"Leo, bengong aja, kesambet aja lo." Karel memukul kepala ku dengan sendok yang ia sedang di gunakan nya. Aku menoleh menatap Karel tidak suka. Sial menganggu saja.
"Iya kaya waktu itu si Bebi bengong langsung kesurupan."
"Iya kesurupan macam katanya mah."
"Menurut gua sih dia kesurupan sapi."
"Bukan kata gua sih dia kesurupan ulet pucuk pucuk itu."
Aku tidak memperdulikan pembicaraan tidak berbobot seperti itu aku kembali melihat pria asing yang dibalik pohon itu tapi ... Sial! Kemana orang itu kenapa tidak ada.
"Gua ke toilet dulu bentar." Aku bangkit dari duduk ku untuk menghampiri pohon itu untuk mencari kemana perginya orang itu. Orang itu mencurigakan sekali, apa jangan-jangan ini misi ku. Aku harus memantau nya.
"AWAS HATI-HATI NTAR KESURUPAN DI KAMAR MANDI HAHAHA," Teriak Karel yang disambut oleh tawa seisi kantin.
Aku menoleh melihat ke arah bangku yang di duduki gadis yang menatap ku bingung seraya makan tadi, namun dia sudah tidak ada, kemana dia? Hey hey hey Leo ada apa dengan mu? Peduli apa kau dengan gadis itu hah?! Aku menggelengkan kepala dan kembali fokus pada tujuan awal ku untuk mencari pria misterius itu.
"Sial kemana dia?" aku mengitari pohon itu dan melihat ke sekeliling namun aku tidak menemukan kejanggalan sedikit pun disini. Aku akan menghubungi Nanas terlebih dahulu.
"Hey kamu ngapain masih berkeliaran, ini sudah jam masuk sekolah kenapa masih di sini?" teriak salah satu guru. Sial saking sibuk dan bingungnya mencari orang itu aku sampai tidak mendengar bel sekolah berbunyi.
"Iya bu maaf saya akan kembali ke kelas saya."
"Sana cepat!"
Aku segera berjalan menuju kelas ku. Dan tanpa sengaja melihat gadis itu lagi yang memasuki kamar mandi perempuan dengan wajah panik dan takut.
Sepertinya dia kena hukum pikir ku.
Hey, Leo lagi-lagi kenapa dengan mu. Tidak usah peduli kan siapa pun mereka tidak penting! Terpenting adalah apa misi dari Nanas sebenarnya.
Aku memasuki kelas ku yang ternyata sudah ada guru, ck kenapa disaat penting malah ada guru, padahal niat ku tadi kalau tidak ada guru lagi aku ingin kembali mencari orang itu. Aku memasuki kelas dan meminta maaf. Pelajaran pun berlangsung dengan pikiran ku yang tidak Fokus dengan penjelasan yang di berikan oleh guru itu. Bahkan pertanyaan Verell pun aku abaikan dan tidak ku dengar.
***
Aku tengah berbaring di kasur ku seraya terus menghubungi Nanas dengan sedikit ah tidak, bukan sedikit tapi banyak, emosi kepada nya karena belum juga ada jawaban.
"Leo turun makan malem dulu."
Itu suara kakak tertua ku kak Angel, dia tinggal disini selama beberapa hari karena ku rasa kak Angel akan di jodohkan oleh orang tua ku. Karena dia yang sampai saat ini tidak terlihat bersama siapa pun. Ketika di tanya perihal kekasih pasti dia akan menjawab...
"Kekasih itu merepotkan dan membuat pusing. Sungguh mengganggu tidak penting! Menyusahkan saja."
Dengarkan itu. Pasti mom dan dad sedang membahas masalah kekasih, lihat saja respon kak Angel seperti itu aku yang sedang berjalan di tangga pun sampai terdengar ucapan sadis dan pedas milik kak Angel.
"Angel kamu itu harusnya sudah menikah."
"Usia kamu saat ini sudah sangat pantas untuk menikah!" Aku tau daddy ku itu sebenarnya tidak masalah dengan kak Angel sudah memiliki kekasih atau belum karena kak Angel masih dua puluh tiga tahun masih muda, hanya saja aku mengerti daddy itu tidak suka kak Angel terlalu mengurung dirinya seperti itu, daddy ku hanya takut kak Angel selama nya akan terus menyendiri seperti itu, daddy hanya ingin kak Angel berbaur dengan yang lain dan beralasan memaksa kak Angel menikah karena daddy berpikir dengan memaksa nya menikah kak Angel akan keluar dan berteman dengan orang lain.
"Aku masih muda!"
"Setidaknya carilah kekasih Angel," sahut mommy ku sambil meletakkan mangkok berisi sup untuk makan malam hari ini.
"Tidak, bisakah aku hanya hidup sendiri?"
"Memang nya kamu tidak mau memiliki keturunan hah?!" Ucap Aldi yang bernotabene sebagai orang tua ku dengan sedikit membentak membuat kak Angel diam seribu bahasa.
"Yaudah jodohin aja sih kak Angel," sahut kak Alvera dan langsung mendapatkan tatapan sinis dari kak Angel. Sudah biasa kak Alvera memang suka membuat suasana semakin memanas.
Aku sudah turun dan berjalan menuju meja makan.
"Gimana sekolah nya ?" Tanya kak Angel yang mengabaikan pembahasan tentang kekasih.
"Lumayan." Aku duduk di samping kak Angel.
"Bukan nya kak Alvera juga harus nya udah punya pasangan ya?" Ledek ku walaupun aku tau seumur kak Alvera tidak masalah kalau belum memiliki kekasih tapi aku senang saja meledek nya.
"Iya gimana sama Alfred?" Goda mommy ku –Salsha kepada kakak kedua ku itu.
"Apa sih mah! Aku sama Alfred itu gak ada apa-apa, musuh iya." Aku hanya terkikik geli menatap kak Alvera yang memang tidak akur dari kecil dengan Alfred, anak dari tante Sandra dan om Fredy.
"Heh inget loh gak boleh gitu, lagian Alfred juga ganteng, pinter, terus sekarang lagi belajar ngurus perusahaan om Fredy kan dia sambil kuliah. Terjamin hidup kamu loh nanti," sahut Daddy yang langsung mendapatkan cibiran dari sang empu korban bullyan kami.
"Cepet makan gak usah bahas hal yang gak penting!" Ucap kak Angel. Aku tau sekali kak Angel takut terkena ledekan kami lagi seperti nya.
"Setuju banget kak," sahut kak Alvera.
"Kalo Leo gimana ? Udah punya pacar belom?" Tanya Daddy ku.
Apa? Apa-apaan daddy menanyakan hal itu kepada ku?! bisa-bisa nya aku pun ikut terkena juga.
"Ya ampun pah kaya gak tau aja kak Angel sama Leo kan sama hahahah," ledek kak Alvera.
Aku hanya diam saja dan mengambil makanan yang akan ku makan sekarang. Aku tidak mau membahas nya lagi.
"Anak-anak kita susah ya cari pasangan," ucap Mommy ku. Aku hanya mengangkat bahu tidak peduli.
"Kita jodohin aja lah," lanjut Mommy yang langsung di setujuin Daddy. Mereka berdua memang senang sekali menjahili kami seperti ini, tapi biasanya hanya kak Angel dan kak Alvera saja yang kena jadi aku senang saja menjahili mereka, tapi sekarang aku pun kena. menyebalkan.
"NO!!" Teriak kami bertiga. Dan lihat lah orang tua kami hanya tertawa geli. Memang nya apa yang lucu? mereka senang sekali menjahili anak nya.
***
'Perempuan. lindungi dia'
Nanas tertawa setelah mengirimkan pesan itu pada Leo, ia yakin tanpa memberitahu dengan lengkap Leo pasti menemukan gadis yang dimaksudnya.
---
Leo menatap layar ponsel nya membaca pesan yang dikirim kan oleh Nanas kepada nya barusan. Setelah sekian lama Leo menunggu balasan pesan dari Nanas dan hanya itu? Leo tidak habis pikir dengan Nanas yang hanya memberikan pesan seperti itu, memang nya perempuan di sekolahan ini hanya satu.
Leo terus berjalan menuju kelas nya dengan sedikit kesal.
"Menyebalkan," keluh Leo.
"Woi Leo."
Leo menoleh mencari sumber suara yang berasal dari teman baru nya, mungkin Karel.
"Kenapa?" Tanya Leo malas, mood nya tidak begitu bagus hari ini. Leo kembali berjalan menuju kelas ku di ikuti Karel yang berjalan di samping nya.
"Muka begitu amat? Kenapa lo ? Nanti kalah saing lo sama gua," ledek Karel.
Leo mengabaikan nya dan bertanya, "mana yang lain?"
"Verell sama Alfi?" Leo mengangguk menjawab pertanyaan Karel.
"Tau tuh sialan tadi gua di tinggalin di kantin, makanya gua ikutin lo buat ke kelas lo siapa tau ada mereka."
"WOI LEO KAREL SINI!!" Teriak Verell bersama Alfi yang berlari tergesa-gesa ke arah mereka.
"Kenapa sih kalian para dayang-dayang ku?" Tanya Karel.
"Sialan," sahut Alfi terengah-engah seraya memukul tengkuk Karel kesal karena di katai dayang-dayang nya, dayang kan perempuan dan mereka itu laki-laki, Karel buta seperti nya pikir Alfi.
"Kenapa?" tanya Leo menatap Verell dan Alfi yang terlihat kelelahan berlari.
"Itu ya ampun itu..." Ucap Verell tidak jelas sambil mengambil minum milik orang lain yang kebetulan berjalan lewat di samping nya.
"Bagi gua minum." Verell merebut minum orang lain yang mendapatkan protes dari orang itu namun bukan Verell kalau dia tidak mengabaikan orang itu. Dan dengan santai nya setelah mengambil minuman nya ia mengusir orang itu.
"Beli sendiri kek," protes orang itu.
"Nanti gua ganti lah di kantin," balas Verell sambil mengusir kembali orang itu. Orang itu mendengus kesal karena minuman nya diambil sambil berjalan menjauh pergi ke kantin untuk kembali membeli minum.
"Bagi gua." Alfi merebut minum dari tangan Verell.
"Gak jelas," sahut Karel kesal menatap tingkah kedua teman nya.
"Itu di mading ada begituan," lanjut Alfi setelah minum.
"Begituan??" tanya Leo bingung. Begituan itu kata yang ambigu membuat Leo bertanya-tanya, apakah itu kata yang positif atau negatif.
"Ambigu sialan." Karel memukul bahu Alfi.
"Ayo udah kalian ke sana aja," ajak Verell yang langsung disetujui oleh Leo dan Karel karena tidak memahami apa yang di maksud Alfi dan Verell yang malah sibuk minum. Jadi lebih baik melihat nya langsung dari pada menduga yang tidak-tidak.
"Tumben rame banget, pada ngapain emang?" tanya Karel yang melihat mading di penuhi anak-anak yang lain, padahal biasanya ramai kalau sedang masa ujian saja karena nilai akan di pajang di mading, dan mereka akan berlomba-lomba untuk melihat nilai mereka terutama Alfi dan Verell dia paling semangat untuk melihat nilai-nilai ujian yang di pajang di mading untuk menjadikan ejekan untuk teman-teman nya, padahal nilai nya sendiri pun tidak bisa di bilang bagus.
"Antri sembako biasa," jawab Alfi sembarang, Karel mengangguk-angguk seolah percaya padahal ia tau Alfi hanya asal bicara saja.
"Misi misi orang ganteng mau lewat," ucap Verell yang langsung mendapatkan tatapan sinis orang-orang.
Leo berdehem untuk membuat yang lain melihat nya bahwa yang di katakan Karel tampan itu dirinya bukan Karel. Sebagian yang mendengar nya menoleh kearah Leo dan perempuan genit pun mempersilahkan Leo dan yang lain nya untuk lewat dan melihat ada apa di mading yang mereka ributkan itu.
"Mampus Rel lu kalah saing sama Leo," sahut Alfi sambil tertawa. Karel diam saja tidak memperdulikan nya karena sekarang ia penasaran apa yang ada di mading itu.
"Tuh liat." Verell menunjukan tetesan cairan berwarna merah pekat yang berada di mading.