Bab 24

2701 Kata

Kalimat yang diucapkan oleh Nala masih terngiang di telinga sampai saat ini. Apa memang ia hidup hanya untuk menerima karma? Berbagai pertanyaan yang muncul membebat kepala. Berat. Bahkan, Kania merasa pusing saat harus mencari jawaban yang tidak pasti. Ia duduk di tepi ranjang. Seragam almamater sekolahnya masih menempel rapi di tubuh. Pandangan gadis itu kosong, tanpa arah. Kedua tangannya di atas pangkuan. Saling menggenggam. Erat. Keringat di telapak tidak lantas membuatnya tersadar dari lamunan. Pemandangan senja di depan sana tidak lantas membuat Kania takjub. Ia sempurna diam, perang dengan isi hati dan pikirannya sendiri. Sementara itu, di lantai bawah, Yasmin sibuk menyiapkan makan malam. Dua anak bungsunya membantu mempersiapkan piring dan sendok di meja makan. Tidak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN