bc

Rasa yang Salah

book_age18+
894
IKUTI
5.6K
BACA
family
fated
goodgirl
self-improved
drama
tragedy
coming of age
surrender
passionate
sacrifice
like
intro-logo
Uraian

Naura Azkiya, seorang istri yang sangat mencintai suaminya. Namun, akhir-akhir ini dirinya merasa lelah dan melayani dengan terpaksa. Rama Ardanaputra, semakin tua libidonya semakin tinggi. Dia selalu meminta Naura melayaninya setiap hari dan berulang kali. Naura yang merasa lelah, membujuk suaminya untuk menikah lagi tapi Rama selalu menolak permintaannya.

Tanpa sengaja Naura bertemu dengan Yasmin Fahira, seorang janda cantik dan kaya raya. Naura kagum dengan kelembutan dan keshalihan Yasmin dan berniat menjodohkannya dengan Rama. Danial Syahreza yang mencintai Yasmin berusaha menghalangi niat Naura. Danial tak terima jika Yasmin harus menjadi istri kedua.

Sementara Ragil Praditya, adik kandung Rama, yang pernah mengalami lemah syahwat bertahun-tahun, sembuh dengan sendirinya karena Naura. Diam-diam Ragil pun terobsesi pada Naura yang sangat menggoda baginya.

Rama yang selama ini selalu marah dan menolak permintaan Naura agar dirinya menikah lagi, akhirnya terpaksa menuruti permintaan sang istri. Rama tak tega selalu melihat Naura lelah dan menangis setelah melayani hasratnya.

Berhasilkah Naura menjadikan Yasmin sebagai madunya?

Bagaimana cara Danial menghalangi rencana Naura?

Bagaimana Ragil bisa menghentikan obsesinya pada Naura?

Cover by Dialin

chap-preview
Pratinjau gratis
Kesiangan
Benda bulat di dinding kamar bercat hijau muda menunjukkan angka sepuluh. Masih terdengar jelas suara desahan bercampur napas yang memburu. Dua insan yang saling mencintai sedang berbagi kasih. Melepaskan hasrat pada sang istri yang selalu menjadi candu bagi sang suami. "Bagaimana, Sayang? Apakah kamu puas?" Rama bertanya kepada kekasih halalnya setelah permainan panas mereka. "Aku puas, Mas ... sangat puas." Naura pun menjawab dengan senyuman manis di bibirnya. "Aku juga selalu puas dengan pelayananmu, Sayang. Hmm ... nanti lagi, ya?" pinta Rama dengan kerlingan mata menggoda. Naura hanya diam dan langsung memejamkan mata. Tak dihiraukan pertanyaan sang suami yang masih menunggu jawabannya. Lelah .... Hanya itu yang Naura rasakan. Dia selalu merasa tersiksa dengan perasaan lelahnya yang akhir-akhir ini selalu datang. Melayani suami dengan terpaksa dan tertekan. Membuat dirinya merasa berdosa dan tak nyaman. Bahkan tanpa menunggu jawaban, Rama mengulang permainan. Wanita yang sangat dicintainya akhir-akhir ini membuat dirinya selalu merasa rindu. Walaupun Rama tahu, jam dua pagi Naura harus bangun, tetapi hasratnya terlanjur menggebu. Naura pun hanya pasrah, melayani suami lagi dengan terpaksa. Bahkan tubuhnya seakan selalu kuat mengikuti semua gerakan suaminya. Namun, dalam hati selalu merasa lelah. Pada akhirnya, mereka berdua terlelap setelah puncak kenikmatan direguk bersama. Kring ... kring .... Alarm yang sudah dipasang tadi malam pun berbunyi. Naura merasa belum satu jam memejamkan mata. Namun, dirinya harus segera beranjak pelan dari tempat tidurnya. Tak ingin singa jantan yang masih terlelap bangun, lalu kembali meminta haknya. Naura kemudian membersihkan badan di kamar mandi, menuju dapur, bersiap untuk melakukan pekerjaan rutin. Dia dengan cekatan segera memasak nasi, mengolah sayuran dan bumbu yang sudah disiapkan. Tak lupa menghangatkan masakan setengah matang yang sudah dimasaknya tadi malam. Dengan empat tungku kompor di dapur, pekerjaan Naura pun selesai saat adzan subuh berkumandang. Naura kembali membersihkan diri dari bau keringat dan bumbu dapur yang menempel di badan. Kemudian dia pun melaksanakan sholat dua rakaat dan tak lupa dzikir pagi. Setelah melipat alat sholat, Naura segera mempercepat langkah ke kamar untuk berganti baju dan menyiapkan dagangan. Namun, harapannya harus tertunda karena singa jantan yang sudah bangun dari tidur tanpa disadarinya. Tangan kekar laki-laki itu pun melingkar dan memeluknya dari belakang. Rama langsung menggendong dan merebahkan tubuh istrinya di ranjang. "Mas, aku mau jualan, dilanjutkan nanti malam saja, ya?" pinta Naura dengan nada yang lemah. Rama hanya tersenyum dan memandang istrinya dengan hasrat yang sudah membara. Ditambah tubuh segar Naura sehabis mandi, membuat sang suami semakin ingin menerkamnya. Sang istri pun pasrah .... Naura kembali ke kamar mandi, mandi lagi, keramas lagi. Dia segera berganti pakaian dengan gamis dan jilbab panjang. Wanita ayu itu kemudian menyiapkan berbagai masakan dan membawanya ke teras rumah. "Mbak Naura kesiangan, ya? Biasanya jam setengah enam sudah siap semuanya," tanya tetangga depan rumahnya. "Gimana nggak kesiangan coba? Belum jam enam pagi, aku sudah mandi keramas tiga kali," keluh Naura dalam hati. "Iya, Mbak. Nggak kedengaran alarmnya. Subuh baru bangun,. jadinya kesiangan." Naura pun menjawab dengan ramah. Tak mungkin juga dirinya berkata sejujurnya. Tetangga mulai berdatangan. Ada yang membeli nasi, ada yang membeli sayur dan lauknya saja, ada juga yang hanya singgah untuk menyapa. Semua dilayaninya dengan wajah ceria. Dagangan Naura selalu laris manis. Tak sampai dua jam dagangannya pun sudah habis. Secepat kilat Naura membersihkan teras rumah. Semua peralatan ditumpuk jadi satu karena siang hari nanti baru akan dicuci. "Mas ... ayo bangun. Mau berangkat jam berapa? Ini sudah jam delapan." Naura membangunkan Rama dengan menepuk pipinya. Laki-laki yang sangat dicintainya itu pun bangun dan tersenyum manis memandang istrinya. Setelah mencium pipi Naura, Rama berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar mereka. Naura merapikan tempat tidur sambil menyiapkan baju ganti Rama. Kemeja hitam lengan pendek, celana jeans biru donker dengan sepatu kets warna senada, membuat Rama terlihat lebih muda dari usianya. "Mas, tidak sarapan dulu?" Naura bertanya pada suaminya yang sudah terlihat rapi dan siap berangkat kerja. "Nggak usah, Sayang. Insyaa Allah jam sepuluh nanti, aku ke rumah makan menemui teman kerjanya Pak Bos. Biar aku sarapan sekalian saja di sana." "Baiklah, hati-hati di jalan." Naura segera mencium punggung tangan kanan Rama kemudian memeluknya. "Aku berangkat dulu, ya, Sayang. Istirahatlah ... I love you." Rama mencium kening, kedua pipi dan bibir istrinya. Mengendarai motor sport hitam, Rama terlihat sangat tampan dan gagah walaupun usianya tak lagi muda. Naura pun menunggu Rama sampai berlalu dari pandangan. Naura segera mengunci pintu pagar, pintu depan, berjalan menuju kamar tidurnya. Dia merebahkan badan, merenggangkan otot dan mengistirahatkan tulang-tulang yang rasanya ingin patah. Dia pun memejamkan mata dan terlelap untuk sesaat saja. "Assalamu'alaikum ...." Ting nong! "Ya Allah ... apa aku tak boleh istirahat sebentar saja?" Naura bertanya pada diri sendiri. Suara ibu mertua diiringi bel rumah terdengar berulang kali. Naura berjalan ke depan membukakan pintu pagar. Setelah ibu mertuanya masuk, langsung saja pagarnya ditutup kembali. Dirinya sadar tak memakai gamis dan jilbab, hanya daster rumahan yang membungkus tubuhnya yang seksi. "Wa'alaikumussalaam ..." Naura menjawab salam Erna sambil menutup mulut yang menguap dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya, mencium punggung tangan wanita yang sangat disayanginya. "Hemm ... tidur, ya? Maaf kalau Ibu salah waktu mengunjungimu. Ibu tahu kamu pasti belum sarapan. Ini, Ibu bawakan nasi padang," kata Erna dengan lembut. Erna langsung berjalan menuju ruang makan. Naura mengikutinya dan langsung duduk sambil meletakkan kepalanya di meja. Badannya benar-benar ingin diistirahatkan. "Apa Rama minta sampai pagi?" Erna selalu bertanya seperti itu pada menantunya. Dia sangat tahu kelakuan putra sulungnya. Bukan Rama atau Naura yang menceritakan urusan ranjang mereka pada Erna. Hanya saja, Erna selalu menanyakan hal serupa. Naura pun tak pernah menjawab pertanyaan ibu mertuanya. Dia merasa tak pantas jika memberikan jawaban yang seharusnya menjadi rahasia rumah tangga mereka. Erna mengelus kepala Naura. Dia menghela napas panjang setiap melihat menantu kesayangannya. Wajah Naura terlihat lelah dengan rambut lepek setelah ditutup paksa dalam keadaan basah. Meskipun Naura selalu tampil segar dan bugar di depan semuanya, Erna tetap melihat kelelahan di wajah menantunya itu. Dia sangat mengerti bagaimana rasanya menjadi Naura. "Yang sabar, ya ... kamu adalah wanita pilihan. Ibu yakin kamu lebih kuat dari pada Ibu." Naura yang hampir saja memejamkan mata, langsung mendongakkan kepala dan memandang wanita yang duduk di sampingnya. Ucapan ibu mertua mengganggu pikirannya. "Maksud Ibu?"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.1K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
53.4K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook