Aku menunggu sampai pagi hari di rumah sakit. Alesandra sudah bersiap untuk pulang. Dia membenahi pakaian dan barang-barangnya. Tak lama Febrian datang bersama dengan Ocean.
"Alesandra, aku sudah menyelesaikan administrasi, sekarang kita bisa pulang".
"Iya, Feb, kita jadi ziarah dulu kan".
"Iya".
Akupun mengikuti mereka sampai mobil dan tempat pemakaman. Mereka membeli bunga dan menabur bunga di makamku. Mereka juga membersihkan rumput-rumput liar di sekitar makamku dan mendoakanku.
"Diandra, aku yakin kamu pasti bahagia di sana melihat kami baik-baik saja. Aku menyayangimu Di, sampai kapan pun kamu tetap yang pertama di hatiku. Aku tahu mungkin ini terdengar egois, aku ingin menikahi Alesandra, saudara kembarmu untuk menjadi ibu bagi Ocean. Di, aku minta izinmu untuk menikahi Alesandra".
Alesandra juga mendengar permintaan Febri namun Alesandra hanya diam dan bicara dalam hatinya.
"Di, apa aku harus menerima permintaan Febri, apa kamu mengizinkannya, Di, berilah aku petunjuk. Aku tidak ingin menyakiti hatimu lagi, aku telah membuat kamu kehilangan kebahagiaan, bagaimana bisa aku bahagia bila kamu disana bersedih?"
Anehnya aku bisa mendengar suara hati Alesandra tersebut. Ada apa ini, apa mungkin sekarang kami terhubung. Aku tidak tahu tapi aku harus menggunakan kesempatan ini. Aku senang melihat mereka bersama seperti ini. Aku juga setuju bila mereka menikah. Tapi bagaimana aku bisa menyatukan mereka. Aku harus berbuat sesuatu agar mereka dapat bersatu.
Setelah selesai berziarah, kami pun pulang ke rumah kontrakan Febri. Untung hanya bagian dapur yang terbakar waktu itu dan api dapat di padamkan segera sehingga hanya perlu renovasi beberapa hari.
"Rumahnya sudah rapi, Feb, cepat juga ya".
"Iya, hanya perlu beberapa perbaikan di area dapur jadi tidak terlalu lama untuk renovasi".
"Feb, aku istirahat dulu ya, aku agak lelah setelah ziarah".
"Iya, Les, istirahatlah, aku akan menyiapkan makan siang untuk kita".
Alesandra memasuki kamarnya dan berbaring di tempat tidurnya. Lalu mengambil foto di atas meja sebelah tempat tidurnya. Itu foto aku dan Alesandra. Alesandra memeluk foto itu.
"Di, maafkan aku, Aku ingin bisa kembali ke masa kecil kita dulu dimana kita saling bahagia meskipun tanpa orangtua. Kita saling menjaga dan menyayangi. Di, maafkan Erick, aku tidak tahu kalau Erick yang berusaha mencelakaimu, andai aku bisa mencegahnya, mungkin semua ini tidak terjadi".
Lalu Alesandra tertidur sambil memeluk bingkai foto kami.
Dan aku memberanikan diri untuk menghampiri Alesandra yang tertidur dan berbicara kepadanya.
"Ales, aku tidak menyalahkan siapa pun atas kematianku. Aku menerima apa yang telah terjadi. Ales, aku tahu kamu mencintai Febri dan menyayangi Ocean, menikahlah dengan Febri, aku akan ikut bahagia di sana".
Lalu Alesandra terbangun dan melihat sekeliling.
"Di, apa aku bermimpi? Di, apa benar itu keinginanmu, apa kamu setuju aku menikah dengan Febri. Di, katakan sesuatu, Di. Aku yakin kamu mendengar".
"Iya, Ales, aku ingin kamu bahagia, menikahlah dengan Febri, aku akan bahagia di sana".
"Di,...," Alesandra terharu mendengar hal ini.
Tetapi tiba-tiba Malaikat Darius datang dan membawaku pergi dari sana.
"Diandra, kamu telah melanggar aturan, kamu mencampuri urusan manusia. Kali ini, aku tidak bisa memaafkanmu. Kamu harus menerima hukumanmu".
"Aku bersedia menerima hukuman, setidaknya aku sudah melakukan sesuatu yang benar, aku tidak menyesal. Aku akan ikut dan mematuhi apapun hukumanku".
Lalu Malaikat Darius membawaku ke suatu tempat seperti gua yang terdapat jeruji-jeruji besi seperti penjara. Disana juga terdapat banyak arwah yang terkurung.
"Karena kamu telah melanggar aturan maka kamu akan dikurung di penjara arwah ini. Di sini kamu tidak bisa kemana-mana, kamu akan menetap di sini sampai waktumu tiba. Sampai saat itu tiba, kamu hanya seorang tahanan. Jika kamu berusaha kabur, maka arwahmu akan dikejar dan dibinasakan".
Aku melihat sekelilingku dan tidak berkata apapun. Aku hanya perlu menjadi tahanan di sini. Tidak mengapa karena di luar sana pun, aku tidak mempunyai siapa-siapa. Mungkin ini yang terbaik. Aku hanya bisa berdoa semoga Alesandra, Febrian dan Ocean berbahagia sekarang.
Sementara itu, Alesandra merasa lega karena telah mendapat jawaban atas kegalauannya. Alesandra segera menemui Febri di ruang makan.
"Feb, aku mau menikah denganmu. Aku bersedia menjadi ibu untuk Ocean. Mari kita mulai semua dari awal lagi, kita pasti bisa bahagia karena telah melewati segala masa sulit".
"Benarkah, Les, aku senang mendengarnya".
"Iya, tadi saat aku tertidur Diandra datang menemuiku, Diandra berkata memberikan izinnya untuk kita menikah dan dia ingin melihat kita bahagia".
"Di, makasih Di".
Febrian dan Alesandra melanjutkan rencana pernikahan mereka yang sempat tertunda karena insiden tempo hari.
Segala sesuatu telah siap hanya tinggal menunggu hitungan jam. Pagi ini Alesandra, Febrian dan Ocean sudah pergi ke bridal.
Alesandra di rias dengan make up pengantin modern karena gaun yang dikenakan gaun internasional yang simple namun elegan. Ales tampak cantik bak seorang putri.
Febri juga mengenakan setelan jas putihnya dengan dasi kupu-kupu. Dia tampak gagah dan tampan. Begitupun Ocean tetap lucu menggemaskan dengan setelan jas yang agak kebesaran sedikit.
Beberapa tamu sudah hadir, memang tidak banyak karena kami memang ingin pernikahan yang sederhana jadi hanya mengundang kerabat dekat saja untuk merayakan pesta pernikahan kami. Kami menggelar acara di ruang terbuka dan pendeta sudah menunggu kami di altar.
Saat berjalan menuju altar, tiba-tiba Febri merasa matanya berkunang-kunang dan seketika terjatuh ke tanah dan tak sadarkan diri.
Semua tamu yang hadir panik, terutama Alesandra.
"Feb, Febri, kamu kenapa Feb, Feb," , Alesandra menangis melihat keadaan Febri.
Dan mereka segera memanggil ambulance.