Hari masih sore saat para member kembali ke dorm. Mereka masuk ke dalam Yunki melihat Reya yang tertidur di ruang tengah. Lalu Jijji yang tertidur bersama Duo kembar di kamar Yunki. Lalu Soogi sibuk di dapur menyiapkan makan malam. Biasanya akan ada yang datang merapikan rumah hanya saja semua dihentikan sejak par squuinoid itu lahir.
Mendengar langkah kaki membuat Soogi berjalan ke depan melihat yang lain mulai berjalan masuk. Smentara Yunki berjalan ke ruang laundry mengambil selimut.
"Kalian sudah kembali?"
"Nde," jawab semua kompak.
Tepat saat itu Yunki kembali membawakan selimut dan segera menyelimuti Reya. Jeon memerhatikan Jimmy yang menatap dengan sedikit tidak suka. Lalu si bungsu berjalan mendekati Heosok yang tengah merapikan topi yang baru saja ia kenakan. Jeon-gu menatap Heosok lalu pria itu berjalan mendekat.
Heosok mendekatkan bibirnya pada Jeon. "Ini Cinya segitiga."
Jeon mengangguk. "Aku rasa juga begitu. Sepertinya ini terlalu jelas."
Heosok mengangguk yakin jelas sekali apa yang diperlihatkan Jimmy adalah bentuk kecemburuanya pada Yunki.
"Aku sudah menyiapkan makan malam. Kalian bisa menghangatkan itu nanti. Aku harus pulang sekarang." Soogi pamit lalu berjalan menuju kamar Yunki untuk membangunkan Jijji.
Taetae melihat itu, ia berjalan mengikuti dari belakang. Soogi berniat membangunkan Jijji namun Tae menahan tangan wanita itu.
"Bagaimana kalau aku akan menggendong Jijji noona. Kasihan jika ia harus dibangunkan."
"Jiiji berat Tae. Itu akan merepotkan."
"Tak masalah, aku akan menggendongnya dan mengantarmu pulang."
Tae menggendong Jijji, lalu ia bersama Soogu berjalan ke luar menuju parkiran bawah tanah. Mobil itu segera melaju setelah Tae merebahkan Jijji dan ia kini duduk di kursi kemudi. Sore ini masih cukup cerah dan masih lengang karena belum waktunya pulang bekerja. Tae dan Soogi mengobrol beberapa hal, sekaligus berbagi kenangan lama mereka dulu. Saat itu Jijji terbangun, gadis itu menyadarkan diri lalu segera duduk.
"Kau sudah bangun Jijji-ya?" sapa Soogi.
Taetae juga tersenyum pada Jijji dari kaca dashboard. "anyeong Jijji-ya."
"Anyeonghaseyo Paman Tae," jawab gadis itu sopan. Ia lalu menoleh pada sang ibu. "Ibu kita jadi beli es krim kan?"
"Bagaimana kalau besok?" Soogi tak enak jika kali ini mereka harus makan es krim diantar TAetae.
"Baiklah, Paman akan mengantar kalian. Tenang saja Paman selalu membawa masker." Tae berujar dengan riang. Sudah lama juga rasanya ia tak makan eskrim di taman. Rasanya akan menyenangkan sepertinya.
Mobil itu berhenti di sebuah taman, Jijji dan Soogi menunggu di salah satu kursi sementara Tae berinisiatif membeli es krim untuk mereka bertiga. Jijji asik bermain dengan beberapa permainan di sana. Saat Tae berjalan mengahmpiri Soogi dan Jijji. Ia memerhatikan interaksi di antara keduanya. Soogi tersenyum dengan rambutnya yang sedikit tertiup angin. Entah mengapa membuat jantungnya berdegup kencang.
***
Profesor Go datang ke sekolah musik dan seni Valerie, ia mendapatkan undangan dari guru Song untuk bertemu dengan salah satu muridnya yang menurutnya sangat pintar dalam musik. Guru Song tau jelas jika sang profesor memiliki koneksi dengan salah satu sekolah musik di Amerika. Ia ingin mencoba mengajukan Jijji sebagai salah satu calon penerima beasiswa itu.
Pria itu kini duduk menunggu sang guru yang tengah memanggil Jijji di kelas. Setelah cukup lama menunggu Sang guru tiba bersama Jijji yang dengan segera membungkukkan tubuhnya memberi hormat pada Profesor Go.
***
Sementara di dorm Duo B, Bongbong dan Bonbon sedang asik di dapur. Mereka mencoba memasak omelette setelah mereka memperhatikan Reya dan Soogi tempo hari. Keduanya telihat sangat senang. Kini semua bahan yang mereka lihat kemarin telah siap di meja.
"Ini?" Tanya Bonbon sambil menunjuk satu buah telur ayam.
Bongbong menggeleng. Kemudian ia mengambil telur lainnya dan meminta Bonbon membuat omelette dengan dua telur. Bonbon mengangguk setuju. Ia memecahkan satu telur lagi lalu, memasukan garam, setelahnya mereka mengaduknya. Bongbong mengambil wajan setelah Bonbon selesai mengaduk. Ia meletakkan di atas kompor. Setelah menurutnya itu telah tercampur dengan baik ia menuangkan telur ke penggorengan. Mereka memerhatikan tak ada perubahan di sana. telur mereka masih mentah. Bonbon bahkan mengaduk-aduk telur dipenggorengan. Namun tak ada perubahan seperti yang mereka lihat kemarin.
Saat itu tepat Minmin datang. Ia berjalan ke dapur kemudian melihat kekacauan yang dilakukan duo Bongbong dan Bonbon.
"Yaaakkkk!" teriaknya.
Bongbong dan Bonbon terkejut. Bongbong menatap dengan kesal pada Minmin. Semetara Bonbon malah hampir menangis karena terkejut mendegngar teriakan MInmin barusan.
"Apa yang kalian lakukan?!" teriak Minmin kesal. Ia lalu berjalan mendekati kedua squinoid yang kini tengah berpelukan itu.
Yunki berjalan ke dapur mendengar keributan dari dalam kamarnya. "Ada apa ini?" tanya si pucat.
"Oppa, lihat apa yang mereka lakukan," ucap Minmin kesal.
"Ibuuuu," rengek Bonbon.
Bongbong menepuk pundak saudara kembarnya, saat Bonbon menoleh ia menggelengkan kepalanya kemudian mengatakan. "Ayah." Ia coba mengingatkan apa yang diajarkan Reya kemarin.
"Ayyaaahhh," rengekkannya kali ini untuk merevisi renngekan yang ia lakukan sebelumnya.
"wah, daebak. Apa Reya yang mengajarkan kalian?" tanya Yunki kagum segera mendapat jawaban berupa anggukan dari para squinoid itu.
Minmin menatap dengan kesal pada Yunki tang tenga tersenyum bangga dengan pencapaian Bonbon. "Sebenarnya apa hubungan kamu sama eonni itu?"
Yunki menatap sekilas tak peduli dengan pertanyaan yang diajukan oleh Minmin barusan. "Apa sebenarnya yang kau lakukan di sini?"
"Heosok oppa meminta aku kemari, selama aku belum masuk bekerja. Dan membuatkan sarapan untuk kalian, dan lain-lain juga untuk menjaga rahasia tentang mereka," jawab Minmin, seraya menunjuk DuoB.
"Ah, begitu. Baiklah kalau begitu tolong aku rapikan tempat ini ya." Yunki bertitah lalu berjalan meninggalkan tempat itu, diikuti Bongbong dan Bonbon.
Minmin merasa kesal ia melempar epron yang akan ia gunakan. Saat itu Seojin masuk lalu berjalan mendekatinya. "Ada apa?" tanyanya.
"Entahlah," jawab Minmin kesal.
Jin menatap heran kemudian memilih untuk berjalan ke ruang tengah bergabung dengan yang lain. Ia tak ingin membuat Minmin semakin kesal.
Semua member sedang duduk di ruang tengah sedang asik mengobro membahas album baru BtL. Sementara duoB menatap pada pada member seolah memikirkan sesuatu.
"Apa yang mereka lakukan sebenarnya?" Tanya Jimmy pada Taetae.
Tae hanya menggeleng, ia sama sekali tak bisa memahami kedua kembar itu. Tingkah laku mereka sering kali mengejutkan.
"Ayah aku itu," tunjuk Bonbon pada Yunki. Ia kemudian menoleh pada Seojn. "Itu juga. Ayah aku dua,"
Bongbong terlihat kagum dan kemudian ia menunjuk Tae dan Jimmy. "Itu Ayah aku, dua juga." setelahnya mereka terlihat senang.
"Jika mereka appa kalian lalu siapa Eomma kalian?" Tanya Hoesok. .
DuoB terlihat berpikir. Mereka menatap Namjun, Heosok dan Jeon-gu. Setelahnya mereka saling tatap. Seolah saling memberitahu satu sama lain, kemudian saling mengangguk.
Bonbon berjalan mendekati Heosok. Ia berdiri di depan pria itu.
"Ada apa?" tanya Heosok heran.
Bonbon kemudian mengarahkan kedua tangannya dengan cepat ke d**a Heosok. Membuat pria itu memekik terkejut lalu menatap Bonbon. Sementara member lain menertawakan apa yang dilakukan Bonbon.
"Bukan Ibu," ucap Bonbon.
Bongbong kemudian terlihat sedih.
Namjun dan Jeon-gu menutupi d**a mereka dengan kedua tangannya.
"Aku bukan ibu. Aku samchon, paman kalian," ucap Namjun.
"Aku juga paman kalian." timpal Jungkook panik.
Bonbon kembali berjalan mendekati Bongbong. Mereka terlihat sedih, kemudian berjalan ke kamar.
Tae melirik pada Yunki. "Hyeong bukankah mereka terlihat sedih karena tak memiliki ibu?"
"Apa yang bisa kulakukan. Aku ini single," jawab Yukki asal.
"Aku akan nunjuk Reya jadi ibu dari Bongbong," ucap Jimmu diiringi senyumannya manisnya.
Yunki melirik Jimmy sekilas, Jungkook dan Hoseok melihat lirikan itu. Lalu mereka saling menatap dan saling mengkode satu sama lain.
***
Jijji dalam perjalanan pulang sekolah. Ia saat ini terlihat memikirkan sesuatu di dalam mobil bersama Soogi. Soogi menatap anak kesayangannya itu, tentu ia merasa jika ada yang berbeda.
"Ada apa Jijji?" tanya Soogi.
"Ibu, ibu tau kan kalau aku sangat suka musik?"
Soogi mengangguk, tentu saja ia tau itu.
"Tapi, aku lebih sayang ibu."
Soogi menatap Jijji,ada rasa haru di dalam hatinya. "Ibu juga sangat sayang Jijji."
"Ibu apa aku boleh minta eskrim?"
Soogi mengangguk. Tak jauh dari sana ada toko eskrim ia menepikan mobilnya. Dan mampir untuk menyenangkan hati anak garis kesayangannya.
Di toko eskrim Jijji nampak memikirkan sesuatu ia hanya diam. Tak seperti biasanya akan bercerita tentang banyak hal. Soogi memilih memerhatikan ia yakin Soogi akan bercerita nanti.
***