Bab 11. Bidadari Surga

846 Kata
Aku berjalan pulang dengan tatapan hampa. Saat sampai di dunia arwah, Malaikat Darius mendatangiku dan memberiku sebuah kartu. "Diandra, aku ingin menyampaikan pesan dari Amelia. Amelia menitipkan kartu ini kepadamu. Di dalam kartu ini ada sejumlah uang yang bisa kamu gunakan". "Apa Amel telah memasuki gerbang?" "Iya, aku baru saja pulang mengantar Amelia ke gerbang". "Amel...", aku terjatuh lemas ke tanah. Baru saja aku ingin berbagi cerita dengan Amel tapi kini aku seorang diri. Airmataku pun menetes. "Ambillah kartu ini dan gunakanlah sebaik mungkin". Aku mengambil kartu itu lalu Malaikat Darius meninggalkanku. Aku tidak tahu harus kemana. Rumah Amel sudah menghilang. Langkahku terhenti di depan rumah Leon. Sekarang hanya Leon yang aku kenal di dunia arwah ini tapi aku tak mungkin... Tiba-tiba terdengar suara memanggilku, iya Leon memanggilku. "Diandra, kamu hendak kemana? Kamu sudah tahu kan Amelia sudah di jemput ke gerbang. Aku berharap Amel dapat bereinkarnasi menjadi manusia kembali". "Iya aku juga berharap demikian dan semoga aku dapat bertemu dengannya kembali". "Tadi Amelia meminta waktu untuk berpamitan denganmu. Tapi karena waktunya sudah tiba dan kamu belum juga kembali jadi Amel harus pergi segera tanpa sempat berpamitan denganmu". "Iya, aku yang salah terlalu lama di dunia manusia. Andai tadi aku pulang lebih awal". "Semua itu bukan salahmu, Dra, karena kita tak pernah tahu kapan waktunya kita harus pergi meskipun sekarang kita arwah". Aku menangis sesegukan dan Leon meraih tubuhku lalu memelukku. "Dra, menangislah. Aku akan menjadi sandaranmu". Aku menangis untuk melepaskan beban di dadaku, beban ini terasa berat. Setelah cukup lama menangis, beban ini terasa lebih ringan. Aku menyeka airmataku dan membangunkan pundakku yang sedari tadi bersandar pada d**a Leon. "Maaf, aku selalu merepotkanmu". Leon menatap aku dan menghiburku. "Tidak apa-apa, Dra. Tapi coba aku lihat, wajahmu seperti sehabis di gigit lebah, sampai bengkak begitu". Aku memegang wajahku, "Yang benar Leon sampai sejelek itukah aku?" "Iya, tapi kamu tetap cantik koq, waktu tersenyum, waktu tertidur bahkan waktu menangis, aku menyukainya", sambil mencubit pipiku. "Leon, apaan sih", memasang wajah cemberut. "Tuh kan, tetap cantik", Leon tersenyum. senyumnya itu tidak bisa dipungkiri, manis. Aku pun tersenyum kepadanya. "Ayo, kita masuk ke rumahku, aku rasa kamu perlu beristirahat, kamu juga bisa tinggal sementara di sini sampai kamu mempunyai tempat tinggal". "Iya. makasih Leon". Dan kami pun masuk ke rumah Leon. ****Di Gerbang Reinkarnasi**** Amelia sudah memasuki gerbang reinkarnasi. Disana penjaga membacakan segala karma baik dan buruk selama Amelia hidup. Amelia selalu berbuat baik dan suka menolong sampai hari itu hari dimana dia menolong seorang anak yang hampir tertabrak bus saat menyeberang. Seharusnya waktu itu, anak tersebut yang seharusnya meninggal tapi Amelia menggantikan posisi anak itu sehingga itulah sebabnya namanya belum terdaftar di gerbang. Hari ini, anak yang Amelia selamatkan 8 tahun yang lalu, mengalami kejadian yang sama. Anak itu meninggal tertabrak bus di tempat dan waktu yang sama hanya dengan tahun yang berbeda. Karena itu sudah menjadi takdir anak tersebut. Waktu 8 tahun yang telah dikorbankan Amelia untuk menolong anak itu pun tidak dipergunakan dengan baik olehnya. Anak itu hidup sesuka hatinya dan sering menganggu orang lain. Karena karma buruk yang dilakukan anak itu selama dia hidup, anak itu akan bereinkarnasi menjadi hewan dan harus bersusah payah untuk bertahan hidup. Sedangkan Amelia karena segala karma baik yang dia lakukan selama hidup bahkan sampai mengorbankan nyawanya, maka Sang Pencipta menyediakan tempat untuk Amelia sebagai bidadari surga. Dia tidak akan bereinkarnasi dan tinggal di surga. ****Di dunia Arwah**** Aku sudah memutuskan untuk mencari tempat tinggal dengan kartu yang di tinggalkan Amel, aku bisa membeli sebuah rumah karena aku tidak mungkin tinggal bersama Leon di satu atap. Aku harus sesegera mungkin pindah, aku tidak ingin memberi harapan karena aku sendiri tidak tahu perasaanku. Lalu tiba-tiba Leon datang membawa beberapa buah. "Dra, bagaimana sudah terasa baikan setelah istirahat? Aku juga membawa beberapa buah. Makanlah". "Iya, makasih Leon. O iya, aku akan segera mencari rumah baru, aku tidak ingin merepotkanmu". "Dra, kamu tahu kan ritual pernikahan arwah. Aku ingin mengadakan ritual itu bersamamu. Mari kita buat tali jodoh di antara kita. Kelak jika kita bereinkarnasi, aku akan menjadi pasanganmu dan membahagiakanmu, Dra. Mulai sekarang, aku pun akan selalu menjaga dan melindungimu. Maukah kamu mengikat janji denganku, Diandra?" Apa yang selama ini aku takutkan akhirnya terjadi. Leon menyatakan perasaannya, aku harus bagaimana. Aku tak mampu menyakiti perasaan seseorang tapi aku harus mengambil sikap. "Leon, aku minta maaf, kamu tahu kan aku ini sudah mempunyai suami dan anak, jadi aku tak mungkin bersama dengan yang lain". "Dra, kamu ini arwah. Kamu sudah tidak berhubungan dengan dunia manusia. Kamu wanita bebas sekarang. Kamu tahu kan kalau Febri nanti menikah lagi, maka selamanya kalian putus hubungan. Lalu mengapa kamu tidak memulai hubungan baru, aku mencintaimu, Dra". "Aku tahu Leon, tapi hati ku tetap dan hanya untuk Febri. Tidak ada tempat untuk yang lain. Maaf, Leon". "Dra, aku tidak akan menyerah hanya karena kamu menolakku sekarang, karena aku yakin kamu juga menyukaiku". "Leon", aku menatapnya dengan tatapan sendu. Aku merasa bersalah, aku telah membuat seseorang menyukaiku tapi aku tak bisa memberikan perasaan yang sama. Aku nyaman bersama nya tapi untuk menjalin hubungan percintaan, aku pun bingung dengan perasaanku sekarang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN