6

1529 Kata
"Hai!" Kia mendongak saat seseorang terdengar menyapanya. "Hai!" balas Kia saat mengetahui bahwa yang menyapanya barusan adalah Tobi, pria yang sudah dipacari oleh Melodi selama dua bulan ini. Tapi yang menjadi masalah bagi Kia bukanlah Tobi, melainkan sosok lain yang berdiri di samping Tobi yang tengah memasang senyum manis ke arahnya. Namanya Danu, teman sekantor Tobi yang sudah sebulanan ini giat sekali ikut datang bersama Tobi ke cafe. Menurut penyelidikan ilegal Melodi, Danu katanya diam-diam menyukai Kia. Informasi yang kemudian dibalas dengkusan oleh Kia karena menurut Kia sudah bukan 'diam-diam' lagi namanya saat Danu datang hampir setiap hari dan selalu tersenyum tanpa sebab menatap Kia. "Mau jemput Melodi ya?" tanya Kia pada Tobi. Tobi tampak mengangguk, "Iya, dia masih beres-beres ya?" Giliran Kia yang mengangguk. "Sebentar lagi juga selesai kok. Duduk aja dulu," ujar Kia mempersilahkan pacar sahabatnya itu untuk duduk. Tobi menurut dan duduk di meja yang barusan dibersihkan oleh Kia, diikuti oleh Danu. Baru saja Kia akan beranjak masuk, suara Danu tiba-tiba terdengar. "Kalau kamu, udah ada yang jemput belum?" tanyanya. Kia yang posisinya sudah membelakangi dua pria itu, memejamkan mata persekian detik sebelum berbalik dan memasang senyum ramah. "Udah, bentar lagi jemputan saya datang," katanya lalu kemudian langsung melanjutkan jalan dan masuk ke dapur. Di dapur, dia melihat Melodi yang sedang memasukan bahan terakhir ke dalam rak penyimpanan. Memang hanya tinggal dirinya dan Melodi saja yang tersisa di cafe karena dua karyawannya yang lain sudah lebih dulu pulang. "Cowok lo nunggu diluar," beritahu Kia. Melodi hanya mengangguk sebagai jawaban. "Bareng gebetan lo?" tanyanya asal. Kia langsung menatap Melodi tidak suka. "Jangan asal nyeblak kalau ngomong!" sungutnya kesal. Melodi justru terkikik melihat wajah masam sahabatnya itu. "Yaudah coba aja dulu sih, Ki. Lumayan kan lo engga jomblo-jomblo banget," celetuk Melodi. Kia mengabaikan perkataan sahabatnya itu dan memilih mendial nomor seseorang di gawainya. "Halo! Jemput Kakak di toko sekarang," titah Kia langsung saat sambungannya tersambung dengan Cakra Cakra di seberang sana terdengar protes karena dia masih ada di tempat futsal bersama teman-teman nya. "Kalau kamu engga dateng dalam waktu lima belas menit, Kakak engga akan pernah lagi ngasih kamu uang jajan," ancam Kia. Dia langsung tersenyum miring saat Cakra akhirnya menyerah dan berkata akan sampai sebelum lima belas menit. "Enak banget yang bisa ngancem gitu," cetus Melodi lagi. Kia hanya menanggapinya dengan alis terangkat. "Kalau engga digituin dia engga akan mau dateng, sedangkan gue udah terlanjur bilang ke temen cowok lo kalau gue udah ada yang jemput," ujar Kia. Melodi yang sudah melepas apron dan mencangklong tasnya mengerut bingung. "Dia nawarin buat nganter lo?" tanyanya merujuk pada Danu. Kia mengangguk malas, "Iya, makanya gue bilang kalau gue udah ada yang jemput," jawabnya. Melodi menggelengkan kepala heran. "Kenapa engga mau coba sih, Ki? Danu keliatannya baik kok, manis juga orangnya walaupun kulitnya engga seputih Tobi," promosi Melodi. Kia menatap sahabatnya itu dengan jengah. "Buat gue, hubungan itu engga bisa coba-coba. Walaupun baru label pacaran, tetep aja engga bener kalau nerima orang yang suka sama kita tapi kita nya engga suka. Yang ada malah engga nyaman nantinya," balas Kia. Melodi