Part 5

1526 Kata
Leo pov Hari ini adalah hari dimana aku memasuki sekolah baru ku. Kalau saja bukan karena sebuah misi aku tidak akan mau menginjakkan kaki ku ditempat seperti ini, lihat lah murid disekolah ini benar-benar tidak mencerminkan anak sekolah, buruk sekali. Pria yang berpakaian tidak rapi rambut berantakan, apa disekolah ini tidak ada peraturan? Apa guru disini benar-benar mengajarkan anak muridnya dengan benar? Ah tapi kak Alvera lulusan sekolah ini saja bisa menjadi sukses, berarti belum tentu anak muridnya berandalan seperti ini guru nya tidak mengajarkan dengan benar tapi siapa yang tau? Lagipula kesuksesan bukan dilihat dari seberapa kenakalan yang kita lakukan dulu tapi dilihat dari seberapa usaha yang kita lakukan saat ini. "HEY HEY LIHAT ITU ANAK BARU." Teriakan itu lagi. Apakah seheboh itu? Aku tau kalau aku ini tampan bahkan sangat tampan tapi kan tidak usah seheboh itu. Apakah kalian tau dari awal aku membuka pintu mobil ku dan menginjakan kaki ku di sekolah ini murid disekolah ini heboh. Aku curiga apa di sekolah ini tidak ada pria yang setampan diri ku ini. "Hey lo anak baru?" tanya seorang pria yang mendatangi ku dengan beberapa pria lainnya. Aku hanya mengangguk saja dan terus berjalan menuju ruang kepala sekolah. Aku tidak mau memperdulikan nya, aku juga disini hanya untuk menjalankan misi ku. "Mau kemana?" tanya pria lainnya mengikuti langkah kaki ku. menyebalkan. "Ruang kepala sekolah," jawab ku singkat tanpa menoleh sedikit pun kepada mereka. "Ayo kita antar." Aku berhenti dan menatap ketiga pria didepan ku ini dengan alis terangkat satu. Mereka ini sungguhan baik atau karena aku terlihat kaya jadi mereka ingin berteman dan memanfaatkan ku saja. Atau mereka yang harus ku waspadai? aku benar-benar harus hati-hati saat ini. "Gua bisa sendiri," tolak ku. "Oh ok anak baru ini gak butuh bantuan," ujar salah satu dari mereka bertiga yang hanya memakai dasi tanpa di ikat, menjuntai di leher nya. Sangat tidak rapih, berantakan. "Ayo guys pergi aja." Mereka terlihat kesal namun aku tidak peduli. Mereka membalik kan badan dan berjalan menjauhi diri ku. Aku tidak memperdulikan mereka semua dan tetap terus berjalan dan memikirkan tugas apa yang akan diberikan oleh Nanas —Nasla. Apa aku harus menyelidiki para guru atau murid? Atau aku harus menyelidiki kasus n*****a? Tapi kenapa harus aku? Kan masih banyak agent yang lain, memang dasar ibu Nanas itu suka sekali membuat ku repot. Dia benar-benar menyebalkan memberikan ku misi tapi tidak memberitahu ku apa misi ku dia hanya mengatakan kalau aku harus jalanin dulu nanti dia akan beritahu misi ku. Ah itu dia ruang kepala sekolah. Aku semakin mempercepat langkah ku menuju ruangan kepala sekolah karena kuping ku sudah panas mendengar teriakan para wanita itu, terkadang aku tidak menyukai situasi seperti ini, berisik. "Anak baru dari sekolah mana?" Leo mengabaikan pertanyaan dari gadis yang bertanya tersebut. "Hah ganteng-ganteng tapi budek." Dasar wanita. Aku mengetuk pintu ruang kepala sekolah sambil melihat-lihat disekelilingnya siapa tau ada hal yang mencurigakan. Ini semua karena Nanas coba saja dia sudah memberitahu ku dari awal apa misi ku pasti aku tidak akan mencurigai semua orang seperti ini. "Masuk." Suara dari dalam menyuruh ku untuk masuk. Aku dengan cepat memasuki ruangan itu dengan pandangan ku yang tidak terlepas untuk terus mengawasi ruangan ini dan juga kepala sekolah yang tengah duduk di depan ku ini. "Selamat pagi pak," ucap ku sopan. Aku harus sopan, karena ini adalah hari pertama ku disekolah dan aku harus memberikan kesan yang baik pada hari pertama ku sekolah walaupun aku tetap berwaspada padanya. "Selamat pagi Leonard," sapa nya dengan ramah. Baik aku akan mencoba untuk ramah juga kalau begitu. "Ahh Leo saja pak." Bapak kepala sekolah itu mengangguk lalu tersenyum. "Baik Leo kau mendapatkan kelas XII IPA 3 kebetulan disana ada bangku kosong kamu bisa menempatinya," ujar kepala sekolah dan memberitahu ku dimana kelas ku berada. Kepala sekolah itu juga memberitahu ku tentang peraturan disekolah ini. Ternyata sekolah ini juga memiliki peraturan, tidak ku sangka, ku kira tidak karena sebagian besar murid disini tidak mematuhi nya. Kalau aku menjadi kepala sekolah atau guru di sekolah ini sudah ku hukum bahkan ku keluarkan dari sekolah ini. "Baik pak, terima kasih," ucap ku setelah mendengarkan beberapa peraturan disekolah ini yang menurutku percuma saja dibuat, karena seperti nya peraturan itu hanya di beritahu kan kepada murid baru saja tidak murid lama yang seperti nya tidak mengetahui kalau sekolah nya memiliki peraturan. Kepala sekolah itu tersenyum dan berkata,"semoga kau suka di sekolah ini." Aku mengangguk kecil dan tersenyum."Ya semoga saja," gumam ku ketika aku keluar dari ruangan kepala sekolah. Aku terus berjalan mencari ruangan kelas ku sesuai dengan yang dikatakan oleh bapak kepala sekolah tadi. Aku melewati beberapa kelas yang ternyata sudah bel masuk, aku melihat-lihat setiap kelas yang ku lewati, tidak seperti di sekolahan ku yang dulu ya itu sudah pasti berbeda. Aku melihat beberapa, tidak bukan beberapa tapi hampir sebagian besar anak murid mengabaikan guru nya yang sedang menjelaskan di depan kelas, ada yang sibuk bermain psp, ada yang berselfi ria ada yang membaca komik bahkan ada yang menonton video disaat jam pelajaran tapi hey bagaimana bisa para guru itu tidak menegur nya. Sepertinya guru di sini sudah sangat lelah untuk menegur nya. Ok peduli apa aku dengan semua ini, aku terus berjalan sampai mata ku tertuju pada seorang gadis yang sedang melamun didalam kelas nya dengan pandangan kosong melihat kearah taman sekolah dan teman nya memanggil gadis itu dan mereka sedikit berbincang lalu tertawa bersama. Aku sedikit tersenyum melihat itu. Eh hey Leo apa yang kau lakukan, sadar ku. "Astaga," gumam ku. Lalu aku sampai pada kelas ku XII IPA 3 tertulis di atas pintu kelas yang suasana kelas nya hening, tentram sekali tidak seperti kelas yang lain. Aku sedikit bersyukur mengetahui kelas ku tidak seberisik kelas yang lain. Apa aku mendapatkan kelas terbaik? Aku mengetuk pintu ruang kelas ku takut kalau mengganggu guru yang sedang mengajar. Terbuka. Aku bingung mengapa yang membuka nya bukan guru melainkan seorang perempuan yang menggunakan seragam sama dengan ku yang sudah pasti itu murid disekolah ini. "HEY GUYS LIAT TERNYATA MURID BARU TAMPAN ITU DI KELAS KITA," teriak murid perempuan yang membuka kan pintu untuk ku. Aku sedikit terkejut dengan teriakan nya dan juga aku mengetahui mengapa ruangan yang menjadi kelas baru ku ini sepi hening tidak berisik ternyata sebagian dari mereka tidur dan sebagian lain nya sibuk dengan dunia nya sendiri. Aku melihat ke sekeliling ruangan kelas mencari guru yang mengajar namun tidak ada. Tidak ada guru yang mengajar, apa mereka mengusir nya? pikir ku. "Anak baru, kita hari ini free," sahut seorang laki-laki yang duduk bersandar di dinding sambil bermain game di ponsel nya. "Wah cowok tampan itu." "Rapi banget lagi bro." "Dari mana tuh?" "CALON PACAR." Aku tidak memperdulikan mereka semua. Aku ingin keluar ruangan ini saja kalau tidak ada guru yang mengajar dari pada menjadi berisik seperti ini karena diri ku. Aku melangkah ingin kembali keluar ruangan kelas. "Mau kemana?" Aku terhenti dan menoleh menatap seorang laki-laki yang sedang duduk di meja belakang bertanya pada ku. "Lo anak baru tadi kan?" tanya seorang pria yang baru saja bangun dari tidur nya, mungkin dia terganggu karena kebisingan kelas nya tiba-tiba dan ternyata dia pria yang menawarkan diri nya untuk mengantarkan ku ke ruang kepala sekolah tadi. Aku menoleh memerhatikan sekitar untuk mencari kedua temannya tadi. "Bro ayo duduk di samping gua saja." Pria itu berdiri menghampiriku dan merangkul ku. Aku hanya diam mengikuti arahan dari pria itu yang membawa ku untuk duduk di bangku nya yang berada di barisan kedua dari belakang. "Kenapa pindah ke sekolah ini?" Tanya nya yang duduk di bangku di samping ku. "Kamu di keluarin dari sekolah, tampan?" tanya seorang gadis yang tidak jauh dari tempat ku duduk. "Wey bro lu diusir sekolahan?" "Minta nomor hp dong!" "Alamat rumah nya dimana?" "Bang halalil dedek bang." Leo meringis mendengar itu. Mereka terlalu agresif bukan untuk seorang wanita. Ah aku melupakan satu hal, semua wanita akan menjadi agresif kalau melihat ketampanan diriku ini, jadi ya wajar saja mereka seperti itu. "Wey siapa nama lo?" tanya pria yang berada di samping ku. "Leo." "Gua Verell." Aku hanya mengangguk kan kepala. Dan mengeluarkan ponsel ku untuk menghubungi Nanas dan menanyakan tugas apa yang harus aku jalani di sekolah ini namun belum ada balasan dari Nanas, aku memasukan ponsel ku lagi ke dalam saku ku. Padahal aku membutuhkan jawaban nya sekarang agar aku dengan cepat memikirkan cara untuk menjalan kan misi ku dengan sempurna. "Leo ayo lah gabung sini," ajak Verell. Aku mengangkat wajah ku dan mengalihkan pandangan dari ponsel milik ku. "Enggak, makasih," tolak ku. Aku tidak mau dekat dengan orang lain dulu sebelum mendapatkan jawaban dari Nanas, aku takut salah langkah dan ternyata dia itu musuh yang harus ku musnah kan. Aku mengeluarkan buku favorit ku buku yang membahas tentang secret agent dan FBI, karena aku harus terus mengevaluasi diri ku. Aku harus terus berkembang, tidak boleh hanya terus seperti ini sementara musuh di luaran sana sedang berprogres menjadi lebih kuat, dan aku harus menjadi semakin pintar dan lebih kuat dari mereka tentu nya untuk dapat mengalahkan mereka. Tiba-tiba ponsel ku berdering menandakan pesan masuk aku dengan cepat melihat pesan yang masuk, aku sudah tau itu pasti balasan dari Nanas jadi aku buru-buru membuka pesan nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN