BAB 23 “Apakah benar aku menyerah saja, Mas? Namun apa arti pengorbananku selama ini jika harus berakhir sampai di sini?” “Kenapa kamu nggak datang? Kenapa kamu mengabaikan aku dan Alika? Aku benci kamu, Mas! Aku benci!” ucapku menjerit dalam diam. Kupukul bantal melampiaskan rasa emosi, kesal, kecewa dan tidak tahu harus berbuat seperti apa. “Apa kamu masih saja akan diam kalau kamu tahu ada lelaki lain yang mengharapkanku?! Bicara, Mas?!” pekikku tertahan ditengah isak. Malam itu kuhabiskan dengan menangis. Pakaian dari Alex yang diberikan oleh bapak masih tergeletak di lantai. Benci sekali aku dengan semua ini. Aku menjalani hari-hari seolah tanpa tujuan. Setiap pagi dan petang hanya mengengok ke arah jalan. Berharap Mas Yasa datang. Sudah lima hari aku di rumah dan membuat keripi

