa akrab.
"Eh gue kesana dulu ya. Lo temenin abang gue yang caem ini!" Pamit Nessa dan langsung berdiri dari kursinya.
"Mau kemana lo?". Nevan langsung mencengkram lengan gadis itu tapi Nessa dengan pelan melepaskan tangan Nevan dari lengannya.
"Bentar doang. Lo ajakin Alya ngobrol kek. Kasihan tau cewek cantik macem Alya di anggurin!"
Nevan mau protes lagi tapi gerakan Nessa lebih cepat. Ia melesat menuju meja Ardo dan langsung bergabung dengan mereka. Bisa Nessa lihat Nevan tampak marah tapi ia memilih diam karena ada Alya di depannya.
〰〰〰〰〰
Nessa bingung. Sampai saat ini Ardo belum juga menyatakan perasaannya. Apa Nessa salah mengartikan perhatian Ardo selama ini?
Nessa merogoh saku bajunya saat aku mendengar hpnya berbunyi. Ada chat dari Ardo. Wajahnya langsung berubah cerah melihatnya.
ARagil
Nanti pulang skul gue tunggu di taman belakang ya
Senyum Nessa mengembang dan hatinya terasa berbunga-bunga. Ia segera membalas pesan dari Ardo.
Nessatwin
Nessa langsung mendekap hpnya. Pandangan matanya menerawang jauh. Apa mungkin nanti siang Ardo akan mengatakan perasaannya?
Nessa menoleh ke belakang. Tempat di mana Ardo duduk. Pandangan mata mereka bertemu. Laki-laki itu tersenyum sungguh sangat manis.
"Liatin apaan lo?"
Senyum Nessa seketika memudar. Dengan cepat ia menarik pandangan matanya dari wajah Ardo dan kembali ke posisi semula. Nessa memasukkan hpnya kembali ke saku bajunya.
"Entar pulangnya lo balik duluan ya sama Alya!"
Nevan hanya menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya Nessa butuh sebuah alasan kenapa ia tidak bisa pulang bersama Nevan.
"Gue ada perlu. Ini urusan cewek jadi lo nggak boleh ikut--!"
"Ya udah gue tungguin di parkiran!" Sela Nevan.
"Ck. Nggak usah. Gue bisa pulang sendiri. Lagian gue ntar lama. Jamuran lo ntar nungguin gue. Kasihan juga si Alya ntar!"
"Kenapa harus kuatir sama Alya? Dia bisa kan pulang sendiri? Jaman canggih gini kenapa nggak pake gojek atau grab sih?"
Nessa memutar bola mataknya. Kenapa mendadak Nevan jadi cerewet gini sih? Gerutu Nessa dalam hati. Nessa menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Mencari alasan yang tepat.
Saat Nessa sibuk dengan pikirannya tiba-tiba bel sekolah berbunyi.
Tepat sekali.
Nessa langsung bangkit dari tempat duduknya dan meraih tas ranselnya. Nevan hanya menatap gadis itu tanpa bersuara.
〰〰〰〰〰
Nessa mengedarkan pandangannya saat tiba di taman belakang. Pikirannya salah. Ia kira pulang sekolah di sini sepi tapi ternyata masih ada beberapa anak yang betah nongkrong di tempat ini.
Nessa berjalan pelan menyusuri taman yang tak begitu luas ini.
"Nyariin gue ya?"
Nessa terlonjak kaget dan mendapati Ardo sudah berdiri di sebelahnya.
"Iiih...apaan sih lo. Kaget tau!" Sungut Nessa. Ardo malah tersenyum lebar. Ia lalu mengajak Nessa duduk di sebuah kursi beton yang ada di pinggir taman. "Ada apa Do kok lo ngajakin gue ke sini?"
Ardo tampak diam sejenak kemudian beralih menatap Nessa. Ia mengulas senyum manisnya. "Ada 2 hal yang pengen gue sampein ke lo!"
"Soal?" Sahut Nessa cepat. Ia benar-benar tak sabar ingin mendengarnya. Ardo lalu menggeser duduknya lebih mendekat ke arah Nessa. Jantung Nessa tiba-tiba berdetak tak karuan.
Ardo lalu menatap mata Nessa yang berwarna hazel "Yang pertama. Mulai sekarang dan seterusnya, biasain ngomongnya aku-kamu!"
Nessa hanya melongo mendengarnya.
Ardo lalu melanjutkan kata-katanya. "Yang kedua...ini alasan kenapa kita ngomongnya pake aku-kamu!"
Nessa semakin bingung. Sebenarnya maksud Ardo apa?
"Maksudnya apaan sih? Gu--aku nggak ngerti!" Sahut Nessa pelan sambil menggaruk pelipisnya.
"Mulai sekarang kamu milikku!"
Mata Nessa mengerjap beberapa kali. Mulutnya melongo mendengar pernyataan cinta Ardo yang cukup asing di telinganya.
"Ka-kamu..?"
Ardo kembali tersenyum lalu mengangguk pelan. Nessa ikut tersenyum dan rasanya ia terbang tinggi. Rasanya Nessa ingin memeluk laki-laki itu sesegera mungkin.
Sepertinya ikatan batin mereka kuat. Buktinya Ardo langsung merentangkan kedua tangannya dan Nessa langsung memeluk tubuh jangkung itu.
Bahagia.
Itu yang dirasakan Nessa saat ini.
〰〰〰〰〰
Nessa berjalan sambil melonjak kegirangan. Setelah acara pernyataan cinta itu Ardo langsung mengantarnya pulang. Memakai motor ninjanya.
"Nessa? Kamu kenapa? Keliatannya seneng gitu?"
Nessa menolehkan kepalanya ke arah Mela yang tampak sibuk memasak di dapur. Ia tersenyum lebar dan menggelengkan kepalanya. Lalu kembali melanjutkan langkahnya, masuk ke dalam kamarnya sambil bersenandung ria.
"Selamanya...kau berada dalam hatiku...selamanya...kau tak akan pernah terganti....!"
Nessa mengepalkan tangan kanannya. Seolah-olah sedang memegang mic dan terus bernyanyi sambil memutar-mutar tubuhnya.
"Dari mana lo?"
Nessa seketika menghentikan aktifitasnya. Perlahan tanganmya turun dan ia menatap ke arah Nevan dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Kasih tau nggak yaaa!" Jawabnya sambil mengerlingkan mata. Nevan terdengar menghela nafas berat. Ia lalu duduk di tepi tempat tidur dan Nessapun duduk di sebelahnya.
Kedua kaki Nessa mengayun bersamaan. "Gue seneeeeeeeng banget hari ini!"
Nevan tak merespon. Nessa lalu merebahkan tubuhnya, meluruskan punggungnya yang lumayan pegal. "Akhirnya gue jadian juga sama Ardo--!"
"APA?!" Pekik Nevan. Nessa melirik Nevan dari sudut matanya. Nevan tampak marah. Terlihat dari rahangnya yang mengatup rapat.
"Jadi tadi siang lo ketemuan sama Ardo?"
"He-em!"
"Lo beneran jadian sama dia?"
"He-em!"
Hening.
Nessa lalu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Masih dengan bersenandung ria dan sedikit berlenggok ria.
"Arlando Ragil Syahputra...i love you so much baby!" Teriak Nessa di dalam kamar mandi.
〰〰〰〰〰
Jam menunjukkan pukul 10 malam. Nevan tampaknya sudah tidur sementara Nessa sibuk dengan hpnya.
ARagil
Kamu nggak ngantuk apa?
Nessatwin
Ngantuknya ilang karena kamu
ARagil
Mendingan tidur sana.
Takutnya besok nggak bisa bangun kamunya
Nessatwin
Nanti aja.
Masih pngen chat sama kamu
ARagil
Nessatwin
ARagil
VC-an yuk..
Nessatwin
Jangan ah...
Mukaku jelek kalo malem
ARagil
Kenapa bisa berubah jelek??
Kamu cewek tulen kan?
Nessatwin
ARagil
Canda sayaaang..
Nessa ingin berteriak rasanya. Ardo memanggilnya sayang.
ARagil
Awas baper
VC-an yuuk
Nessatwin
Jangan ah...udah malem.
Takutnya nanti singa hutanku bangun..
ARagil
Singa hutan?
Sapa?
Nessatwin
Nevan lah...
Sapa lagi?
ARagil
Emangnya kamu lagi di mana?
Nessatwin
Di kamar
Kenapa emangnya??
ARagil
Kamarnya sapa?
Nessatwin
Kamarku
Kenapa?
ARagil
Jangan bilang kalo kalian tidur sekamar
Nessatwin
Emang
Kenapa?
ARagil
R u serious?
1 tmpat tidur juga?
Nessatwin
He-em
Setelah itu Ardo tidak membalas lagi. Hampir 10 menit lamanya. Padahal Nessa benar-benar menunggu balasan dari Ardo. Tak berapa lama Nessa memutuskan untuk mengirim pesan singkat.
Nessatwin
Do...kamu udah tidur?
Tak ada balasan. Pesan dari Nessa juga tidak di baca. Hal itu membuat Nessa resah dan memutuskan untuk meletakkan hpnya.
〰〰〰〰〰
Nessa kira pagi ini Ardo akan menjemputnya tapi nyatanya tidak. Ia menunggu balasan chat dari Ardo tapi malah semua pesan yang ia kirim tidak di baca oleh Ardo.
"Nes. Kok nasinya nggak di makan?" Celetuk Aldi, Papa Nessa. Nessa menoleh menatap Aldi. Sementara semua orang yang ada di meja makan menatap heran ke arahnya.
"Kemarin aja kayaknya seneng banget. Kenapa sekarang jadi lesu gitu? Kalian nggak berantem kan?" Timpal Mela. Nessa menggeleng pelan dan kembali mengaduk makanannya. Nafsu makannya mendadak hilang.
"Ada yang baru jadian Ma!" Nevan ikut bersuara. Nessa langsung menoleh ke arah Nevan, hanya sebentar.
"Oooooh jadi anak Mama udah punya pacar niih. Cakep nggak? Kenalin donk sama Mama. Mama kan juga pengen liat!" Goda Mela.
Entah kenapa wajah Nessa terasa memanas. Bisa ia tebak. Wajahnya sekarang pasti sudah memerah saat ini.
"Mama ih...kepo banget deh!" Gerutu Nessa pelan.
"Inget. Sekolah prioritas utama. Pacaran cuman buat hiburan aja!" Ucap Aldi mengingatkan.
"Tuh dengerin apa kata Papa...!" Timpal Nevan. Nessa melirik ke arah Nevan dan melayangkan tatapan tajamnya.
"Iya Pa. Nessa tau batasan kok. Lagian Nessa juga nggak bakalan aneh-aneh!" Sahut Nessa sambil mencoba menahan kekesalannya pada Nevan.
"Papa bukannya ngelarang kamu Nes. Papa cuman pengen kalian itu fokus belajar. Kalau udah lulus Papa nggak akan ngelarang kamu pacaran. Siapapun orang yang kalian pilih, Papa pasti akan dukung. Asalkan kalian bahagia, Papa Mama pasti juga ikut bahagia!"
Wejangan dari Aldi membuat Nessa sedikit down. Dengan kata lain Aldi tidak setuju jika Nessa pacaran. Sementara Mela setuju asalkan Nessa bisa jaga diri.
Nessa menghela nafas berat dan menyandarkan punggungnya ke kursi. Tubuhnya rasanya lemas. Sendok dan garpu ia letakkan lalu beralih meletakkan tangannya di atas paha.
"Jadi Papa nggak setuju nih kalo Nessa punya pacar?" Tanya Nessa dengan nada lemas.
"Sebaiknya kamu fokus sama sekolah kamu ya Nes. Inget..kalian sudah kelas 3. Bukan waktunya untuk main-main. Harus lebih giat lagi belajar. Kalo nilai kamu bagus kan bukan cuman kamu aja yang seneng. Tentunya Papa dan Mama juga bangga sama kamu!"
Nessa semakin lemas mendengarnya. Apa aku harus putus sama Ardo? Batinnya.
Nessa terdiam memikirkan kata-kata Aldi. Tiba-tiba tangan Nevan menggenggam jemarinya dan meremasnya. Nessa langsung menoleh ke arah Nevan dan dibalas senyuman manis Nevan.
"Nevan. Kamu sebagai abang harus bisa nasehatin adek kamu. Jaga dia. Jangan malah ikut-ikutan pacaran--!"
"Nevan nggak pacaran kok Pa. Lagian Nevan nggak punya pacar. Nevan sih maunya nggak pake pacaran tapi langsung nikah!" sela Nevan. Saat mengucapkan kata nikah Nevan menoleh ke arah Nessa dengan melempar senyumnya.
"Nah itu baru bagus. Sekarang jamannya nikah dulu baru pacaran. Nessa. Kamu contoh tuh abang kamu. Pacaran itu dosa!" Timpal Aldi.
"Kenapa jadi ngomongin nikah sih Pa?" Sela Mela.
"Tau tuh Papa!" Gerutu Nessa pelan. Masih bisa ia rasakan genggaman tangan Nevan. Nessa berusaha melepaskannya tapi Nevan malah semakin mengeratkan genggaman tangannya.
"Semakin lo lari,,,gue akan semakin ngejar lo!" Bisik Nevan pelan.
〰〰〰〰〰