Saat ini musik tengah mengalun di studio latihan. Saat itu Jimmy tengah berlatih sendirian. Ia merasa tubuhnya terasa kaku..Lama tak berlatih selama menjalani wajib militer. Maka ia memutuskan untuk semakin rutin berlatih dan berlatih agar bisa menampilkan lagi kemampuan tarinya secara maksimal.
Di lorong Reya berjalan menuju studio tempat Jimmy berlatih menari. Setelah sampai di depan pintu Reya mengintip dari pintu. Terlihat ia kesulitan membuka pintu studio.
"Jimm bisa kau membantuku?"
Mendengar suara Gadis itu membuat Jimmy segera berlari menghampirinya. Reya membawakan kopi untuk member BTL itu yang membuatnya kesulitan membuka pintu. Jimmy mengambil bawaan Reya. Membiarkan Reya masuk, ia menutup pintu lalu berjalan menuju meja untuk meletakan kopi yang dibawakan untuk mereka.
"Terima kasih, di mana yang lain?" tanya Reya.
"Mereka akan datang nanti. Yang lain sedang di studio rekaman," jawab Jimmy sambil kini berjalan mendekat pada Reya.
"Aah, ku kira mereka semua ada di sini." Ucap Reya. Baru saja ia akan duduk di lantai studio. Tapi, Jimmy mencegah dengan memegangi tangannya. "Ada apa?" tanya Reya bingung.
"Ayo menari bersamaku," pinta Jimmy.
"Tidak, aku tak bisa menari. Aku sungguh tak bisa lagi menari."
Jimmy menunjukkan wajah memohon. Membuat Reya yang menatapnya .erasa iba dan akhirnya mengangguk. Jimmy terlihat senang sekali ia menggenggam tangan Reya lalu menyalakan musik dengan remote di tangannya,kemudian kembali meletakkan remote di lantai.
Salah satu lagu BTL mengalun. Reya mencoba mengikuti gerakan tarian dengan menatap Jimmy. Hanya saja ia kesulitan. Tubuhnya terasa kaku setelah bertahun-tahun tak menari.
"Aku tak bisa," ucap Reya. Ia menyerah dan berjalan menjauhi Jimmy. Namun, Jimmy memegangi tangan Reya. Dan menariknya sehingga posisi mereka seolah bersiap berdansa.
Jimmy tersenyum, "kalau begitu kita dansa?"
"Baiklah."
Mereka berdansa, tak benar-benar berdansa tentu saja hanya bergerak sesuai lagu. Sesekali mereka tertawa karena mereka tak bergerak seiringan. Reya dan Jimin menyanyikan lirik itu bersama.
Saat itu Jeon-gu dan Heosok berjalan masuk. melihat sepasang insan yang sedang berdansa tanpa memerhatikan kehadiran mereka berdua.
"Uhuk," Jeon-gu berdeham diikuti Heosok yang mulai bergerak lincah seraya menatap gerakannya dari kaca studio.
Mendengar itu membuat Reya menghentikan kegiatannya bersama Jimmy. Tentu saja ia terpaksa berhenti karena malu pada kedua orang yang masuk barusan.
"Oiya, aku membuat kopi untuk kalian. Kopi itu racikanku sendiri dari kedai kopi milikku. Aku harap kalian menyukainya."
Reya berdiri lalu mengambilkan dua cup kopi yang ia berikan pada Jeon-gu dan Heosok.
"Terima kasih Noona," ucap Jeon-gu segera menyeruput minuman miliknya. Juga Heosok yang tengah meneguk kopi latte dingin miliknya.
"Wah enak sekali, aku yakin kedai kopimu pasti ramai sekali. Terima kasih," ucap Heosok seraya mengacungkan ibu jarinya.
"Terima kasih Seokki." Sungguh Reya berterimakasih dengan pujian Heosok tadi. Setidaknya ia tau kalau kopi buatannya layak untuk dinikmati. "Aku akan memberikan pada Yunki dan Namjun. Mereka ada di mana?"
"Studio rekaman," sahut Jeon-gu cepat.
"Baiklah aku akan ke studio rekaman. Apa tak masalah?" tanya Reya menatap Jimmy dan Heosok bergantian.
"Tak masalah, sepertinya Minji juga ada di sana tadi." Heosok menjawab.
Reya segera pamit berjalan menuju studio milik Yunki. ia ingin memberikan kopi juga untuk Yunki dan Joonie. Jimmy jelas menatap Reya dengan sedikit rasa cemburu. Mungkin karena gadis itu ingin menemui Yunki. Heosok dan Jeon-gu memerhatikan itu.
Heosok lalu menyenggol bahu Jeon-gu. "Jelas sekali ini cinta segitiga yang rumit."
Apa yang dikatakan Heosok mendapatkan jawaban berupa anggukan dari Jeon-gu.
*
Namjun dan Yunki saat ini sedang berada di studio rekaman. Mereka memilih lagu-lagu yang akan di masukkan ke dalam album comeback mereka. Sudah ada beberapa pilihan namun mereka belum benar-benar menentukan pilihan. Kecuali title utama.
Tok tok tok
Seorang mengetuk pintu dan segera masuk. Siapa lagi kalau bukan Reya yang kini membuka pintu setelah mendapat sahutan dari Yunki Ia berjalan masuk lalu menyerah kopi untuk Namjun dan Yunki.
"Terima kasih." Keduanya berucap bersamaan.
"Enak tidak? Itu dari kedai kopi milikku."
"Aku menyukainya," jawab Yunki cepat.
"Aku juga, rasanya tak terlalu manis. Aku suka." Namjun menambahkan.
Reya juga membawakan cake yang ia beli tadi. Ia meletakan di atas meja yang berada di surut ruangan.
"Terima kasih," lagi keduanya mengucapkan terima kasih bersamaan.
"Kalau begitu aku akan keluar. Kalian pasti sibuk," ucap Reya kemudian.
"Ah, aku akan ke luar sebentar. Apa kau bisa temani Yunki hyeong dulu? Dia sedang mencari teman diskusi," ucap Namun sambil berjalan ke luar sambil menatap Yunki. Tentu saja tujuan Namjun jelas, agar si pucat itu bisa menyatakan perasaan.
Ia lalu mengambil kursi yang tadi di tempati Namjun dan mendekatkan dengan kursi miliknya. "Duduk di sini," pinta Yunki.
Reya berjalan lalu duduk di kursi yang berada di samping Yunki. "Apa aku mengganggu?"
Yunki jelas menggelengkan kepalanya. "Dengarkan ini," pintanya sambil memasangkan earphone ke telinga Reya.
Reya mendengarkan musik yang sedang mengalun di telinganya. Ia menatap Yunki sambil tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya.
"Belum semua baru bagian reff," jelas Yunki, sejujurnya ia senang melihat reaksi Reya atas lagu buatannya.
"Aku suka, ini keren sekali!!" puji Reya.
"Aku menyukaimu," ucap Yunki. "Masih menyukaimu."
"Nde?" Tanya Reya bingung ia menatap pria di hadapannya dengan heran. Apa yang di ungkapkan Yunki jelas terlalu tiba-tiba.
"Berhenti menatap seperti itu," ucap Yunki. "Aku tak bercanda, aku masih menyukaimu."
Reya terdiam, ia sendiri tak tau bagaimana perasaan nya saat ini. "Bolehkan aku pikirkan dulu?"
"Tidak, aku ingin kau menjawab sekarang. Katakan iya jika kamu suka dan tidak jika kamu tak menyukaiku."
"Yunki ya, ini aneh, aku bahkan tak tau perasaanku."
"Kita menjadi kekasih dan akan aku buat kau menyukaiku lagi. Dulu aku memang terpaksa meninggalkanmu karena karirku di BTL. Kini semua telah berbeda."
Reya terkekeh kecil mendengar ucapan Yunki barusan. Entah mengapa ia memilih tawa sebagai reaksinya. "Yaaa, Yunki sebenarnya ada apa denganmu?"
"Aissh," desis si pucat kesal.
Cup.
Yunki bergerak mengecup bibir Reya. Kemudian menatap Reya. Melihat wajah gadis di depannya itu memerah. Yunki malah tersenyum, ia sendiri bingung kenapa ia melakukannya.
"Apa jantungmu berdebar kencang?" tanya Yunki.
Reya mengangguk ragu, meski jantungnya benar-benar berdegup tak beraturan.
"Kalau begitu kamu menyukaiku." Sahut Yunki cepat.
"Yaa, tak semudah itu mengetahui perasaan." protes Reya kesal dengan jawaban asal mantan kekasihnya dulu.
"Aku tak perduli, aku anggap kau menerimaku."
"Yaak! Yunki yaa! jangan bercanda!"
"Berhenti memanggilku seperti itu aku ini setahun lebih tua darimu," ucap Yunki sambil mendorong kening Reya dengan jari telunjuknya.
***
Sementara itu seorang gadis, di sebuah kawasan pinggiran Seoul. Sedang di awasi oleh dua orang pria yang tak dikenalnya.
Gadis itu adalah gadis berkebangsaan Jepang yang memberikan hadiah squinoid hasil eksperimen profesor Go kepada member BTS.
***
Sementara di dorm Soogi sedang bersama douB. Ia memperhatikan di luar anak telur itu. Ada Jijji juga yang membantunya mengajari Bongbong dan Bonbon membaca. Sejak Jijji pulang sekolah mereka berada di sana. Hingga saat ini sore menjelang. Soogi hanya menunggu para member BTL kembali, agar ia bisa pulang bersama Jijji.
Jiji sesekali melirik Soogi. Soogi menyadari keanehan dari Jijji namun ia mencoba tak bertanya apapun pada anak perempuannya. Ia takut tak bisa menjawab pertanyaan sang anak yang terkadang di luar pikirannya.
Jijji menatap Bonbon dan Bongbong bergantian. Ia merasa duoB ini sangat pintar karena mereka bisa menghafal yang ia ajarkan dengan cepat.
"Hmm, apa ini?" Tunjuk Jijji pada gambar yang ada di buku yang ia bawa.
"Air," jawab duoB kompak.
"Ini?"
"Apel,"
Jijji menatap dengan aneh, "darimana kalian berasal?" tanyanya.
"Squizy."
"APA?" Jijji menatap dengan heran.
DuoB malah mengangguk yakin saat Jijji terkejut. membuat Jijji menggaruk kepalanya pusing sendiri.
"Ingat, apa yang aku ajarkan mengerti?" ia akhirnya menyerah untuk memahami asal kedua kembar itu.
"Baik, Kakak kelas," sahut duoB lagi.
Jijji malah tersenyum lebar, ia merasa berhasil menjadi guru yang baik bagi duoB.
***
Tae mengantar Soogi dan Jijji pulang Setelah ia kembali ke dorm. Di dalam mobil Bongbong juga mengikuti sang ayah mengantar Soogi.
Jijji memperhatikan Bongbong yang terus memanggil Tae dengan sebutan Ayah.
"Om, apa dia ini benar anak Om Tae?" tanya Jijji.
Taetae menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung bagaimana harus menjawab.
Soogi melihat kesulitan yang dialami Tae karena ia sendiri sering mengalaminya. "ibu akan ceritakan nanti."
Jijji mengangguk.
Soogi menatap Tae, pria itu kini tersenyum mengucapkan terimakasih kepada Soogi. Karena membantunya keluar dari pertanyaan Jijji.
"Jijji, apa kamu suka lihat drama musikal?" tanya Taetae.
Jijji mengangguk, tentu saja anak itu sangat menyukainya.
"Apa kamu mau menonton bersama?" ajak Tae.
"Apa ibu juga ikut?"
"Apa kau mau nunna? ayo kita pergi bersama." ajak Tae.
Soogi menganggu, setuju ia melihat Jijji yang tertarik. Itu membuatnya segera menyetujui ajakan Tae.
"Kalau begitu aku mau." jawab Jijji.
"Aku?" tanya Bongbong bingung, karena sedari tadi ia tak diajak berbicara.
"Kau juga ikut bersama kami," ucap Jijji.
Tae memegangi tengkuknya lagi. Ia benar-benar tak berniat mengajak Bongbong kali ini. Tapi, ia tak mungkin menolaknya. Bongbong dan Jijji bahkan sudah bersorak bersama.
Soogi terkekeh melihat kesulitan yang dialami pria dengan senyum kotak itu. Soogi Kemudian menepuk-nepuk bahu Tae.
"Aku mengalaminya setiap saat," ledek Soogi karena ia merasa kali ini ada orang lain merasakan apa yang ia rasakan.
***
.
.
..