mengangkat bahunya. Dia tidak ingin lagi mengomentari prinsip yang dimiliki Kia, karena dia sendiri juga pasti tidak akan suka saat prinsipnya dikomentari orang lain. Setelahnya mereka berjalan bersamaan keluar dari dapur. Tobi langsung berdiri dengan senyum merekah saat melihat Melodi datang dan melambaikan tangannya. Kia sampai tersenyum kecil karena bisa melihat dengan jelas betapa sukanya Tobi pada sahabatnya ini. "Udah mau pulang?" tanya Tobi lembut. Melodi tampak menggelayutkan tangannya di lengan Tobi tanpa malu. "Udah. Maaf ya lama, Bos aku emang suka bikin karyawannya pulang telat," ujar Melodi sambil melirik ke arah Kia. Tobi tertawa pelan sambil mengusap kepala Melodi, "Engga lama kok, aku baru datang tadi. Lagian aku tahu Kia engga akan kayak gitu," balasnya juga sambil melirik ke arah Kia. Kia hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat sepasang manusia yang dimabuk cinta itu. Lalu tatapannya tidak sengaja beradu dengan Danu yang menatapnya dengan senyum terkulum. "Kia beneran udah ada yang jemput?" tanya Tobi. Rupanya pria ini menangkap adegan saling tatap antara Kia dan Danu. Kia sempat melirik ke arah Melodi yang memilih mengalihkan pandangan nya. "Iya, bentar lagi juga dateng," jawab Kia. Dia menangkap raut kecewa dari Danu saat mendengar jawabannya. Agak merasa bersalah juga tapi Kia memilih jujur di awal daripada nantinya disangka memberikan harapan palsu. "Kalau gitu mau kita tungguin sampai jemputannya datang?" tawar Tobi berbaik hati. Kia sontak menggeleng, menolak niat baik Tobi dan berkata dia bisa menunggu sendirian. Tapi niatnya tidak terlaksana karena Danu memaksa untuk menemani Kia menunggu sampai jemputannya datang. "Padahal aku bisa anterin kamu pulang," kata Danu saat Tobi dan Melodi sudah lebih dulu pulang. Kia tersenyum canggung. Mereka sedang duduk di emperan toko, menunggu Cakra yang belum kunjung tiba padahal sudah lebih dari lima belas menit. "Saya engga mau punya hutang budi sama orang lain," jawab Kia. Danu langsung menoleh cepat ke arah Kia saat mendengar jawaban gadis itu. "Yang aku tawarkan itu bantuan tulus, engga pantas disebut hutang budi, Canda" bantah Danu. Kia juga langsung menoleh saat mendengar jawaban Danu. Tapi dalam kasus berbeda karena Kia hanya tidak suka Danu memanggilnya dengan panggilan lain. "Panggil saya Kia, saya engga suka dipanggil dengan nama lain meskipun itu nama saya sendiri," katanya tegas. Danu terlihat akan menyanggah saat tiba-tiba deru mesin mobil berhenti di depan toko. Cakra melongokan kepalanya dari kaca dan memanggil Kia untuk segera naik. Dengan senyum tipis, Kia berpamitan dan meninggalkan Danu seorang diri di depan toko miliknya. __ "Tadi siapa, Kak?" tanya Cakra begitu mereka sudah berada di jalan raya. Kia yang sedang memainkan gawainya kontan menoleh ke arah adiknya yang bahkan baru mendapatkan SIM sebulan yang lalu tapi sudah berani membawa mobil miliknya kemana-mana. "Teman," jawab Kia sekenanya sambil mengangkat bahu. Ia sendiri tidak tahu siapa Danu baginya karena dia baru kenal sebulan ini dan itupun karena Tobi. "Keliatannya dia ngarep lebih dari Kakak," ujar Cakra sok tahu. Kia sempat terdiam mendengar analisis adiknya itu. Ia jadi berpikir seperti nya dia memang tidak tahu apa-apa perihal percintaan, bahkan kalah dari adiknya karena Cakra bisa langsung menebak dengan tepat kedekatannya dengan Danu. "Itu bukan wewenang Kakak, soal perasannya, itu urusan dia," jawab Kia netral. Kemudian terdengar tawa Cakra yang seperti nya sangat puas. "Berarti tebakan ku benar," simpul nya. Kia hanya mengangkat bahu sebagai jawaban. Dia tidak ingin membenarkan ucapan adiknya karena Danu juga tidak pernah mengatakan suka terang-terangan, terlebih Cakra pasti akan besar kepala jika tahu tebakannya benar. "Kelihatannya cowok tadi lumayan juga, Kak. Dari pakaiannya dia pasti pekerjaan kantoran," ujar Cakra lagi. Kali ini Kia memilih tidak menggubris ucapan adiknya itu dan lebih memilih menyandarkan kepalanya dan menutup mata. "Daripada sampe setua ini Kakak belum pernah ngerasain yang namanya pacaran, mending dicoba aja. Jadi engga harus maksa aku buat jemput dan nganter kondangan," lanjut Cakra walaupun tadi ucapannya diabaikan oleh Kia. Kia yang merasa lelah, bertambah kesal karena ucapan menyebalkan adiknya itu. "Ya kalau emang engga mau Kakak paksa jemput, kamu engga usah sentuh mobil Kakak sedikitpun," balas Kia enteng. Cakra tampak meringis dan mengelus setir mobil yang amat dikasihinya itu. "Pelit banget sama adik sendiri," sungutnya. Kia tersenyum miring, "Kamu juga perhitungan banget sama Kakak sendiri," balasnya tak mau kalah. Kia bisa bernafas lega saat Cakra kemudian menutup mulutnya dan tidak berkomentar apapun lagi. Dia kembali memejamkan mata karena tahu jalanan yang akan dilewatinya pasti akan macet seperti biasa. Ini lah yang membuat Kia lebih suka mengendarai motor daripada Mobil, sayangnya motor yang menjadi sahabat matinya sejak jaman kuliah itu kini tengah dalam perawatan bengkel langganan karena mogok kemarin saat banjir. Namun kemudian Kia berdecak kesal saat ketenangan nya tidak berlangsung lama. Tiba-tiba saja ponselnya berdenting beberapa kali direntang waktu yang berdekatan. Dengan kesal dia melihat apa sebab yang membuat notifikasi di ponselnya berdenting berurutan. Dia mengerutkan dahi saat dilihat ada beberapa pesan dari akun yang tidak dikenalnya masuk ke dalam DM sosial media nya. Dengan penasaran Kia membuka pesan itu dan membulatkan mata saat tahu pesan semacam apa yang masuk ke dalam sosial media miliknya. "Apa-apaan ini, Cakra?!" geram Kia. Cakra yang tidak tahu maksud dari pertanyaan kakaknya pun memilih menoleh dan mendapati Kakaknya yang tengah menunjukan satu akun sosial medianya yang berisi spam chat panjang dari akun yang Cakra kenal. Dia meringis dan memasang wajah melas menatap kakaknya yang tampak begitu murka. "Maaf, Kak. Soalnya dia aku putusin engga mau, jadi aku terpaksa posting foto aku sama Kakak terus aku pakein caption love love gitu," ucap Cakra. Kia memejamkan matanya berusaha menahan rasa kesal yang sudah berkecamuk dalam dirinya sejak tadi. Ini bukan pertama kali Cakra melakukan hal seperti ini, hanya karena tubuh Kia yang mungil dan wajahnya yang terlihat tidak sesuai umur, banyak yang menyangka Kia adalah pacar dari Cakra setiap kali mereka jalan bersama. Dan dengan itu, adiknya selalu memanfaatkan anggapan itu dengan baik untuk membuat pacar-pacarnya akhirnya mundur dan memutuskan Cakra. Tapi justru Kia lah yang terkena imbasnya seperti sekarang. Salah satu akun sosmed yang disinyalir milik mantan pacar Cakra itu, mengiriminya pesan spam yang mencaci maki Kia dan menuduh Kia sebagai pelakor. Kia menarik nafasnya berat. "Besok, uang jajan dari Kakak, akan Kakak stop!" _____
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN