Chapter 2 : Bella VS Lavender

1096 Kata
Setelah kejadian itu, aku di hukum oleh Dosenku karena terlambat memasuki kelas, oh sungguh menyebalkan ketika Bella meledekku yang spontan membuat seisi kelas tertawa. Sementara Diana, dia hanya bisa berdiam diri menyaksikan diriku tersiksa. Kalau Lavender, kebetulan dia punya janji padaku. Dia akan menunjukkan dunia itu padaku sepulang dari kampus. "Hahaha! Itulah akibatnya jika kau berteman dengan wanita manja tadi!" Sepulangnya dari Kampus, Bella terus-menerus mengejekku, Diana terkikik pelan, dan aku memandang mereka berdua dengan kesal. Lavender mengagetkanku ketika dia berdiri di samping gerbang dengan senyuman cerah, Diana dan Bella saling berbisik memandangnya. "Ehem! Kau mau kemana? Bermain bersamanya?" tanya Bella disaat langkah kakiku berjalan menuju Lavender. "Sepertinya dugaanmu kali ini benar!" jawabku dengan wajah sarkastik. Mendengar hal itu, Diana terkejut. "Biola, Ayahmu menyuruh kami untuk menjagamu kemana pun, jika kau pergi bermain dengan Gadis itu, maka kami pun harus ikut, jika tidak-" "Jelas! Kami akan dimarahi!" Perkataan Diana langsung dilanjutkan oleh Bella dengan bentakkan seperti biasa. "Jadi, kau tidak bisa menolak apa yang kami mau! Hanya menjagamu, itu saja!" Diana mengangguk setuju dengan pernyataan Bella, mereka memandangiku, aku bingung. Apakah aku harus membawa mereka, tapi apa yang akan aku lakukan bukan sebatas hal yang biasa. Aku dan Lavender akan pergi menuju dunia yang menurut mereka lelucon itu, jika mereka mengetahuinya, bisa kutebak, mereka pasti tertawa. "Emm, kalian boleh ikut, tapi jangan mengacaukannya!" jawabku ketus. Aku langsung menghampiri Lavender dan berbisik padanya. "Bolehkah aku membawa kedua sahabatku pergi mengunjungi rumahmu?" Lavender terkejut. "Bukankah sudah kubilang, aku tidak suka dengan mereka! kau tahu, mereka adalah orang-orang dengan pemikiran tertutup, aku tidak menyukai mereka." "Berikan mereka kesempatan, kumohon Lavender, mereka memaksaku!" "Dan kau dengan bodohnya menuruti apa yang mereka mau?" "Awalnya aku juga berpikir begitu. Tapi, Lavender, kumohon?" "Oke, oke. Permohonanmu kukabulkan." "Benarkah? Terima kasih!" Aku langsung tersenyum lebar mendengar jawabannya. Aku menoleh pada mereka berdua, menggunakan bahasa mata, kuperintahkan mereka kemari, syukurlah mereka mengerti apa yang kumaksud. "Jadi, kau benar-benar mengizinkan kami ikut?" Bella memastikan hal itu pada Lavender. Sayangnya untuk saat ini, Lavender mengabaikannya. "Baiklah, sekarang kita akan memakai kendaraanku atau kendaraanmu Biola?" Lavender bertanya padaku, dan Bella naik darah pertanyaannya tidak diindahkan. "Bagaimana kalau kendaraan Biola saja?" balas Diana dengan senyuman lembut pada Lavender. Lavender membalasnya dengan memutarkan bola mata bosan. "Oke. Baiklah. Kendaraan Biola." Lavender mengalah, Diana tersenyum manis, dan Bella mengepalkan tangannya. "Heh! Jawab pertanyaanku yang tadi! Gadis manja!" Bella tiba-tiba menarik Lavender ke hadapannya. Awalnya Lavender terkejut, namun dia langsung tersenyum sinis. "Kau tahu, pertanyaanmu sama sekali tidak penting, dan singkirkan tangan kotormu itu dari kerah bajuku, Tomboy," Lavender langsung berjalan angkuh menghampiriku. "Jadi, kapan kita berangkat?" tanya Lavender padaku. "Oh ... Tentu saja sekarang! Ayo, mari kita berangkat!" Aku memperhatikan Bella sekilas lalu langsung masuk ke mobil. Ketika Diana akan duduk di kursi supir, tiba-tiba Lavender menenggornya dan berkata. "Sekarang aku yang bertugas, Kitty," Lavender langsung masuk ke mobil, duduk di kursi supir tanpa mempedulikan apa pun. Tentu saja, Diana sangat terkejut. Namun dia tidak bisa marah, jadi ia hanya bisa mengalah dan duduk bersebelahan dengan Bella di kursi belakang. "Memangnya kau bisa menyetir?" tanya Bella pada Lavender. Mendengar hal itu, Lavender mengusap rambut pendeknya, menampilkan wajah imutnya. "Diam dan duduklah yang manis, Tomboy," Jawaban Lavender berhasil membuat aku, Diana, dan Bella terdiam. Wow, rupanya sekarang Lavender sudah berani untuk beradu mulut dengan Bella, dia cukup berani dengan ukuran tubuh kecilnya itu. BROOOM! Lamborghinikumelaju dengan sangat cepat dan terkendali, sungguh, aku tidak percaya kalau Lavender ternyata sangat ahli dalam menyetir mobil. Bahkan, kecepatan mobilku saat ini sudah berada di ambang batas, dan aku menarik napas panjang ketika sekumpulan anak sedang menyeberang di depan. "LAVENDER! STOP!" Aku, Diana dan Bella berteriak bersamaan ketika mobil yang di kemudikan oleh Lavender hampir menyentuh kerumanan anak-anak tersebut. CKIIIIIT! "BISAKAH KALIAN DIAM! SUDAH KUBILANGKAN, DIAM DAN DUDUKLAH YANG MANIS!" Lavender menghentikan mobilku lalu membentak kami bertiga dengan kemarahan. "Kalian tidak perlu khawatir! Aku sangat ahli dalam dunia menyetir!" Ungkapan yang dikatakan oleh Lavender membuat kami kaget. "Sejak kapan kau berani membentak kami, hah!" Bella langsung menjambak rambut pendek Lavender dari belakang. "Kau ini hanyalah makhluk manja yang bodoh!" BUGG!! "SIAPA YANG KAU SEBUT MAKHLUK MANJA, CEPAT KATAKAN!" Lavender langsung memukul wajah Bella, mereka bertarung di dalam mobilku. Diana ketakutan memandang peristiwa memalukan itu. "Cu-cukup! Hentikan!" Diana menjerit. Namun sayangnya mereka berdua tidak mendengarkan apa yang diserukan Diana. "Heh, Anak Manja! Mulai detik ini! Kau tidak usah menyetir!" "Oh. Baik. Kalau begitu! Sekarang kau yang menyetir, Tomboy!" "Yeah! Itu lebih bagus dari pada kau yang menyetir!" PLAK! PLAK! Oh, sungguh. Aku tidak percaya kalau Diana telah menampar wajah Bella dan Lavender sampai mereka berdua terhuyung nyaris jatuh. "Kubilang, hentikan!" Diana menekankan perkataannya dengan amarah yang memuncak. siapa pun yang mendengarnya pasti akan ketakutan, karena Dia sedang dalam mode bertarung. "Emm, biar aku saja yang menyetir," Aku langsung mengambil alih tugas itu tanpa menunggu persetujuan siapa pun. Dan akhirnya kami dapat melanjutkan perjalanan dengan kondisi yang tenang dan damai. "Jadi, di mana letak rumahmu?" Lavender menoleh padaku mendengar pertanyaan yang kulontarkan. "Berhenti disini saja." "Kau yakin?" Aku terus menjalankan mobil tanpa menghentikannya. "Kita sudah berada di dekat rumahku," balas Lavender dengan senyuman dingin. "Jadi begitu? Baiklah, kita turun disini." "Jadi, di mana letak rumahmu?" Lavender menoleh padaku mendengar pertanyaan yang kulontarkan. "Berhenti disini saja." "Kau yakin?" Aku terus menjalankan mobil tanpa menghentikannya. "Kita sudah berada di dekat rumahku," balas Lavender dengan senyuman dingin. "Jadi begitu? Baiklah, kita turun disini." * Kami berempat pun menuruni mobil dan berjalan menuju sebuah rumah tua milik Lavender. Sungguh, aku sempat mengira kalau ini bukanlah rumahnya, alasannya karena bangunan ini terlihat begitu menyeramkan. Halaman rumahnya dipenuhi dengan beberapa pohon rindang yang menurutku menambahkan kesan seram. Kemudian Lavender langsung menaiki undakan menuju pintu rumahnya, lalu mengetuk pintu pelan. Pintu berderik terbuka, menampilkan seorang pria dewasa berkumis tebal dan bermata tajam, ekspresinya sungguh membunuh. "Lave, siapa mereka?" Tanyanya dengan suara yang rendah dan serak, mata kecilnya hanya memperhatikan gelagatku. Mendengar hal itu, Lavender tersenyum dan berkata, "Mereka adalah teman-temanku, mereka selalu menjagaku, yaaah semacam penjaga pribadi mungkin?" Pria besar itu menunjukkan ekspresi kesal. "Kita tidak mempunyai uang untuk menggaji mereka, suruh saja mereka pergi!" Lavender berjengit mendengar balasannya. Dia langsung menampilkan senyuman palsu sebagus mungkin. "Ti-tidak ayah! Mereka melakukannya tanpa diberi upah! Bukankah begitu, teman-teman?" Lavender memastikannya pada kami, dan dengan terpaksa aku, Bella dan Diana menganggukkan kepala. "Biarkan mereka masuk, Ayah!?" "Mereka terlihat mencurigakan!" "Bisakah Ayah pikirkan kembali?" "Bawa mereka pergi!" "Ayah, kumohon! Beri mereka kesempatan. Kami akan menuju ke tempat itu! Ayah paham 'kan?" "Ruangan itu sudah kukunci, tidak ada yang boleh masuk!" "Ayaaaaaah!" Lavender menggoyang-goyangkan tubuh Pria gagah tersebut seperti boneka plastik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN