Kia mengetuk-ketukan jarinya di setir. Dia sudah menduga kalau akan terjebak macet, padahal hari masih sangat pagi tapi orang-orang juga berangkat lebih pagi demi Menghindari kemacetan dan malah membuat semakin macet.
Tangannya menyalakan radio, memutar ke arah saluran yang menjadi favorit nya. Tembang lawas langsung terdengar, membuat Kia bersenandung kecil mengikuti lagu yang sedang terputar.
Hati ini bukan milikku lagi
Seribu tahun pun akan ku nantikan.. Kamu
Kia tersenyum, ini lagu yang dulu pernah ia nyanyikan saat acara camp di kampusnya. Saat itu, setelah menyanyikan lagu itu, salah satu seniornya maju dan menyatakan perasaannya pada Kia, yang langsung Kia tolak tanpa berpikir lebih dulu.
Setelahnya ia menjadi trending topic di kampus selama seminggu dengan hastag #Junior nolak senior di acara makrab.
Tapi Kia tidak perduli. Seperti yang kemarin ia katakan pada Melodi, lebih baik menolak di awal daripada nantinya malah disangka memberi harapan palsu. Membayangkan nya saja Kia sudah lelah karena ia yakin akan ada drama sang cowok yang menyalahkan nya dan mengatakan Kia hanya memanfaatkan dia atau menberikan harapan kosong padanya. Biarlah yang seperti itu hanya ada di FTV saja, Kia tidak ingin mengalaminya di dunia nyata.
Kia menginjak gas perlahan saat mobil di depannya berjalan maju. Tapi kemudian dia buru-buru menginjak rem saat melihat mobil di depannya berhenti mendadak.
Kia berdecak kesal. Ini yang tidak dia suka dari pengendara di kotanya, walaupun kota yang ditempatinya bukanlah ibu kota, tapi penghuninya sama egoisnya dengan warga ibu kota. Mereka tidak memikirkan orang lain saat melakukan sesuatu. Bagaimana jika tadi Kia tidak siap dan malah menabrak belakang mobil di depannya itu, pasti Kia juga yang akan disalahkan dan dimintai ganti rugi.
Tapi yang tidak ia sangka adalah, pengemudi mobil di depannya tiba-tiba turun dan mengetuk kaca mobil Kia pelan. Bukan untuk meminta ganti rugi, melainkan untuk meminta maaf.
"Maaf ya, tadi saya kaget di depan ada pengendara motor yang nyalip. Mbak engga apa-apa kan? Saya takut Mbak juga kaget tadi," kata si pengendara itu dengan wajah tampak merasa bersalah.
Kia mengerjap pelan saat tanda plus biru berpendar dari pria yang sedang menatapnya itu. Pria itu ternyata benar-benar mengkhawatirkan keadaan Kia atas kecerobohon yang sebenarnya juga bukan salah si pria.
Kia tersenyum dan menggeleng pelan, "Saya engga apa-apa. Makasih karena udah sampe repot-repot turun," ujar Kia tulus.
Pria itu kemudian tersenyum lega dan bersyukur karena Kia tidak apa-apa. Lalu ia pamit karena mobil di belakang mereka sudah mengklakson beberapa kali.
Kia tercenung setelah memajukan mobil nya beberapa senti. Dia sudah berburuk sangka tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia bahkan tidak menyangka masih ada orang yang jujur seperti pria tadi. Apalagi dengan wajah tampan khas eksmud yang mampu menarik banyak wanita, biasanya pria seperti itu justru akan bertingkah congkak dan seenaknya sendiri. Tapi pria tadi berbeda, dia bahkan mau repot-repot turun di tengah kemacetan hanya untuk memastikan apakah Kia baik-baik saja atau tidak. Pria seperti itu, seperti nya hanya ada satu dari 100 pria di dunia.
__
"Wih, tumben bawa mobil," celetuk Melodi saat melihat Kia datang dengan mobilnya.
Kia mengangkat bahu, "Antisipasi barang kali nanti ada yang nawarin nganter lagi, jadi gue engga harus nelepon Cakra buat jemput," jawab Kia santai.
Melodi tertawa cekikikan.
