Kata-kata yang seperti bom itu membuat Rachel yang tengah sakit merasa semakin sakit, lagi dan lagi dia diingatkan mengenai kebaikan bibinya yang mau merawat yatim piatu seperti dia, awalnya dia berpikir bahwa bibinya orang yang baik dan tulus memberinya cinta, jadi dia mengikutinya ketika bibinya mengajukan untuk merawatnya, tidak disangka ketika dia dewasa dia dituntut untuk mengembalikan semua yang dia terima, biaya makan, minum, tempat tidur, biaya sekolah dan lainnya.
Rachel tersenyum getir. "Aku tidak mungkin lupa. Aku ingat semua kebaikanmu."
"Jika kau sadar maka jangan bersikap egois dan ingin bersenang-senang seorang diri. Lagi pula bukan kamu yang membantu, bukan kamu yang mengeluarkan uang, itu Kyle, tidak mungkin dia tidak mau membantu. Jika kamu sudah melayaninya dengan baik dia pasti mau membantumu."
"Bibi, aku sedang tidak enak badan mari kita bicarakan ini lagi nanti."
"Nanti kapan? Putraku dipenjara seperti itu dan kamu memintaku untuk menunggu? Apa kamu mau putraku disiksa di dalam penjara? Aku mendengar jika di dalam sel sangat mengerikan, banyak orang-orang brutal. Jika putraku dibiarkan tinggal meskipun satu malam, aku takut seseorang akan menyakitinya. Jadi segera bicarakan dengan suamimu."
"Aku akan menghubunginya nanti." Rachel tersenyum sedih di ujung kalimatnya, dia menyimpan ponselnya setelah panggilannya berakhir, bahkan setelah dia mengatakan bahwa dia sedang tidak enak badan, bibinya tidak bertanya apakah dia sakit, tidak ada rasa khawatir. Ah, dia lupa bibinya memang seperti itu, tidak ada kasih sayang yang tulus sedari awal dan dia hampir saja dijual.
Rachel mendesah, dia kembali mengambil ponselnya dan mencari nama suaminya, pesan yang dia kirim satu minggu yang lalu masih belum suaminya balas bahkan tidak dibaca. Saat itu dia bertanya kapan suaminya akan pulang tetapi pesannya diabaikan.
Rachel terdiam sesaat, memandangi ponselnya dengan ragu-ragu, haruskah dia kembali mengirimnya pesan baru? Berpikir bahwa pesannya mungkin tertumpuk oleh pesan lain yang datang. Atau mungkin karena suaminya sibuk sehingga dia lupa untuk membacanya.
Setelah beberapa saat pertimbangan akhirnya dia mengirimkan Kyle pesan lainnya.
[Apakah malam ini kamu akan pulang?]
Pesan singkat yang dia kirim yang sekiranya tidak akan begitu mengganggu dan tidak menuntut. Hanya sebuah pertanyaan simpel.
Rachel menggigil saat dia menyimpan kembali ponselnya, tubuhnya semakin panas sementara hawa dingin datang menyapu tubuh ringkihnya.
Air mata turun di pipi Rachel, tidak tau apa sebabnya tetapi air matanya mengalir begitu saja. Mungkin karena hatinya sakit atau karena menangisi nasibnya, ditinggal orang tuanya dan menjadi yatim piatu diusia 5 tahun dan setelahnya dimanfaatkan bibinya bahkan hampir menjadi seorang istri pria tua. Tidak sampai disitu, kemalangannya seolah masih belum cukup, dia diperkosa oleh pria yang kini menjadi suaminya, tetapi akhirnya juga tidak dipedulikan, diabaikan, dilupakan dan dibuang.
Rachel menghapus air matanya dengan ujung bajunya, hatinya perih dan sakit, alangkah baiknya jika dia menikah dengan seorang nelayan dan menjadi wanita yang merajut jaring ikan dari pada menjadi seorang istri pria kaya yang pada akhirnya dilupakan. Istri yang terasa seperti seorang simpanan.
Rachel menarik selimutnya hingga ke atas kepala, suara guntur perlahan terdengar di antara langit malam menandakan datangnya hujan badai. Rachel meringkuk seperti janin dengan tubuhnya yang menggigil.
****
"Eh, bukankah itu dia? Kekasih yang digosipkan dengan bos kita?" Karyawan perusahaan S.H Entertainment begitu antusias menatap seorang wanita cantik yang berjalan melewati mereka.
