Suasana menjadi tegang antara Alesandra, Febrian dan Erick. Febri berusaha menjelaskan bahwa dia tidak punya niat membawa Tania ke rumah. Setiap hari, sejak Febri masuk kantor, Tania selalu mendekati dan merayunya. Dan hari ini, selepas pulang kantor, Tania memaksa ikut ke rumah. Dia sudah menunggu di depan mobilku dan langsung masuk begitu saja.
"Ales, aku minta maaf dengan kejadian hari ini. Aku seharusnya bisa tegas kepada Tania. Besok, aku akan menolaknya dengan tegas".
"Bagus lah, Feb, kalau kamu tahu harus berbuat apa. Aku bukan nya melarang kamu untuk mempunyai hubungan dengan wanita lain. Tapi melihat sikap Tania seperti tadi, aku rasa Diandra bila dia ada di sini dan melihat pasti juga tidak akan setuju dengan wanita seperti itu".
"Iya, Ales".
Lalu Erick menyela di tengah pembicaraan mereka.
"Mengapa kalian tidak menikah saja? Alesandra kembaran Diandra, Ocean sudah menganggapnya sebagai ibunya. Dan Feb, lihat Alesandra, dia lebih cantik dan pintar dibanding Diandra. Alesandra juga mempunyai perasaan kepadamu".
"Erick, hentikan", Alesandra mencegah Erick berbicara lebih jauh.
"Apa maksudmu Ales mempunyai perasaan kepadaku?"
"Benarkah begitu, Ales?"
Alesandra tidak menjawab pertanyaan Febri tadi dan langsung bergegas menuju kamarnya. Sedangkan aku yang mendengar semua percakapan mereka terdiam terpaku.
"Apa? Alesandra mempunyai perasaan kepada Febri? Sejak kapan? Mengapa aku kembarannya saja tidak peka dengan perasaannya? Aku pikir selama ini Alesandra sudah mempunyai pasangan".
Iya, Alesandra menjalin hubungan dengan seorang pria mapan bernama Darren. Alesandra pernah memperkenalkan pria itu kepadaku dan Febri. Mereka telah menjalin hubungan selama 2 tahun. Tapi, aku ini tidak tahu apa-apa tentang Alesandra tentang pekerjaannya apalagi percintaannya. Iya, aku hanya sibuk menceritakan kehidupanku dengannya tapi tidak mempertanyakan bagaimana pekerjaannya, bagaimana hubungannya dengan Darren? Saudara seperti apa aku ini.
"Erick, mengapa kamu bisa bilang Alesandra mempunyai perasaan kepadaku? Bukannya Ales sudah punya pasangan dan mereka saling mencintai?"
"Kamu tanyakan sendiri saja pada Ales, Feb"
Lalu semua meninggalkan ruangan dan hanya tinggal aku seorang diri.
Aku menunggu di sudut ruangan sampai pagi dan pagi itu Alesandra berangkat lebih awal seperti sengaja menghindari bertemu dengan Febri. Dan aku pun kembali ke duniaku lalu memikirkan apa yang terjadi semalam.
"Jika memang Alesandra mempunyai perasaan ke Febri, bukankah itu bagus. Mereka bisa menikah dan memulai kehidupan baru. Ocean juga sudah menganggap Alesandra itu aku, mamahnya. Iya, itu sempurna. Tapi Alesandra itu kembaranku, apa aku sanggup".
Ada rasa senang dan takut di hatiku. Senang karena Alesandra bisa menyayangi Febri dan Sean dengan tulus tapi takut, aku akan terlupakan begitu saja. Karena Ales kembaranku, kami kembar indetik dan posisiku di hati mereka apakah akan hilang begitu saja.
Di kantor Febri meminta maaf kepada Tania tentang kejadian semalam. Febri juga dengan tegas meminta Tania untuk tidak merayunya lagi karena dia tidak mempunyai rasa apa pun kepadanya.
"Tania, tolong jauhi aku. Aku tidak ingin menyakiti hatimu. Aku tidak bisa menerima cintamu. Kamu bukan tipe wanita yang aku impikan. Jadi sekeras apapun kamu mencoba merayu, aku tidak akan tergoda. Daripada kamu membuang waktu untuk mengejarku, di luar sana pasti banyak lelaki yang akan mencintai kamu dengan tulus".
"Feb, kamu benar-benar lelaki bodoh, telah menolakku", Tania membuang mukanya dan pergi meninggalkan Febri.
Sejak saat itu, Tania sudah tidak menganggu Febri lagi.
Beberapa hari telah berlalu, tidak ada percakapan di antara Febri dan Alesandra karena Alesandra berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Tapi minggu pagi ini, Febri sengaja bangun lebih awal karena dia ingin berbicara dengan Alesandra. Setiap minggu pagi, Alesandra suka pergi untuk jogging di sekitar perumahan yang mereka tinggal sekarang. Febri sudah berada di teras dengan pakaian jogging dan sepatu sketsnya. Alesandra baru keluar membuka pintu dan melihat Febri.
"Pagi, Ales, kamu mau jogging kan, kita jalan pagi bareng, yuk".
"Iya", lalu mulai berlari kecil dan Febri mengikuti dari belakang.
Setelah berlari kecil cukup lama dan mulai tampak lelah, Alesandra duduk sebentar di bangku taman. Saat itu, Febri membuka pembicaraan.
"Ales, soal kemarin ini, aku sudah berbicara tegas ke Tania dan aku rasa Tania tidak akan menggangguku lagi. Dan tentang apa yang di bilang Erick waktu itu, apa itu benar, kamu mempunyai perasaan kepadaku?"
"Feb, aku terkadang iri dengan Diandra, dia memiliki kamu, pria yang mencintainya dengan tulus. Kamu baik, perhatian, pengertian , penyabar, Diandra sangat beruntung. Kamu itu seperti tipe pria idamanku".
"Lalu hubunganmu dengan Darren, bukankah kalian sudah cukup lama menjalin hubungan?"
"Iya, Darren lelaki mapan, dia kaya dan tampan. Tapi semakin mapan lelaki tentu godaan nya semakin besar. Darren mempunyai banyak kekasih selain aku. Selama ini dia membodohiku dengan kata-kata manisnya tapi di belakangku dia selingkuh".
"Maaf, Ales, aku tidak tahu, selama ini Diandra tak pernah cerita".
"Diandra itu terlalu polos, Feb. Di pikirannya semua orang di dunia ini baik tapi nyatanya dunia ini kejam begitu pula dengan manusia nya tidak ada yang benar-benar peduli. Semua memakai topeng".
"Ales, kenapa kamu berkata demikian? Diandra itu wanita yang paling sempurna di mataku".
"Sudahlah Feb, aku lelah", lalu meninggalkan Febri di sana.
Selepas jogging, Alesandra pulang diikuti Febri. Suasana minggu ini tampak sepi, Alesandra seharian menghabiskan waktu di kamarnya. Febri dan Ocean pun bermain bersama di kamar. Erick juga sibuk dengan pekerjaan rumah.
Di malam hari, Febri dan Ocean bermain di ruang tengah, aku memandangi mereka tampak bahagia. Tiba-tiba terdengar suara teriakan Alesandra dari kamarnya.
"Arrgggghhh... pergi sana, pergi,....", teriak Ales yang membuat Febri bergegas ke kamarnya.
"Tok, tok,tok", Febri mengetuk pintu.
"Ales, ada apa, buka pintunya, Les".
Ales membuka pintu kamarnya dengan wajah panik.
"Tikus, tikus, Feb, ada tikus di sana", sambil menunjuk ke bawah tempat tidurnya.
Febri tampak tersenyum, "Hanya tikus, aku kira ada T-Rex, kamu sampai berteriak sekencang itu"
"Febri, cepat itu kamu usir tikusnya. I hate it".
"Iya, Ales, sebentar aku ambil sapu dulu".
Alesandra memang pemberani tapi dia jijik dengan yang namanya tikus dan wajahnya bila ketakutan seperti itu sungguh seperti diriku.
Tak berapa lama Febri berhasil mengeluarkan tikus itu dari kamar Alesandra sedangkan Alesandra sedang menemani Ocean bermain. Dan Febri menghampiri mereka. Ocean yang melihat Febri memanggilnya.
"Papah....Mamah...", berulang kali.
Febri dan Ales saling berpandangan sementara aku hanya mematung di sudut ruangan. Hatiku bergejolak mendengar Ocean memanggil mereka dengan sebutan itu.