****************** 'Tak' Ziyan menjatuhkan pisau dan garpu di tangannya. Matanya lurus menatap piring di depannya dengan wajah stoic andalannya. "Ya, aku pernah bahagia." Jawab Ziyan pelan sebelum menyesap minumannya. Bastian bergeming memasang ekspresi yang sama datar namun dengan tatapan yang sulit diartikan. Tak butuh penjelasan panjang baginya untuk mengetahui bahwa sebenarnya wanita di hadapannya ini telah dihancurkan. Bastian kembali memeluk Ziyan sebelum melepaskan wanita itu untuk pergi. "Kuharap kita bisa secepatnya bertemu lagi." Ujar Bastian sembari mengurai pelukannya. "Kau sudah tahu nomorku, alamat rumahku juga alamat kantorku. Tinggal hubungi aku atau datang sendiri. Bukankah itu kelakuanmu sejak dulu?" Bastian terkekeh. "Ya, baiklah. Mungkin aku akan sering menggan