"PD banget bakal ada yang nawarin diri buat nganter lagi. Siapa tahu orangnya udah nyerah karena lo jutekin terus," balas Melodi.
Kia tersenyum miring, "Malah bagus dong kalau begitu," katanya.
Melodi hanya menggelengkan kepalanya, heran.
"Hati-hati jadi perawan tua lo nanti. Takutnya pas sekalinya jatuh cinta, lo malah patah hati," ujar Melodi ngeri.
Kia mengangkat sebelah alisnya.
"Kalau gitu lebih baik gue engga usah jatuh cinta. Beres kan?" jawabnya enteng.
Melodi meringis, dia tidak bisa membayangkan bagaimana hidup tanpa jatuh cinta. Akan seperti apa jadinya, hidup sendirian, tidak ada yang memperhatikan, baru membayangkan nya saja Melodi sudah tidak sanggup.
"Lo belum pernah jatuh cinta sih, jadi engga tahu gimana indahnya," cetus Melodi dengan tangan terbentang.
Kia tertawa kecil melihat kelakukan sahabatnya itu.
"Makanya itu, mending engga pernah kan. Biar engga pernah tau rasanya dan engga akan patah hati."
Melodi akhirnya menyerah. Dia tidak pernah bisa menang melawan Kia. Sebagai sahabat ia hanya berharap bahwa Kia tidak akan pernah patah hati seperti apa yang diucapkan sahabatnya tadi.
"Mbak, pesanan Bu Mila diambil hari ini ya," ingat Mia pada Kia.
Kia menoleh ke arah Melodi, bertanya apakah sudah siap.
"Bahan udah masuk oven, tinggal nanti tugas lo yang ngehias. Gue harus ngerjain pesenan Teh Ika yang buat akikah anaknya," ujar Melodi.
Kia mengangguk. Dia langsung meminta Mia membereskan meja, sedangkan dia sendiri langsung masuk ke dapur.
Kia mengenakan apronnya. Mengecek bahan yang kata Melodi sudah ada di ovan. Sambil menunggu, dia mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat Lava cake sebagai menu rekomendasi hari ini.
"Kemarin lo belum bayar uang yang dipinjem buat Cakra," ucap Melodi saat memasuki dapur.
Kia yang sedang fokus pada bahan di depannya hanya melirik sekilas ke arah Melodi.
"Gue transfer aja nanti," jawabnya.
Melodi mengangkat jempolnya tinggi. Dia lalu mengambil apron miliknya dan mulai mengambil bahan untuk membuat brownies yang dipesan salah satu kenalannya untuk acara akikah.
"Tahu engga, Ki? Danu katanya deketin anak baru di kantornya," cerita Melodi.
Kia mengangkat sebelah alisnya, "Deketin dalam arti kata PDKT gitu?" tanyanya memastikan.
"Iya," jawab Melodi.
"Lo tahu dari siapa? Tobi?"
Melodi kembali mengucapkan jawaban yang sama.
Kia tertawa kecil mendengarnya.
"Tuh kan, baru juga ditolak kemarin udah mulai deketin cewek lain," ucap Kia.
Melodi tampak tidak setuju dengan perkataan sahabatnya itu.
"Ya wajar lah dia milih mundur, sedangkan selama sebulan deketin lo tapi lo cuekin mulu," bela Melodi.
Kia hanya tersenyum mendengar ucapan sahabatnya.
"Itulah kenapa gue bilang, lebih baik nolak dari awal daripada disangka ngasih harapan palsu. Contohnya, Danu jadi bisa ngambil langkah buat deketin yang lebih berpotensi nerima dia kan daripada gue yang emang engga ada niatan buat nanggepin perasaannya," kata Kia.
Melodi memilih mengiyakan saja ucapan Kia. Lagipula dia juga agak tidak sreg kalau Kia bersama Danu, karena Danu tipe orang yang ingin selalu superior sedangkan Kia justru tipe wanita yang tidak suka diatur dan berada di bawah kendali siapapun. Akan kacau dunia persilatan kalau sampai mereka bersama.
__
"Lo beneran serius deketin Melda? Udah nyerah sama Kia?" tanya Tobi.
Ia dan Danu saat ini sedang ada di rooftop kantor untuk merokok sehabis makan siang.
Danu tampak menghela nafas berat.
"Sebulan engga ada prospek apa-apa, dia ngindar terus kan setiap gue ikut nyamperin ke cafe nya? Males lah gue, kalaupun nanti dia terima gue, yang ada dia nanti seenaknya karena ngerasa gue yang ngejar-ngejar," jawab Danu.
Tobi menggelengkan kepalanya.
"Kodratnya perempuan memang begitu, Dan. Mereka lebih suka diperjuangin dan mereka lebih seneng ngerasa dibutuhin sama kita sebagai cowok," kata Tobi kalem.
Danu tampak tertawa mengejek ke arah Tobi.
"Itu mah elu aja yang mau-mauan nurutin semua permintaan Melodi, takut banget lo ditinggalin," cetus Danu santai.
Tobi tersenyum tipis, "Engga apa-apa, kenyataannya memang gue takut kok ditinggalin dia. Gue udah sayang banget sama dia, dan engga mau bikin dia kecewa," balas Tobi.
Danu hanya tersenyum miring mendengar ucapan temannya itu. Kalau dia, walaupun awalnya dia yang mengejar-ngejar tetap saja dia tidak akan mau kalah dari wanita. Tinggal buat saja wanita itu cinta mati, pasti nantinya wanita itu yang akan balik memohon padanya.
"Berarti emang lo engga beneran suka sama Kia ya?" tanya Tobi memastikan.
Danu menoleh, dia menggeleng pelan.
"Gue suka kok sama dia. Kalau engga beneran suka, engga mungkin gue mau bolak balik nemuin dia sebulanan ini walaupun hasilnya tetep aja dia nyuekin gue. Cuma sekarang gue capek, dia gue panggil Canda aja engga mau. Katanya dia engga mau dipanggil pake nama lain sekalipun itu namanya sendiri. Males lah gue," keluh Danu.
Belum sempat Tobi menyanggah, seseorang sudah lebih dulu masuk ke dalam obrolan mereka.
"Kalau emang beneran suka, engga akan ada kata capek sampe kita dapetin tuh cewek, Bro," katanya.
Tobi dan Danu sontak menoleh dan mereka sama-sama terkejut saat mendapati Manajernya tengah tersenyum ramah ke arah mereka.
"Eh, Bapak.." kata Danu tersenyum canggung.
Manajernya itu tertawa kecil.
"Maaf ya, saya engga bermaksud nguping. Tapi kedengaran tadi pas saya berdiri di sana," ujarnya sambil menunjuk ke salah satu titik.
Tobi tersenyum sopan dan menggeleng.
"Engga apa-apa, Pak. Itu resikonya juga kami ngobrol di tempat yang bisa di datengin siapa aja," balas Tobi.
"Siapa emangnya yang lagi deketin cewek? Terus kenapa harus nyerah?"
Danu dan Tobi saling berpandangan. Mereka merasa canggung jika harus menceritakan perihal masalah percintaan mereka pada atasan. Apalagi walaupun pria di depannya ini memiliki jabatan lebih tinggi, tapi usianya masih terbilang muda dan hanya terpaut satu tahun di atas Tobi.
"Hahah engga usah dijawab, tapi kalau saya boleh kasih saran, kalau memang masih suka, ya kejar aja sampe dapet. Selama dia belum nolak secara terang-terangan atau belum jadi milik orang lain secara sah, ya engga ada salahnya. Bahkan kalau dia udah nolak pun, kita masih punya hak buat terus maju kok selama janur kuning belum melengkung," ucap sang Manajer dengan nada bercanda.
Tobi dan Danu tertawa pelan mendengarnya.
"Iya, Pak. Kalau saya sih engga akan nyerah. Tapi Danu ini cemen, Pak. Dicuekin sedikit aja langsung cari gantinya," seloroh Tobi yang membuat Danu melotot sedangkan Manajernya tertawa.
"Yah semangat aja deh buat kalian, semoga kalian sukses dalam masalah percintaan kalian," katanya lalu kemudian pamit untuk turun lebih dulu meninggalkan Danu yang memprotes ucapan Tobi.
__