Minmin pagi ini sudah berada di dorm BTL. Ia kini tengah sibuk membereskan dapur dan membuat sarapan untuk para member. Sementara di sana juga ada duoB memperhatikannya. Namun, Minmin memilih tak menghiraukan mereka ia tetap pada kegiatan paginya. Sesekali ia menghela napasnya kesal. Karena duoB hanya menatap tanpa membantu apapun.
Saat itu Jeon-gu berjalan ke dapur. ia melihat kesibukan Minmin lalu ia berjalan mendekati Duo kembar squinoid.
"Kalian tak membantu?" tanya Jeon-gu lalu berjalan mendekati Minmin. Bersiap membantu gadis itu sebisanya.
DuoB hanya menggelengkan kepala mendapatkan pertanyaan dari Jeon-gu. mendapati jawaban itu lagi-lagi membuat Minmin hanya bisa menghela napasnya. Berusaha mengatur emosi yang kini tengah ia rasakan.
"Kalau ada orang lain sedang melakukan sesuatu cobalah untuk membantunya," Jeon-gu coba menjelaskan secara halus sambil menunjukkan senyum manis. Berharap kedua gadis squizy itu bisa memahaminya.
"Baik Paman Jeon-gu." Duo-B menjawab dengan sopan. Setelahnya kedua gadis itu dengan cepat bergerak mendekati Minmin. Mereka kini berniat membantu. Namun yang terjadi malah keduanya membuat kerusuhan di dapur.
"Yaaakk! Berhenti!" Minmin berteriak kesal.
DuoB terkejut karena teriakan Minmin mereka langsung saja menangis karena terkejut. Tentu saja tangisan keduanya benar-benar memekakkan telinga.
"Aish," gerutu Jeon-gu kini ia jadi merasa bersalah karena telah membuat Minmin bukannya terbantu, malah semakin banyak pekerjaan yang harus ia lakukan akibat ulah Bongbong dan Bonbon.
Jeon-gu kemudian menghampiri duoB dan mengusap kepala mereka bergantian. DuoB segera memeluk sang paman dan menangis sangat kencang. Membuat Jeon-gu menutup kedua telinganya.
"Ada apa ini?" tanya Yunki yang kemudian datang mendekat sambil menutup kedua telinganya.
Bonbon berlari kemudian memeluk si pucat yang masih berdiri di depan pintu masuk Menuju dapur. "Ayah, eonni itu," adunya sambil menunjuk Minmin. Yang kini memilih tak peduli.
"Yak, Minmin kau apakan mereka?" Tanya Yunki.
Minmin menatap Yunki hanya dengan melirik si pucat dengan kesal. Minmin lalu segera kembali dengan pekerjaannya.
"Hyeong, ini cuma salah paham," jelas Jeon-gu.
Jimmy berlari ke dapur, dan kali ini Bongbong melepaskan pelukan dari Jeon-gu dan berlari memeluk Jimmy.
"Ada apa ini!" Pekik Jimmy terkejut. "Ada apa?" tanya Jimmy lembut pada Bongbong.
Bongbong hanya menunjuk Minmin. Tentu saja apa yang dilakukan Bongbong membuat Jimmy melirik dengan penasaran. Minmin saat ini sudah terlanjur sangat kesal. Ia memilih tak peduli dengan tatapan Jimmy ataupun Yunki. Sementara itu kedua kembar kini tak menangis lagi. Mereka kini tengah bermanja pada ayah mereka masing-masing.
"Pergi dari sini!! Kalian menyebalkan sekali!!" teriak Minmin kesal seraya mengayunkan centong juga sendok kayu besar yang ia gunakan untuk mengaduk nasi goreng.
"Omona," pekik Yunki terkejut. "Apa dia marah?" Yunki melirik pada Jeon-gu m
Jeon-gu mendorong Yunki dan Jimmy agar menjauhi dapur. Seperti apa yang diminta Minmin. Segera saja keduanya menurut.
Mereka berjalan keluar saat itu Soogi dan Reya baru saja datang. Yunki menatap Reya ia mencari jawaban atas apa yang ia lakukan kemarin. Namun Reya segera mengalihkan pandangannya.
"Ibu," sapa Bonbon.
"Nde?" tanya Reya bingung katena ia dengan segera merespon panggilan Bonbon.
Jimmy menatap dengan senyum. Melihat reaksi Reya dan juga responnya pada Bonbon benar-benar menggemaskan. Dan Bongbong tak mau kalah ia memanggil Soogi dengan sebutan ibu.
"Ibu ...."
"Iyaa--" jawab Soogi.
Jimmy lagi-lagi hanya tersenyum melihat Bongbong yang berlari menghampiri Soogi. Lucu sekali baginya melihat tingkah duo kembar juga Reya.
"Jimie, kau sudah sarapan?" Tanya Reya.
Jimin menggeleng. "Minmin masih memasak untuk sarapan di dapur."
"Aku ke dapur dan membantuz" ucap Soogi kemudian berjalan ke dapur.
Reya berjalan mengikuti Soogi. Tapi, Yunki menahannya dengan memegangi tangan Reya. Jimmy menatap itu ia sedikit penasaran. Dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara keduanya. Reya melepaskan tangan Yunki. Ia benar-benar belum merasakan perasaan apapun pada pria itu saat ini.
"Kita bicara nanti. Untuk aku kemarin hanyalah main-main," jelas Reya.
"Kenapa?" tanya Yunki.
Reya menatap Jimmu sesaat, lalu mengalihkan pandangannya. "Karena, aku menyukai orang lain," jawab Reya kemudian meninggalkan Yunki dan Jimmy kemudian berjalan ke dapur.
"Ada apa sebenarnya hyeong?" Tanya Jimmy.
Yunki tak menghiraukan pertanyaan Jimmy ia memilih meninggalkan tempat itu dan berjalan kembali ke kamar.
***
Minji sedang mempersiapkan kebutuhan Seojin. Kali ini ia akan menjadi staf pendamping untuk drama terbarunya. Kali ini Seojin berperan sebagai seorang psikopat dan memiliki dua kepribadian.
Ini adalah hari pertama mereka shooting. Minji memberikan kertas skrip kepada Seojin agar ia bisa menggagalkan dengan baik.
"Kau udah menghafalkannya?" tanya Minji.
Seojin mengangguk. ia telah membaca skrip sejak semalam. Meski ia bukan tokoh utama Seojin benar-benar ingin menampilkan yang terbaik.
***
Profesor Go berada di ruang kerjanya. Ia memperhatikan lembar jawaban dari beberapa sial yang kemarin diisi oleh Jijji.
Ia mempunyai keinginan baru, tak lagi terlalu memikirkan squinoid hasil dari DNA anaknya. Ia lebih memikirkan penemuan barunya. Ia akan kembali membuat squinoid namun dari DNA lain yang ia pilih. Apakah itu Jijji?
**
Heosok saat ini sedang melatih gerakan tarinya di studio. Saat ini perusahaan tengah mempersiapkan debut girl band baru. Setelah sekian lama perusahaan tak menerbitkan GB. para member BTL kini ikut serta juga mempersiapkan. Berharap kali ini semua persiapan berjalan baik dan membawa kesuksesan bagi perusahaan.
Musik mengalun kali ini sengaja untuk title debut GB itu Namjun dan Yunki menjadi salah satu arangger-nya. tentu saja siapa yang akan meragukan kemampuan Namjun dan Yunki. Keduanya jenius dalam membuat musik.
Sementara itu dibantu Heosok. pria itu hanya memerlukan kurang dari dua jam untuk menciptakan gerakan yang sempurna untuk tarian utama mereka. Heosok segera melakukan gerak tarinya. Membuat ke lima member itu merekam juga memerhatikan dengan baik. Heosok memberikan waktu untuk semuanya mencoba gerakan tari yang telah ia buat.
"Sunbi ya, coba lakukan dengan lebih menggunakan perasaan," ucap Heosok tegas. Gadis berambut pendek itu. Lebih baik dalam bernyanyi ketimbang dance memang. Tapi, sang pelatih mau jika semua bisa memasukan perasaan kesalnya tiap gerakan mereka.
"Maafkan aku, sunbaenim." Ucapnya.
"Baik kalau begitu, ulangi."
***
Seojin telah sampai di lokasi shooting nya. Tapi saat disana semua sedang sibuk.
"Apa yang terjadi?" Tanyanya pada sutradara Ko.
"Artis yang akan melakukan shooting denganmu. Mengalami kecelakaan."
Minji berlari membawakan ponsel dan memberikan pada Seojin. "Kau meninggalkannya."
"terima kasih Minji-yaa."
Sutradara Ko menatap Minji. Gadis itu cantik mempunyai postur layaknya artis.
"Siapa dia?" Tanyanya.
"Staf kami." Jawab jin.
Sutradara Ko menatap Minji. "nona apa kau membaca sebagian skrip kami?"
"Nde, aku membacanya." Jawab Minji ragu.
"Biasakan kau membaca dialog awal? Lakukan dengan Seojin."
Tentu saja apa yag dikatakan sutradara Ko membuat kedua orang itu saling tatap.
***
Izanami berjalan dari universitas nya. Ia sesekali menatap ke belakang karena terus merasa ada yang mengikutinya.
Grab!
Seseorang menarikan dan memasukkannya kesebuah mobil van hitam. Nami berusaha berteriak hanya saja tak ada yang melihatnya.
***
Jijji baru saja pulang dari sekolahnya. Ia menunggu di depan sekolah. Tapi, Soogi tak juga sampai. Ia menunggu cukup lama.
"Jijji? What are you doing here babby?"
Jijji mengadahkan wajahnya melihat pria yan lama tak ia temui. "Daddy-"
Jijji sangat senang kemudian berlari ke pelukan sang ayah.
"I Miss you Daddy."
"I Miss you more than you." Ucap James. "Di mana ibumu?" Tanya James dengan bahasa Korea yang fasih.
"Aku menunggu, tapi ibu belum juga datang." Ucap Jijji sedih.
"Biar ayah yang mengantarkanmu pulang."
"Ayah harus menghubungi ibu dulu supaya ia tak khawatir."
.
.
.
Saat ini Soogi masih mengendarai mobilnya. Ia sedikit terlambat menjemput Jijji. Tak terlambat sebenarnya. Karena Jijji hari ini pulang cepat dan ia baru mengetahuinya sama guru kelas Jijji menghubungi.
Ponsel Soogi berdering.
"Yeoboseo?"
"Aku akan mengantar Jijji pulang."
"James?" Soogi terkejut tentu saja.
Bagaimana bisa mantan suaminya ini tiba-tiba ke Korea setelah sekian lama mereka berpisah?
Apa ia akan berusaha mengambil Jijji lagi?
"Tidak tidak boleh!" Gumamnya.
Ia mengendarai mobilnya dengan cepat. Soogi takut sekali jika James mencoba mengambil Jijji darinya.
***