"Wah benar, aku melihatnya di televisi, bos dan wanita itu pernah tertangkap wartawan saat di bandara, beberapa berita lain mengatakan bahwa mereka pergi keluar negeri untuk berlibur. Mungkinkah kepergian Tuan Muda ke Inggris sebenarnya untuk berlibur dengannya?"
"Ucapanmu terdengar masuk akal."
"Sekarang dia bahkan datang ke perusahaan, sepertinya kali ini Tuan Muda Kyle sedikit lebih serius."
"Sepertinya benar, bukankah hubungan kali ini sedikit lebih spesial? Mereka bersama lebih lama dari yang lainnya, kali ini mungkin saja akan berakhir menjadi seorang nyonya."
Claudine berjalan dengan tenang sambil mengangkat wajahnya, mendengar obrolan orang-orang mengenai dirinya, dia tersenyum senang. Dia menyadari bahwa hubungannya dengan Kyle sedikit lebih baik dari pada mantan-mantannya yang lain, ini sudah tiga bulan dan Kyle tetap memperlakukannya dengan baik.
Mereka bahkan pernah pergi berlibur bersama meskipun Kyle mengatakan bahwa itu perjalanan bisnis tetapi dia yakin Kyle tidak hanya berpikir seperti itu, yang lainnya selalu berakhir setelah satu atau dua bulan dan dia adalah satu-satunya orang yang bertahan sampai saat ini bahkan bisa pergi berlibur dengannya. Dia yakin dia cukup spesial bagi Kyle dan bisa saja Kyle benar-benar mencintainya dan ingin menjadikan dia istrinya.
Semakin dia memikirkannya, semakin senang hatinya. Langkahnya menjadi semakin ringan saat dia masuk ke dalam lift menuju ruangan Kyle.
Sementara itu, pria yang kini menjadi gosip hangat tengah duduk di kursi kerjanya dan bersandar dengan nyaman, bagian atas kancing kemejanya terbuka menonjolkan garis lehernya yang panjang, hidung mancungnya memantul di bawah cahaya malam dan rambutnya yang sedikit berantakan memperlihatkan pesonanya yang fatal.
Mata almond-nya tertutup rapat saat dia menikmati ketenangan. Kyle Anderson, pria yang memiliki daya tarik fatal itu baru saja kembali dari Inggris, selama satu bulan ini dia merasa lelah berkunjung dari satu negara ke negara lainnya. Dan sekarang dia kembali untuk memulihkan diri.
"Apakah Kyle ada di dalam?" Suara seorang wanita terdengar dari balik pintu ruangannya, kemudian diikuti oleh suara seorang pria..
"Tuan Kyle tidak bisa ditemui sekarang, dia baru saja kembali dari Inggris, dia sedang beristirahat, jadi tolong kembali lagi nanti.
"Aku memiliki sesuatu yang mendesak untuk aku bicarakan dengannya. Jadi tolong biarkan aku masuk."
"Nona, Tuan Kyle berpesan bahwa tidak boleh ada yang mengganggunya, jika anda memiliki sesuatu untuk dibicarakan saya akan menyampaikannya nanti."
Claudine mengepalkan tinjunya, dia dengan susah payah menahan ekspresi wajahnya, rasa malu dan amarah datang padanya, sekarang semua orang menatapnya, dia tidak bisa membiarkan dirinya diusir, dia harus menunjukkan bahwa dia berbeda dari wanita lain. Bahwa dia spesial untuk Kyle.
"Aku hanya ingin masuk sebentar, karena Kyle baru saja tiba aku ingin melihatnya dan aku sudah membuat sup ayam untuknya. Dia pasti belum makan, jadi biarkan aku masuk dan bertemu dengannya." Sambil berbicara dia mengangkat kotak sup di tangannya.
Kyle yang mendengarkan percakapan dari luar mengerutkan dahinya dan membuka matanya, dia menatap ke arah pintu ruangannya dan membuka suara.
"Biarkan saja."
Claudine tersenyum saat dia mendengar suara Kyle, hatinya dipenuhi kegembiraan merasa bahwa dia satu-satunya wanita yang spesial bagi Kyle. Dia buru-buru masuk ke dalam, bibirnya melengkung dan langkahnya begitu ringan. Tatapannya tertuju pada satu titik di mana Kyle duduk di kursi putarnya.