"MAH PAH!!! Cepet Alvera laper tau."
"Astaga anak ini." Aldi mengacak-acak rambut Alvera dan duduk berdampingan dengan istri nya –Salsha.
Leo melihat suasana seperti ini menyenangkan, karena akhirnya berkumpul dengan lengkap. Namun dirinya sedikit merasa takut, ya sedikit takut karena ia harus mengatakan sekarang, kalau ia harus pindah sekolah dan harus membuat alasan yang meyakinkan kalau tidak, ia akan mendapatkan kemarahan berlipat dari kedua orang tua nya dan juga dari kakak pertamanya Angel. Mommy dan kakak pertama nya –Angel, mereka dua orang yang sama ketika marah, menyeramkan. Leo harap mereka tidak marah.
Kenapa Leo tidak takut dengan Alvera? karena Alvera akan mendukung saja, apalagi pemberontakan atau kenakalan pasti Alvera sangat setuju akan hal itu.
Karena menurut kakak kedua Leo, hidup itu singkat jadi nikmatilah, jangan terpaku pada peraturan. Terkadang sedikit kenakalan membuat mu senang dan bebas. Dan tentu saja pendapat Alvera itu tidak disetujui oleh Angel maupun Leo.
"mom dad, aku..."
"Habiskan dulu makanan mu Leo," ucap Aldi yang bernotabene sebagai ayah nya.
"Iya dad." Leo mengangguk meng iya kan ucapan orang tua nya.
Setelah beberapa menit berlalu, makanan mereka habis. Para wanita kecuali Alvera membereskan meja makan dan membawa piring, gelas kotor menuju tempat pencucian piring. Sedang kan para pria dan Alvera berjalan menuju ruang keluarga menonton acara televisi Leo menatap daddy nya sedikit takut.
"Pah tadi kan Leo mau ngomong tuh," pancing Alvera sambil melirik kearah Leo menggoda nya karena Alvera tau Leo sedang ketakutan, walaupun Alvera juga tidak tau apa yang akan di bicarakan oleh Leo.
"Iya Leo kamu mau ngomong apa?" tanya Aldi yang langsung mengalihkan pandangan nya dari televisi melihat anak laki - laki nya itu.
"Ah iya jadi gini loh dad emm... Leo..."
"Udah Leo ngomong aja." Alvera menyenggol badan Leo dan menaik turun kan alisnya bermaksud meledeknya dengan tatapan seakan-akan mengatakan 'kau dalam masalah besar ya adik ku'
"Alvera," peringat Aldi dan Alvera seketika diam namun masih tetap meledek Leo dengan gerakan matanya.
"Ini Leo mau ngomong kalau Leo..." Leo diam sejenak dan mengambil napas. Entah lah sekarang ia lebih merasa takut di tertawa kan dari pada takut di marahi ketika membaca pesan dari Nasla yang mengirimkan pesan dan mengatakan dimana dia harus bersekolah.
"Leomaupindahsekolah," ucap Leo cepat tanpa jeda sedikit pun membuat Aldi dan Alvera bingung tidak mengerti apa yang di bicarakan Leo karena tidak terdengar dengan jelas.
"Ngomong apa sih lo dek? Cepet banget," protes Alvera karena tidak bisa menangkap maksud Leo.
"Pelan-pelan Leo kalau ngomong," ucap Aldi.
Leo menghela nafas lalu kembali berbicara," Leo mau pindah sekolah."
"WHAT?!" teriak Alvera lalu tertawa terbahak-bahak. Bagaimana bisa Leo setakut itu padahal hanya untuk membicarakan hal yang tidak terlalu penting seperti itu pikir Alvera.
Aldi hanya menatap anak bungsunya itu bingung, karena tidak biasanya anak nya seperti ini bahkan sampai meminta pindah sekolah, Aldi menerka-nerka ada apa sebenarnya, mengapa anak nya itu ingin pindah sekolah apa anak nya ini di bully? tapi kalau di lihat tidak mungkin juga karena anak nya lah yang terlihat seperti pembullyan nya bukan korban bully.
"Ken... "
"APA? SIAPA YANG MAU PINDAH SEKOLAH HAH?!" teriak dari arah dapur memotong ucapan Aldi dan keluar sang ratu kegelapan ah tidak tidak maksudnya Salsha, ibu Leo.
"Leo tuh mah, Leo yang mau pindah sekolah, kayanya Leo buat ulah deh mah jadinya di D.O dari sekolah terus Leo pura-pura aja bilangnya mau pindah sekolah padahal dia di D.O," ucap Alvera panjang lebar namun dihiraukan oleh Salsha karena Salsha tau Alvera anak kedua nya itu memang suka membuat suasana semakin memanas saja.
"Kenapa kamu mau pindah sekolah?!"
"Kamu mau pindah sekolah? Sekolah itu terlalu murah? Kurang bagus? Kurang mewah? Mau sekolah di London aja?" tanya Angel yang tiba-tiba saja datang seraya mengelap tangannya yang basah dengan tisu karena habis mencuci piring.
"Bukan kak bukan," sahut Leo kepada kakak nya.
'Kalau sekolah yang sekarang tidak bagus sudah pasti aku tidak mungkin memilih sekolah ini,' batin Leo.
"Terus?"
Mengapa Angel bertanya seperti itu? Ya karena mereka semua tau sifat buruk Leo yaitu sombong dan merasa dirinya raja dan tidak suka hal-hal sederhana yang murahan. Arogan, itulah Leo. Jadi, Angel sebagai kakak yang memiliki sifat tidak jauh dari diri nya itu berpikir seperti itu.
"Kamu mau pindah kemana?" tanya Aldi selaku orang tua Leo.
"Kamu mau pindah keluar negri kaya kak Angel?" tanya Salsha.
"Dih, terus gua sendirian gitu disini?" protes Alvera yang tidak terima kalau disini sendirian, nanti tidak ada yang ia jahili lagi kalau tidak ada adik nya itu, tidak mungkin kan Alvera mengerjai atau pun mengusili ayah atau ibu nya sendiri bisa-bisa nya dia di gantung di pohon belakang rumah, walaupun terkadang Alvera juga menjahili ayah nya itu.
"Leo mau pindah ke sekolah Angkasa Jaya Mom dad." Leo harus siap untuk ditertawakan kali ini.
Seketika ruangan ini penuh dengan gelak tawa, Leo sudah tau ini akan terjadi ketika dirinya mengatakan nama sekolah itu, sangat bukan lah Leo. Sebenarnya Leo takut kalau orang tua nya curiga pada nya tapi kalau dilihat seperti nya tidak ada yang curiga terlalu mendalam pada nya.
"Kok gitu?" tanya Angel bingung menatap adik laki-laki nya itu. Tidak menyangka kalau adik nya yang sangat sombong itu memilih sekolah seperti itu.
"Astaga itu kan sekolah kak Alvera," sahut Salsha mencoba menahan tawa nya yang sudah pasti gagal. Dan itulah alasan mengapa mereka tertawa karena sekolah itu adalah tempat dimana Alvera bersekolah setelah di DO berkali-kali dan berakhir di sekolah itu, tempat yang sangat jauh berbeda dari sekolahan tempat di mana Leo bersekolah sekarang, karena sekolahan itu seperti perkumpulan geng mafia daripada anak sekolahan, sangat berandalan, lihat saja kakak kedua nya itu –Alvera.
"Kamu tau kan sekolah itu isinya anak-anak macam Alvera gitu," ujar Angel menunjuk Alvera.
"Iya isinya anak-anak b****k macam Alvera gitu, badung gak ketulungan."
"Hey hey hey guys kenapa mengejek Alvera begini? Alvera tuh anak baik-baik tau, liat buktinya Alvera lulus tuh," ucap Alvera bangga karena berhasil lulus setelah sangat di ragukan lulus karena tingkah nya membuat nya di keluarkan dari beberapa sekolah.
"Leo kamu ketularan kakak kamu?" tanya Aldi.
Leo hanya diam saja menahan malu. Kalau seperti ini Leo lebih memilih untuk di marahi saja kalau begitu dari pada di jadikan bahan tertawaan seperti ini, astaga Leo benar-benar malu sekarang.
"Kamu yakin mau pindah ke sekolah itu?" tanya Angel dan mati-matian menahan tawa.
Leo hanya mengangguk dan menundukkan kepalanya tidak mau melihat wajah mereka yang menahan tawa kecuali Alvera yang dengan senang hati tertawa terbahak.
"Kamu yakin gak di D.O dari sekolah kan Leo?" tanya Aldi mencoba memastikan.
Seketika mereka kembali tertawa terbahak-bahak terutama Alvera. Bagi Alvera kapan lagi bisa menertawakan adik nya yang sedingin es di antartika itu, waktu-waktu seperti ini sangat cocok untuk mengejek nya.
"Udah udah jadi Leo diizinin gak?" tanya Leo yang sudah kesal ditertawakan. Seperti menjatuhkan harga dirinya sendiri.
"Iya mommy ijinin," ucap sang ibu yang mengusap sedikit air mata nya yang keluar dari mata nya karena tertawa. Lalu Leo menatap sang ayah meminta jawaban.
"Iya daddy ijinin." Aldi mengangguk mengizinkan anak nya untuk pindah sekolah karena bagaimana pun itu keputusan nya, mungkin di lain waktu ia akan menanyakan alasan sebenarnya mengapa anak nya itu ingin pindah sekolah.
"Kak?" Leo menatap kakak pertama nya itu.
"Terserah kamu, kamu tau mana yang terbaik buat kamu," jawab Angel santai tidak mempermasalahkan keputusan adik nya itu.
"Daddy urus nanti perpindahan kamu," ujar Aldi.
"Gak usah dad nanti biar Leo aja yang urus," tolak Leo karena urusan perpindahan sekolah nya sudah di urus oleh Nasla. Setelah Leo mendapatkan izin Leo langsung pergi menuju kamarnya.
"LEO LO BELUM MINTA IZIN GUA," teriak Alvera yang diabaikan oleh Leo, karena percuma saja minta pendapat kakak macam Alvera tidak ada gunanya menurut Leo. Lagipula Leo sudah tau pasti kakak nya itu mengizinkan nya.
***
"Sha, kamu curiga gak sih kok Leo tiba-tiba pindah sekolah?" tanya Aldi yang sedang duduk di sofa seraya memerhatikan Salsha yang sedang membereskan kamar mereka berdua karena sudah malam waktu nya untuk beristirahat.
"Kenapa emang nya?" tanya Salsha tanpa mengalihkan pandangan nya dari kasur yang sedang ia bersihkan.
"Ya aneh aja tiba-tiba gitu, mana pindah nya ke tempat sekolahan Alvera dulu. Gimana kalo Leo jadi kaya Alvera rada-rada gitu?"
Salsha menoleh pada Aldi lalu menghampiri nya dan menjitak kepala Aldi, Salsha duduk di samping Aldi dengan laptop yang di pangkuan Aldi.
"Sembarangan aja kalo ngomong, rada-rada gitu anak kamu juga Al." Aldi hanya mengangguk-angguk tidak mau berdebat lagi percuma saja dia akan kalah.
"Aku sih curiga," ucap Aldi sambil melihat laptop nya yang di tutup oleh Salsha dan meletakkan nya di meja.
"Kamu mah curigaan sama anak sendiri. Ayo tidur kasur nya udah aku beresin." Aldi mengangguk dan mengikuti langkah Salsha yang berjalan ke kasur mereka.
"Ya coba deh kamu inget-inget waktu dia sekolah dasar aja cara pikir nya melebihi anak seumurnya." Aldi merebahkan tubuh nya di kasur.
"Iyalah anak aku," bangga Salsha seraya tiduran di samping Aldi dengan menarik selimut menutupi sebagian tubuh nya dan Aldi.
"Coba deh kamu inget-inget dulu waktu kelas 5 sekolah dasar dia nanya-nanya tentang the six team..." Salsha mengangguk karena memang mengingat kejadian dimana Leo tiba-tiba menanyakan tentang tim secret agent nya dulu.
"Team secret agent kamu dulu loh," lanjut Aldi.
"Iya inget, kenapa?"
"Kamu gak curiga sama Leo?" tanya Aldi yang menghadap Salsha.
Salsha yang sudah berbaring tengah membenarkan letak posisi selimutnya pun terhenti lalu menatap Aldi.