PART NEVAN 2

1263 Kata
〰〰〰〰〰 Sial. Sial. Sial. Seandaikan saja waktu bisa di putar...aku tidak mungkin memberi ijin Nessa untuk pacaran sama Ardo. Dan sekarang dia malah jadian sama Ardo. Menyesal pasti iya tapi aku agak sedikit lega karena Papa juga tidak setuju jika Nessa pacaran sebelum lulus sekolah. Aku hanya bisa tersenyum mengingatnya. Jam istirahat ini entah kenapa aku susah sekali mencari Nessa. Kemana perginya? Ting. Hpku berbunyi. 1 pesan masuk. LINE AuliaAl Ngantin yuk.. Aku menghela nafas pelan. Sejak Alya tau id lineku dia sering menghubungiku. Nevantwin Oke Aku terpaksa mengiyakan ajakannya. Aku sendiri bingung kenapa aku tidak bisa menolak ajakannya. Aku menoleh ke belakang saat suara seseorang memanggil namaku. Nessa? "Dari mana aja lo?" Sergahku. Nessa hanya melempar senyum manisnya dan berdiri di sebelahku. "Sama pacar gue laaah...siapa lagi emang?" "Papa kan bilang kalo lo nggak boleh pacaran?" "Backstreet kan juga bisa!" Kilahnya. Aku mendengus pelan. Harus dengan cara apa agar ia tidak meneruskan hubungannya dengan Ardo? "NEVAN!" Aku kembali menoleh. Alya berjalan cepat menuju ke arahku. Aku lupa jika aku ada janji ke kantin bareng Alya. Alya langsung berdiri di antara aku dan Nessa. Ia tersenyum ke arahku. "Maaf. Nunggu lama ya?" Aku menggeleng pelan. Nessa tampaknya sedikit bingung. Ia menatapku dan Alya bergantian. "Kalian jadian?" Tebaknya. Aku hanya mengernyitkan keningku sementara wajah Alya terlihat bersemu merah. "Van. Lo ngelarang gue pacaran sama Ardo sementara lo malah jadian sama Alya. Berarti kita 1 sama!" "Ck. Gue nggak jadian sama Alya. Kita cuman mau ke kantin bareng--!" "Jadian juga nggak apa-apa. Kita bisa double date ntar!" Selanya. Huuft. Ya sudahlah. Percuma juga debat dengannya. "Ya udah ya...gue nyamperin Ardo dulu!" Pamit Nessa. "Bukannya tadi habis ketemu Ardo?" Tanyaku membuat langkahnya terhenti. "Nggak tau napa tiba-tiba gue kangen sama dia!" Jawabannya membuatku semakin kesal. Tanpa sadar aku langsung menarik tangan Alya dan membawanya menuju kantin. Nessa hanya melongo menatap ke arahku. Sebaiknya kali ini aku mencari hiburan sedikit. Mungkin Alya bisa membantu. Aku duduk berhadapan dengan Alya. Ia terus menundukkan wajahnya. Entah kenapa aku sendiri tak tau. "Lo kenapa?" Tanyaku pelan. Alya langsung mendongak kemudian menggeleng pelan. "Maaf tadi gue refleks narik tangan lo!" Alya mengangguk mendengar penjelasanku. "Oh iya nggak usah dengerin omongannya Nessa. Nggak usah di masukin ke ati ya!" "Soal yang mana?" Tanya Alya pelan. "Nessa ngira kita jadian!" Sahutku cepat. Mendadak wajah Alya berubah sendu. Aku tau dia pasti sedikit kecewa tapi aku harus segera menutup pintu hatiku sebelum nama yang lainnya masuk. Maafin aku Alya. Kamu gadis baik dan cantik. Pasti akan mendapatkan yang baik juga. Tiba-tiba pikiranku bercabang. Kemana Nessa? "Al..gue ke toilet dulu ya!" Pamitku dan langsung berdiri dari tempat dudukku. "Oh iya Van!" Jawabnya sedikit gugup. Tanpa pikir panjang aku langsung melebarkan langkahku. Menelusuri lorong kelas ini. Mencari Nessa pastinya. Tapi semua teman tak ada yang melihatnya. "Nyariin Nessa lo?" Tanya Dika tiba-tiba. Aku hanya mengangguk. "Noh di taman belakang sama Ardo!" Dika menunjuk dengan mengangkat sedikit dagunya. "Thanks!" Seruku sambil menepuk pundaknya pelan. Aku berjalan cepat menuju taman belakang dan benar. Nessa dan Ardo duduk bersebelahan. Wajah Nessa tampak masam. Kenapa dia? Tadi aku melihatnya baik-baik saja. Apa karena Ardo? Sialan. Baru juga 1 hari jadi pacarnya sudah membuat Nessa sakit hati. Aku kembali melangkah lebar menghampiri mereka dengan tangan mengepal kuat. "Lo apain Nessa?" Ardo dan Nessa seketika mendongak menatapku. Aku beralih menatap wajah Nessa yang tampak syok dengan kedatanganku. "Nevan. Ngapain lo ke sini?" Pekik Nessa pelan. Aku tak menyahutnya dan kini beralih menatap mata Ardo. "Ini urusan gue sama Nessa. Lo nggak usah ikut campur!" Kata Ardo dingin. "b*****t!" Umpatku dengan tangan melayang ke udara. Bersiap meninju wajah Ardo yang tak terlalu ganteng itu. Tapi Nessa malah menahan lenganku dan bergelayut di lengan kiriku. "Nevan. Stop!!" Titahnya. Aku menghentikan pergerakan tanganku dan menatap Nessa yang tampak ketakutan. "Gue mohon lo pergi dari sini. Jangan ikut campur!" Keningku mengernyit mendengarnya. Aku mati-matian membelanya tapi dia malah menyuruhku pergi. Demi Ardo? Kulirik wajah Ardo yang tampak tersenyum puas. "Nggak denger Nessa bilang apa? Kurang jelas dan perlu gue ulangi?" Aku ingin segera menghajarnya tapi Nessa terus menahanku dan mencoba meredam emosiku. "Please Van. Tinggalin gue. Gue bisa selesaiin masalah gue sendiri!" Aku menghela nafas pelan dan menuruti kemauannya. Sebelum pergi aku menoleh sebentar ke arah Ardo. "Awas aja kalo Nessa kenapa-napa. Gue jamin nama lo nggak bakalan tercantum di ijazah tahun ini!" Ancamku. Aku melirik ke arah Nessa sekilas. Dia hanya melempar senyum manisnya. Dengan berat hati akhirnya aku memilih pergi. Membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya. 〰〰〰〰〰 Semenjak kejadian di sekolah tadi, sikap Nessa kepadaku berubah. Sikap manjanya sedikit menghilang dan dia juga menjadi pendiam. Tidak cerewet seperti biasanya. Saat masuk ke kamar dia masih berdiri di ambang pintu dengan pandangan menunduk. "Lo kenapa?" Tanyaku sambil melepas sepatuku dan meletakkannya di sudut ruangan. "Ada yang pengen gue omongin sama lo!" Sahutnya lirih. "Ngomong ya ngomong aja!" Ily perlahan mendongak dan menatapku. "Li. Mulai sekarang gue gak tidur di sini lagi. Kita pisah kamar ya!" Seketika keningku mengernyit dan menatap balik ke arahnya. "Jangan bilang ini karena Ardo!" Tebakku. Ily diam tak menjawab. Sudah aku duga. "Kenapa? Ardo yang nyuruh lo buat pindah kamar? Apa hak dia? Kalian baru sehari pacaran tapi dia udah ngatur-ngatur lo--!" "Bukan gitu Li. Kita udah dewasa. Gak seharusnya kita tidur sekamar!" Selanya. "Gak seharusnya? Kenapa baru ngomong sekarang? Dari kemarin lo gak protes. Gak ada masalah. Dari kecil kita emang udah kayak gini. Bahkan lo gak bisa tidur kalo gak gue temenin. Alasan apa lagi?" Cercaku. Ily terdiam. Ia kembali menunduk. "Gue gak setuju kalo lo sampe minta pisah kamar. Kalo Ardo gak suka mending kalian putus aja. Gue paling gak suka liat lo di atur-atur kayak gini!" "Li..tolong ngertiiin gue--!" "EMERY!! LO PAHAM KAN OMONGAN GUE!!" Kataku sedikit meninggikan nada suaraku. Ily semakin menundukkan wajahnya. Aku menghela nafas berat. Aku sadar suaraku yang meninggi membuatnya takut dan aku juga tau. Ily paling tidak suka jika ada orang yang membentaknya. Aku lalu melangkah menghampirinya dan langsung ku peluk tubuh mungilnya. "Maaf!" Ily langsung menangis dan membalas pelukanku. "Orang yang mencintai kita dengan tulus itu gak akan nuntut apapun dari diri kita. Dia gak akan ngerubah kita sesuai keinginannya dan bisa menerima kita apa adanya. Lo ngerti kan maksud gue?" Ily tak bersuara tapi ia menganggukkan kepalanya. Isak tangisnya masih terdengar. Tiba-tiba Mama muncul dengan memakai celemek di dadanya. "Ribut lagi?" Tanya Mama. Aku mengangguk pelan sambil terus memeluk Ily dan mencium pucuk kepalanya. Mama tersenyum lembut ke arahku. "Udah gede. Gak usah sering ribut!" Pesan Mama. "Iya Ma!" Sahutku pelan. Mama kembali menghilang dari pandanganku dan sepertinya meneruskan aktifitas memasaknya. Perlahan Ily melepas pelukanku dan menyeka airmatanya. "Ardo pasti marah sama gue kalo gue gak bisa menuhin permintaannya!" Katanya lirih. "Kayaknya lo gak paham sama apa yang gue omongin barusan!" Hening. Aku berbalik badan dan melangkah menuju lemari. Mengambil baju ganti. Ku lihat Ily melangkah masuk dan duduk di tepi kasur. "Li. Gue minta satu permintaan boleh kan?" Aku menoleh ke arahnya dan mengangguk. "Apapun itu!" "Jangan bilang sama Ardo ya kalo kita masih tidur sekamar!" Matanya menatapku dengan sangat iba. Aku terdiam. Berpikir sejenak. Tak lama kemudian aku mengangguk pelan. Senyumnya langsung mengembang dan ia kembali mengusap kedua pipinya yang basah. "Makasih ya Li!" Ungkapnya. "Tapi jangan lupa pesen Papa. Lo gak boleh pacaran sebelum lulus sekolah!" Wajah Ily kembali berubah sendu. Aku sedikit lega karena Papa benar-benar tidak mengijinkan kami untuk pacaran. Dengan begini cepat atau lambat Ily pasti akan putus dengan Ardo. Dan aku akan menunggu sampai kelulusan nanti. Akan aku umumkan kalau Ily milikku. Hanya milikku. ⏩⏩⏩
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN