"Kecentilan apa sih gw gak tau apa-apa dari tadi dekatin boss lu aja kagak." lawan Tasya yang tidka mau diinjak-injak olehnya dia boleh melakukan apapun semaunya tapi jangan sampai dia menjatuhkan dirinya ditempat umum.
"Karena lu udah berani dekat-dekat dengan pak Revan." semua orang menatap ke arah mereka berempat yang menjadi pusat perhatiannya.
"Kapan gw dekatin hah? sekali lagi gw bilangin gw sama pak Revan hanya sebatas sekretaris dan boss saja yah.”
"Gw gak percaya siapa tau aja lu mau dekatin pak Revan terus ambil hartanya sampai habis.”
"Astaga kenapa pikiran lu sampai situ sih walaupun gw orang miskin sama sekalipun gw gak ada niatan mau mengurasi harta pak Revan.”
"Cabut gaess jangan sampai pak Revan tau.” tiba saja Revan datang sebelum itu Dinda dan gengnya pun berlaku pergi meninggalkan Tasya sendirian.
"Ada apa ini." tanya Revan yang baru saja melihat kotak bekal Tasya sudah berantakan dilantai.
"Ehhmm... Gak ada apa-apa pak tadi cuma kotak bekal saya jatuh saja." pekik Tasya agar bossnya tidak memarahi Dinda dan gengnya itu.
"Dasar ceroboh.” Revan jadi kasihan melihat Tasya yang membersihkan semua makanan yang jatuh dilantai tadi sedangkan Tasya tidak menanggapinya perkataan bossnya tadi dia masih terus fokus membereskannya.
"Sini saya bantu." Revan menundukkan tubuhnya untuk membantu Tasya membersihkannya.
"Gak usah Pak saya bisa sendiri kok" Tasya mencoba mencegah agar bossnya tetao tidak membantunya.
"Jangan membantah." Revan tetap membantu Tasya walupun dirinya ditolak olehnya selesai membersihkannya, Tasya membuang semua bekal yang belum sempat ia makan tadi ke tong s****h belum saja dia memakannya tapi bekalnya malah dijatuhkan oleh Dinda teman musuhnya.
"Terima kasih pak saya permisi dulu." belum sempat Tasya pamit bossnya memegang tangannya membuat jantung jadi deg-degan.
Deg-deg
"Kenapa saya jadi deg-degan yah." batin Revan.
"Maaf pak tangannya.” Tasya menyadarkan Revan untuk melepaskan tangannya yang sudah dipegang olehnya lalu Revan pun melepaskannya.
"Temeni saya makan." ucap Revan yang sudah duduk di bangku kantin.
"Tapi pak saya masih ada pekerjaan lainnya." tolak Tasya.
"Kamu gak ingat perjanjian kita." Revan mencoba mengingatkan tasya untuk menuruti perintahnya kemudian dia pun pasrah duduk di depannya.
"Pak Rudy." panggil Revan kepada penjaga kantin.
"Iya pak." pak Rudy pun menghampirinya.
"Kamu mau pesan apa." tanya Revan kepada Tasya yang sudah duduk didepannya.
"Tidak usah pak bapak saja yang pesan " jawan Tasya karena dia tau kalo isi dompetnya tidak mencukupi untuk membeli makanan dikantin ini.
"Tenang saja saya yang bayar." kata Revan.
"Tiddd...kk____???” Belum sempat tasya bicara kepadanya Revan sudah memesannya.
"Saya pesan nasi goreng 2 dan jus jeruk 2."
"Siap pak ditunggu yah pak." lalu Revan mengangguk oak Rudy pun segera pergi dari sini untuk membuat pesanan yang tadi Revan pesan, Malam pun tiba tapi Tasya masih tetap bekerja lembur banyak sekali pekerjaan yang belum diselesaikan olehnya dan akhirnya sekarang selesai juga tugasnya.
"huftt Akhirnya selesai juga." Tasya menghela panjang nafasnya dengan senang karena tugasnya pun sudah selesai.
"Eh anak baru." panggil Dinda yang menghampiri Tasya baru saja tugasnya selesai kenapa ada masalah baru lagi sih.
"Ada apa?"
"Gw udah bilangin sama lu jangan dekat-dekat dengan pacar gw ngerti gak sih lu." Dinda menatap tajam ke arah Tasya.
"Maaf yah gw gak ada niatan mau ngerebut Pak Revan dari dulu, kalo memang lu suka sama dia yaudah ambil aja." dia juga tidak perduli kau bossnya pacaran sama siapapun yang penting hidupnya tenang.
"Kalo gak ada niatan kenapa lu ngedeketin dia hah?" Dinda menarik rambut Tasya dengan kencang membuat dia kesakitan
"Awhh sakit Din." Rintihan Tasya yang dijambak olehnya.
"Gw peringatin sekali lagi kalo lu masih dekatin dia gw gak segan-segan bunuh lu." Dinda Terus-menerys menjambak rambut Tasya dengan lebih kuat lagi, tiba saja pintu ruangan Revan terbuka Dinda pun mengacak rambutnya berpura-pura kalo dia dijambak oleh Tasya padahal sebenarnya dialah yang menjambak ya lebih dulu.
"Ada apa ini." Revan melihat rambut Dinda acak-acakan yang sudah berantakan yang tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Hiks hiks dia Pak sudah menjambak rambut saya." Dinda berpura-pura ekting didepan bossnya bahwa dirinya dibuly oleh Tasya.
"Enggak itu gak benar Pak, padahal dia yang sudah menjambak rambut saya." bela Tasya tapi tetap saja Revan tidak mempercayainya dia lebih memilih Dinda yang sudah lama bekerja disini.
"Dia Bohong pak hiks tadi dia ancam saya agar saya tidak dekat-dekat dengan bapak lagi padahal kami hanya sebatas bos dan karyawan." lirih Dinda yang mencoba pura-pura bahwa dirinya di buku olehnya.
"Tasya saya tidak suka kamu membuly karyawan disini." bentak Revan.
"Saya bisa jelaskan semuanya pak." Tasya mencoba untuk menjelaskan semuanya yang benar tapi Revan tetap gak mau mendengarkannya.
"Saya sudah liat semuanya saya tunggu di ruangan saya." Revan pun memasuki ruangan kerjanya lagi dengan tatapan sangat marah, hadeeh gimana ini baru kerja saja sudah dimarahi gimana kalo bossnya memecatnya oh my good mau cari pekerjaan dimana lagi mencari pekerjaan aja susah.
"Emang enak!! Ini baru permulaan rencana gw liat saja nanti kedepannya." Dinda menatap Tasya dengan sinis dan berlalu pergi meninggalkan Tasya sendirian.
"Astaga gimana ini apa masuk aja yah ke dalam tapi takutnya dia marahin gw lagi." gumam Tasya lebih baik Tasya masuk saja dari pada masalahnya jadi perpanjang lagi lebih baik dia menyelesaikannya dari sekarang.
"Permisi ada apa bapak manggil saya." tanya Tasya yang sudah membuka pintu ruangannya dan berdiri disitu.
"Bagus yah baru kerja disini Sudah bully karyawan disini." Revan berbicara dengan nada tinggi sedari tadi Revan sudah marah tapi kenapa Tasya membuat ulahnya membuat Revan semakin nambah marah lagi.
"Saya sudah bilang kalo saya gak salah." bela Tasya dengan tegas dia tidak mau disalahkan karena dia itu benar tidak salah apapun.
"Kamu berani bicara begitu sama saya." Tasya membuat Revan tambah emosi lagi padahal Revan lagi ada masalah pribadinya tapi kenapa dia malah mencari masalah dengan bossnya.
"Saya tidak mau jika ada orang yang menyalahkan saya padahal saya ini tidak salah."
"Oh berani yah kamu sama saya." Revan mendekati Tasya untuk lebih dekat lagi tambah lagi langkah kakinya pun sudah merapatkan tubuhnya dengan Tasya membuat Tasya mundur dan sudah mentok di pintu ruangannya.
"Bapak mau ngapain." dengan ketakutan Tasya tidak bisa berkutik apa-apa lagi hidungnya pun sudah bertabrakan dengan hidung mancung bossnya itu.