BAB 2

1288 Kata
"London? serius? Nay,?" , tanya Lucy seolah tak percaya dan Arga yang hanya terdiam menatap jelaga mata Nayla tanpa berkedip sama sekali. Nayla menganggukan kepala seranya bergumam lirih dengan senyum manis dan berkata," aku berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah disana, tidak mungkin aku menolaknya  bukan?" "kau yakin bukan karena hal lainkan?, tanya Lucy. "apa maksudmu? tidak ada hal apapun. Semua murni karena aku memang berkeinginan untuk kesana", kekeh Nayla. "kau berbohong! jelas-jelas kemarin kau bilang padaku kalau kau tidak ingin kuliah keluar negeri dan ingin tetap disini. Lalu apa ini? hah? , tuduh Lucy tanpa henti. Nayla pun kembali tertawa melihat raut kedua sahabatnya itu. Dia sudah mengira sebelumnya bahwa hal ini akan terjadi. Lucy yang pastinya akan terus bertanya dan mengira hal yang tidak-tidak dan Arga yang tetap terdiam dengan mata penuh tanda tanya. Jujur saja Nayla pun tak mengira bahwa dirinya akan berubah pikiran. Karena seperti perkataan Lucy sebelumnya bahwa dirinya tidak berkeinginan sama sekali untuk kuliah di negeri orang apalagi jaraknya sangat jauh.  Tapi semua itu berubah ketika tadi pagi dirinya mendapatkan email bahwa dirinya berhasil mendapatakan beasiswa yang awal ceritanya Nayla hanya iseng mencoba untuk mendaftar. Dan respon kedua orangtuanya diluar dugaan , mereka mendukung penuh keputusan dirinya untuk melanjtukan kuliah dimana saja apalagi disana ada kakaknya yang memang sudah lima tahun ini tinggal dan bekerja disana. "kapan berangkat?", tanya Arga kemudian. "awal bulan besok. Seminggu lagi aku akan pergi" "kau gila?!", teriak Lucy tiba-tiba yang membuat orang-orang disekitar  seketika menatap kearah mereka. Langsung saja Nayla memukul ringan bahu Lucy dan berdecak menyuruhnya untuk diam tak usah berteriak lagi. " tck, jangan berteriak kau membuat malu aku tahu!", kata Nayla. "kau memang gila lalu kenapa hah?! benar kan Ga?", tanya Lucy meminta persetujuan Arga yang sedari tadi hanya terdiam. "tidak!. Nayla tidak gila Cik, kau saja yang berlebihan. Jika itu memang keinginan Nayla kita berdua harus mendukungnya bukannya bertanya dan menuduh hal-hal yang tidak penting seperti yang kau tanyakan. kau tahu? ini adalah langkah awal buat kita menggapai cita-cita dan impian kita masing-masing. Pijakan pertama yang akan membantu kita untuk menemukan jati diri kita yang sesungguhnya" " jujur saja aku kaget Nay dengan pilihanmu. Tapi aku tak akan banyak bertanya, sepenuhnya aku akan mendukung apapun itu pilihanmu. Yang penting kamu disana sehat,impian kamu tercapai dan jangan lupa untuk selalu memberi kabar dan bertukar cerita dengan kita berdua", jawab Arga yang berhasil membuat raut wajah berbeda terhadap dua gadis disampingya. "pasti, aku akan melakukannya", sahut Nayla dengan ceria berbanding terbalik dengan raut wajah petang milik Lucy yang masih belum menerima kenyataan  bahwa sahabat terdekatnya akan segera pergi jauh meninggalkan dirinya. ******** Pemandangan kota Yogyakarta dimalam hari memang tak ada duanya. Warna lampu yang khas, keramaian orang yang memenuhi jalan, suara merdu para pengamen jalanan dan lesehan beserta macam bentuk angkringan yang sudah terisi penuh tempatnya membuat Nayla tak kunjung berhenti tersenyum dibalik kaca jendela mobilnya.  Semuanya seolah ingin Nayla rekam dan simpan dalam ingatan mengingat ini hari terakhir dirinya bisa menikmati  nuansa kota Yogyakarta yang membuat semua orang merindu akan kehangatannya. Malam ini adalah hari dimana Nayla akan benar-benar pergi dari kota ini menuju kota yang berhasil melahirkan beberapa penulis handal yang karyanya telah mendunia. Salah satunya adalah penulis favoritnya sepanjang masa, JK.Rowling penulis serial Harry Potter yang menjadikannya salah satu orang terkaya didunia. Nayla pun tak lupa telah mengirim pesan kepada kedua sahabatnya, dirinya akan menunggu didepan pintu keberangkatan jika mereka berkeinginan untuk mengantar dirinya. Nayla pun tak memaksa jika mereka berdua tak bisa, karena Lucy yang sudah mulai bekerja disalah satu butik baru yang berada didaerah kotabaru dan Arga yang tengah sibuk dengan persiapan kuliahnya serta beberapa acara live musik dicafe bersama teman band SMP nya. Tak terasa Nayla pun sudah memasuki kawasan bandara Adisucipto yang mana menjadi salah satu bandara terpadat karena semakin banyak turis lokal maupun luar yang datang  ingin menikmati nuansa kota yang kental akan kebudayaan dan terkenal akan keramahan serta sopan santun warga aslinya.  " Dek,yakin udah semua barangnya? gak ada yang ketinggal kan?", tanya Ibunya memastikan lagi. Nayla memang hanya membawa satu koper besar saja dan tas ransel kecil yang membuat ibunya beberapa kali bertanya apakah semua keperluannya benar-benar sudah terbawa semua. "udah buk, tenang aja deh. Nanti adek bisa beli disana kok, minta bantuan Kak Fikri kan bisa" ,jawab Nayla yang berjalan diantara ibu dan ayahnya menuju pintu keberangkatan luar negeri. " iya buk, udah percaya aja sama Nayla. ibu kan tahu sendiri Nayla itu tidak suka bawa barang yang berlebihan,anaknya simple gak mau ribet beda sama ibu yang pergi ke Jakarta seminggu  aja bawaannya kayak mau pindah rumah", sahut Ayahnya yang membuat Nayla tertawa. " itu bukannya Lucy sama Arga dek?",kata Ayahnya yang sontak membuat kedua mata Nayla berbinar ketika berhasil melihat mereka berdua yang tengah berdiri dan tersenyum lebar kearahnya. Dapat dilihat dengan jelas Lucy yang masih mengenakan seragam kerjanya meski sudah tertutup jaket kulitnya dan Arga yang seperti biasa selalu berhasil tampil keren meskipun hanya mengenakan kaos dan celana pendek. Karena sejatinya memang wajahnya yang tampan serta bentuk badannya yang memang bagus karena Arga selalu berolahraga ditiap minggunya. Seketika Lucy langsung berlari dan menerjang tubuh Nayla  memeluknya dengan erat. Dan tak berselang lama terdengar suara tangisan yang teredam dibahu kiri Nayla yang membuat Nayla tersemyum dan beberapa kali menepuk hangat punggung sahabatnya. " kok nangis sih Cik? kan kemarin udah janji gak bakal ada air mata", yang dijawab dengan gelangan oleh Lucy dibahunya.  "lima tahun itu tidak sebentar Nay, aku bakal kangen banget sama kamu. Kamu janjinya? tetap bakal balas email aku sesibuk apapun kamu. Gak langsung dibalas juga ngak apa-apa kok,yang penting kamu baca dulu. Balasnya kapan-kapan tapi tetap harus dibalas. Ok?", kata Lucy setelah melepaskan pelukannya dan berusaha menahan dan menghapus jejak air mata yang tak kunjung berhenti keluar dari mata sipitnya. " kamu tenang aja Cik, aku janji kok. Dan kamu juga harus janji ketika nanti aku pulang, kamu udah harus sukses dengan butik impian kamu", seru Nayla yang sekali lagi kembali memeluk Lucy dengan erat untuk terakhir kalinya. Setelah puas berpelukan dengan sahabat cinanya yang bawel sekaligus cengeng, kedua mata Nayla bergulir menatap sosok lelaki yang sedari tadi berdiri terdiam dan tersenyum melihat mereka berdua. Nayla pun benar-benar melepaskan pelukannya pada Lucy dan mulai berjalan dan berhenti tepat dihadapan Arga. Sebelumnya Nayla telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tak menangis dihari kepergiannya nanti dan harus pergi dengan senyum indah sebagai salam perpisahan terakhir. Seperti saat ini, Nayla kembali tersenyum hangat menampilkan kedua lesung pipi nya dihadapan Arga.   "tidak mau memelukku Ga?", tanya Nayla pada Arga yang hanya terdiam menatapnya. Arga pun maju melangkah mendekat pada diri Nayla dan bertanya," bolehkah? aku tahu kau tidak suka akan hal itu" "kali ini aku ijinkan", sontak jawaban Nayla membuat senyum Arga semakin lebar dan seketika langsung saja Arga menarik tubuh kecil Nayla dan memeluknya erat untuk yang pertama kalinya. "terimakasih Nay, dan juga hati-hati", bisik Arga ditelinga Nayla yang membuat Nayla berusaha sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak terjatuh dipipinya. Entah kenapa perkataan Arga membuat hatinya merasa senang sekaligus sakit secara bersamaan. Nayla pun berusaha untuk tetap tersenyum agar air matanya tetap mampu bertahan ditempatnya. "kau juga Ga,maaf dan juga terimakasihnya? hati-hati disini. Sekali lagi tolong jagain Lucy sesibuk apapun kamu nanti, sempetin waktu khusus buat Lucynya?. Sebisa mungkin jangan buat Lucy nangis, apalagi saat nanti kamu sudah bertemu dengan seseorang yang membuat hatimu tak kesepian lagi", balas Nayla dalam bisikan. "aku janji bakal jagain dia, tapi kalau untuk yang kedua jawabanku masih sama Nay. Kamu sendiri juga tahukan? hatiku sudah menemukan orang itu. Dan aku sekali lagi juga akan bilang ini pada kamu Nay, aku akan tetap menunggu hatimu selama apapun itu". Nayla pun lagi-lagi hanya bisa terdiam tak mampu membalas barang satu kata saja untuk keluar dari mulut kecilnya. Dia hanya bisa menghirup dalam aroma tubuh milik sahabatnya untuk pertama kalinya dan seketika melepas pelukan hangat itu dan tersenyum menatap wajah tampan yang sekali lagi telah berhasil membuat jantungnya berdetak tidak normal. NEXT OR NEXT....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN