TTB 9. Kepo

1290 Kata
Ica menyapu pemandangan seisi sekolah dengan netra coklatnya. Sebentar lagi dia tidak akan melihat pemandangan ini setiap hari. Jika di tulis dengan pena, mungkin akan berjilid-jilid kisah manis yang bisa diukir terlahir dari sekolah ini. SMA Taruna Jaya dengan segala tatanannya bagai semesta bagi seluruh siswa dalam naungannya. Pemandangan indah dari balik jendela seperti bingkai yang merangkum lukisan megahnya sekolah itu. Ica tersenyum, merekam lamat-lamat panorama penuh cerita dalam otak kecilnya. "Marisa! Sudah selesai? Waktunya tinggal lima menit kamu malah ngelamun!" Ica terkesiap saat Bu Teti, guru yang mengawas ujian hari ini menegurnya. Ah, bahkan Bu Teti yang galak ini kelak akan dirindukannya. Ica menoleh pada lembaran putih di depannya dan meneliti sekali lagi hasil dia memeras otak menjawab soal Sejarah yang sama sekali tidak dia pahami. Dia melirik ke arah Karin yang dengan waspada mengintip catatan di paha sambil sesekali menengok kanan kiri kalau-kalau ada yang melihat aksinya. Salah strategi tuh cewek, di kira yang ngawas hari ini guru cowok, nyatanya Bu Teti yang terkenal garang. Kalau Ica sih pasrah saja, hanya itu kemampuan otaknya, maka dia tulis sesuai isi hatinya. 'Catet, isi hati bukan isi otak!' Ica melempar gumpalan kertas ke arah Karin, tanpa pikir panjang gadis itu membukanya, siapa tau Ica dapat wangsit lalu memberikan jawaban kepadanya. 'Bego lo piara!' Karin meremat kembali kertas itu sambil menyumpah Ica yang wajahnya tertawa senang. Kembali menjawab lembaran soalnya yang masih banyak belum terisi. Begitu bel penanda waktu ujian selesai berbunyi, satu per satu para siswa meninggalkan ruangan. Ica melirik ponselnya sambil menunggu di parkiran. Teratas pesan dari mama yang dia lewati saja, lalu pesan nggak penting dari iklan voucher sop***, dia beralih pada percakapan di grup sekolah yang sudah ramai komentar. Ica menyungging senyum melihat lokasi party yang di share berulang kali di grup. Pasti itu lokasi tempat prom night yang diadakan Daniel. "Kenapa lo senyum-senyum?" Kehadiran entitas di sampingnya, membuat senyum di wajah Ica berganti kerucut. "Kepo!" sinisnya. Tapi Rakha malah mengusak rambut panjang Ica gemas. Sampai kemudian lagi-lagi suara halus dan manja menginterupsi mereka. "Kha, kamu jadi anterin gue pulang kan? Sekalian minta izin sama bokap buat party malam minggu nanti." Rakha hanya mengangguk menjawab pertanyaan Zara sambil mengerling dan tersenyum. Kemudian dia beralih meledek Ica. "Nih, gue dong berangkat sama gebetan ke party. Lo jangan bilang berangkat sama Karin ya, ngenes bener!" sombong Rakha. Zara jadi tidak enak hati melihat wajah masam Ica, hingga dia berkata, "lo bareng kita aja Ca, si Rakha bawa mobil katanya, kan?" "Nggak usah ngajak-ngajak dia! Ntar susah ngajak pulangnya, maklum dia belum pernah party!" 'Bhukk' Ica menabok mulut Rakha yang penuh racun itu. Sudah dari tadi dia tahan tangan gatalnya, hingga puas sudah dia eksekusi tuh mulut. "Ca, buat malam minggu entar udah beress!" Karin baru datang dari arah toilet sambil memasukkan ponsel ke sakunya. Ica menyinggung senyum membuka telapak tangannya untuk ditepuk Karin, bergoyang ke kiri kanan, terakhir saling menyenggol p****t, salam khas mereka. Rakha memutar mata melihat adegan absurd duo lengket itu. "Emang lo diizinin Mama Papa keluar malam?" tanya Rakha penasaran. Zara mengerutkan alis, 'apa sedekat itu Rakha dan Ica sampai Rakha sudah memanggil orang tua Ica seperti orang tuanya sendiri' pikirnya. "Mau tau aja lo!" sergah Ica. "Kepo!" sambung Karin. Dua cewek itu tersenyum misterius ke arah Rakha, dan melambai manis ke arah Zara. Mereka menaiki motor matic Karin dan mulai meninggalkan parkiran menuju rumah. Strategi pertama berhasil, lanjut misi kedua. *** Reset Ketika dipaksa harus mengucapkan selamat tinggal pada kekasih Ciuman terakhir mengantar kepergiannya di peristirahatan abadi Menunggu waktu untuk berakhir hingga dapat kembali bersua Sementara dunia harus reset! Bue menatap ke arah langit, mengenang saat manis bersama sang istri yang lebih dulu berpulang. Ada segumpal kerinduan dalam hati menunggu waktu bertemu di keabadian. "Assalamualaikum Bue!" sapa Rakha ramah mengulurkan tangan. Begitu punggung tangannya di kecup Rakha, Bue menarik kembali tangannya kasar. 'Hah' Rakha menghela nafas kasar. Sudah dia duga, semenjak di tinggal istri tercinta, penyakit pikun dan sinis bue sering kumat. Dan anehnya itu hanya kepada Rakha. Kepada yang lain Bue biasa aja. Tapi Rakha benar-benar tidak bisa menahan penasarannya tentang rencana Ica. Dia yakin Ica pasti bermain licik sehingga bisa keluar di atas jam tujuh malam seperti sekarang. Dengan setelah jas semi formal dan kaos hitam sebagai dalamnya, juga sepatu kets abu yang menghiasi kaki panjangnya. Dia melangkah lebar ke rumah Ica. Di depan sudah duduk manis Bue dengan pakaian yang juga terlihat rapi. "Mau ketemu Ica boleh Bue?" tanyanya takut-takut. "Nggak boleh!" "Mmm Ica mau jalan malam ini Bue, takutnya kenapa-napa. Jadi Rakha harus bilangin Ica!" bujuk Rakha sekali lagi. "Nggak pa-pa, Ica perginya sama Bue!" Rakha melotot, Ica pergi ke pesta anak muda membawa aki-aki pikun macam Bue. Kalau Bue hilang gimana? Ah, ini pasti cuma akal-akalan Ica supaya bisa keluar malam. "Kamu!" hardik Bue tiba-tiba. Rakha kaget tapi kembali mendengarkan apa yang akan keluar dari mulut Bue. "Kembalikan ikan saya yang kamu makan!" Tuh kan, soal ikan lagi. Jadi ceritanya, saat ngidam pas hamil Rakha, Bunda Saira ngidamnya ikan hias kesayangan Bue. Mana langka dan harganya mahal lagi. Tapi Bue nggak bisa menolak karena permintaan istrinya yang telah dahulu berpulang. Bue mana bisa marah sama cewek cantik kaya Bunda Saira, jadilah marahnya diturunin ke Rakha. Pantas saja Rakha rada absurd gitu, ngidamnya aneh-aneh aja emang. "Gimana balikinnya Bue, ikannya sudah berenang dan berkembang biak di perut Rakha. Nih!" Rakha membusungkan perut dan mengusap-usapnya. Bue ikut mengusap perut itu tapi kemudian mencubitnya keras. Membuat Rakha mengaduh, "sakit Bue!" "Kamu pikir saya anak kecil bisa kamu kadalin?" "Nggak! Bue udah tua, tapi masih kaya anak kecil!" sahut Rakha tak mau kalah. "Bue sumpahin kamu hobinya nanti piara ikan hias! Trus istri kamu yang goreng semua ikan-ikannya!" "Amin, Alhamdulillah secara nggak langsung Bue mendoakan Rakha cepat dapat jodoh! Makasih ya Bue," kata Rakha kenceng separo sebel. "Au ah ngomong sama kamu, kaya ngomong sama aki-aki!" kata Bue berlalu menuju pintu rumah dan menutupnya rapat. Rakha melongo. 'Nggak salah?' Tidak habis akal, dikeluarkannya ponsel canggih dari balik jasnya, lalu menghubungi Bang Rio. Tapi tidak diangkat, jadilah dia menelpon Ica. "Apa'an?" suara cempreng Ica begitu dering itu berganti. "Lo beneran berangkat ke party?" "Ck, pakai nanya lagi. Udah ah lagi dandan ini. Sampai ketemu disana ya!" "Perasaan gue nggak enak aja, lo nanti pulangnya gimana? Tempatnya lumayan jauh, pulangnya juga pasti malem banget!" "Gue nginep di sana, lo nggak usah khawatir!" jawab Ica enteng. "Hah?? Nginep? Dimana? Sama siapa? Kapan baliknya? Diizinan Papa Mama nggak sih? Bang Rio tau?" "Kepo banget deh! Udah ah, bayy! Ica menutup sepihak panggilan itu, tidak menjawab satu pun pertanyaan beruntun kayak kereta api Rakha. "Ca Ca Ca! Ah kampret emang si Ica! Rakha mulai memainkan ponselnya kembali, mengabaikan pesan masuk dari Zara yang sejak satu jam lalu belum dia buka. "Ya Kha?" suara lembut Mama Amel ramah menyapa telinga Rakha, hingga dia jadi sedikit calm down. "Ma, Ica udah bilang kalo dia mau keluar malam ini? Ke prom night party gitu!" "Iya, Ica udah bilang, katanya ada kamu juga. Jadi Mama izinin aja, tolong jaga Ica ya Kha." "Tapi ma..." "Udah nggak pa-pa Kha. Ica udah gede, udah mau lulus SMA juga, biar dia bisa lihat dunia luar, siapa tau ketemu cowok ganteng yang mau sama dia," kata Mama sambil terkekeh. "Tapi Ica pake acara nginep Ma." "Iya Mama tau, makanya Bue ikut!" Rakha mau bersuara lagi tapi keburu di potong, "udah ah Kha, Mama sama Papa lagi ada acara. Mama tutup yaa!" Fix semua terencana, tersusun sangat rapi. Ica kalau mau mikir emang nggak ada celah. Rakha juga aneh kenapa dia jadi ketar ketir begini. Biasanya juga dia cuek, mau Ica nyebrang pulau, berenang di laut, dia nggak peduli. Kenapa sekarang Ica mau datang acara party yang diadakan Daniel dan pastinya banyak cowok dia jadi kaya orang kesurupan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN