Areum menatap ke sekeliling kamar inapnya yang baru. setelah kedatangan Woon Pil dan Siyeon- Manager dan asisten pribadi kakaknya- Areum lansung dipindahkan ke kamar inap VVIP. Ibunya baru saja pulang untuk istirahat. Malam ini ia akan ditemani oleh kakaknya.
Areum turun dari ranjangnya dan melihat-lihat kamar inapnya. kamar inapnya sangat luas. kamar tersebut memiliki 2 ruangan. saat pertama kali masuk, kalian akan di suguhkan dengan ruang tamu yang tidak terlalu luas namun juga tidak sempit. di ruang tamu tersebut terdapat kulkas, televisi, sofa panjang dan beberapa perabotan lainnya. di ruang tamu terdapat sebuah pintu yang memisahkan kamar dan ruang tamu itu. kamar utama juga tak kalah luasnya. di dalamnya terdapat 2 ranjang. satu ranjang utama untuk pasien dan ranjang satunya khusus untuk keluarga pasien.
dalam kamar tersebut juga memiliki televisi lain dan satu kamar mandi. di sebelah kanan ranjang terdapat sebuah jendela kaca besar yang lansung terarah ke pemandangan perkotaan. kamar yang sangat mewah dengan harga yang mewah juga. tetapi, mngingat siapa kakaknya, Areum tidak jadi shock berat. kakaknya seoang artis terkenal, tentu saja hanya dengan membayar kamar VVIP untuk semalam tidak akan ada artinya bagi kakaknya itu.
Areum berdiri di depan jendela kaca tersebut. kemerlap lampu-lampu kota dan juga pemandangan sungai Han yang besar memanjakan matanya. ia merenungi dirinya sendiri. saat ia meminjam ponsel sang kakak dan melihat tanggal yang tertera, Areum mengetahui bahwa dirinya masih berada di tahun 2020 dan tanggal yang sama dimana hari kecelekaannya terjadi.
'Jika bukan Time-travel, lalu apa? apakah aku bertukar jiwa dengan Areum? tetapi kami tidak memiliki hubungan apapun. sebenarnya apa yang terjadi?'
Saat Areum sibuk dengan kegiatannya, dari arah belakangnya, sesuatu menghampiri Areum. saat itu semakin mendekat ke arah Areum, seonggok tangan menepuk bahu Areum dan membuat Areum berjengit kaget dan refleks menoleh kebelakang. Seorang perempuan -jika saja bisa disebut dengan orang- tersenyum ke arah Areum,
Areum melihat perempuan tersebut dan menelitinya dari atas sampai bawah. Areum menghembuskan nafasnya pelan setelah mengetahui kaki perempuan di depannya itu tidak menapak ke lantai. ia menatap malas pada perempuan di depannya.
"Aku sedang tak tertarik untuk meladenimu. lebih baik kau pergi saja sebelum ku usir." kata Areum
perempun tersebut menatap kecewa ke arah Areum dan berbalik menjauhi Aruem. lalu perempuan tersebut menghilang begitu saja. Areum menghembuskan nafasnya lelah. belum ia mengurusi dirinya sendiri, dan sekarang ia sudah menarik perhatian arwah yang berada di rumah sakit ini. Adelia memanglah dapat melihat apa yang tidak bisa di lihat oleh orang lain. arwah, iblis, makhlus astral dan sejenisnya, ia dapat melihat mereka semua. ia juga dapat melihat kejadian yang akan terjadi lewat mimpinya. entah itu kematian seseorang, bencana alam, kecelakaan, kesialan, maupun kebahagiaan. ia memiliki keistimewaan itu sudah dari ia kecil.
Ia pikir, dengan dirinya yang bertukar jiwa dengan Areum dapat menghilangkan kemampuanya itu. tetapi, hal itu tidak terjadi sama sekali. buktinya, baru saja ia di hampiri oleh arwah seorang perempuan yang sepertinya meninggal di tempat ini atau memang dirinya yang tersesat disini. Areum berjalan ke arah ranjangnya dan merebahkan dirinya di ranjang. ia menatap langit-langit kamar inapnya dengan pikiran yang berkecamuk. lama-kelamaan matanya memberat dan ia jatuh tertidur.
***
Dae Wook, Woon Pil dan Siyeon tengah berada di ruang tamu kamar inap Areum. mereka sedang mendiskusikan masalah yang sedang terjadi sekarang. di depan pintu rumah sakit terdapat beberapa wartawan yang jumlahnya tak dapat di hitung. mereka semua tengah menanti Dae Wook dan Areum untuk keluar dari rumah sakit.
Berita terkait sadarnya Areum dari kematian sudah tersebar luas. adik dari seorang Lee Dae Wook telah menjadi trending topick di Seoul. beberapa dari mereka menyatakan bahwa Areum mengalami mati suri, namun ada juga pemberitaan yang mengatakan bahwa adiknya mengalami gangguan jiwa karena aksi bunuh dirinya di Universitas. Dae Wook memejamkan matanya untuk menenangkan pikirannya yang sedang kalut. ia tidak menyangka jika media akan mengetahui hal ini begitu cepat.
Woon Pil dan Siyeon yang melihat stressnya Dae Wook hanya bisa memberikan tatapan iba pada Dae Wook.
"Apa agensi tidak mengambil tindakan?" tanya Dae Wook
"Mereka akan membuat konferensi pers besok. mereka akan menyatakan jika kau akan hiatus sampai masalah ini selesai." kata Woon Pil
"Mereka tidak akan menyinggung adikku bukan?"
"Meskipun nanti para wartawan akan menyinggung hal itu, tetapi pihak agensi tidak akan ikut campur lebih dalam. mereka hanya akan mengabarkan kondisi kalian untuk saat ini." jelas Siyeon
"Baguslah kalau begitu." kata Dae Wook
"Hyung, selanjutnya apa yang akan kau lakukan? setelah kejadian ini, media akan menaruh perhatian mereka kepada kalian. tak dapat dihindari juga jika media akan selalu mengusik perkembangan penyelidikan terkait adikmu. apa kau akan baik-baik saja akan hal itu?" tanya Woon Pil
"Saat ini yang kufikirkan hanyalah Areum. aku tak ingin ia terganggu oleh masalah media. ia harus fokus dengan kesehatannya. untuk saat ini, setelah konferensi pers diadakan besok, aku akan membuat pernyataan lewat media dan mengabarkan bahwa kami baik-baik saja. untuk masalah penyelidikan, aku tak mau hal itu bocor ke media. jangan sampai mereka tahu perkembangan terkait penyelidikan ini. tolong katakan pada Pak Han untuk bekerjasama dengan kepolisian agar penyelidikan ini menjadi penyelidikan tertutup. kita hanya akan memberikan informasi seperlunya saja kepada media." jelas Dae Wook
"Baik. akan aku katakan kepada Sajangnim." kata Woon Pil
"Sekarang, bagaimana caranya mengeluarkan Areum Eonni tanpa ketahuan oleh media?" tanya Siyeon
"Aku punya rencana" kata Dae Wook serius
***
Sebuah usapan lembut dipipinya ia rasakan. Areum membuka matanya perlahan dan menemukan kakaknya yang tengah duduk sembari tersenyum ke arahnya.
"Kau bangun?" tanya Dae Wook
"Apa sudah pagi Oppa?" tanya balik Areum
"Ya, masih jam 5 pagi. bangunlah, kita akan pulang." kata Dae Wook
"Sepagi ini?"
"Iya, gantilah bajumu dan bersiap. Oppa akan menunggumu di depan."
"Baiklah."
Dae Wook bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Areum yang tengah menatap punggung lebar kakaknya. Setelah pintu kamarnya di tutup, barulah Areum turun dari kasurnya dan mengambil baju yang berada di kasur sebelah untuk ia kenakan. ia pergi mencuci mukanya terlebih dahulu baru ia akan mengganti pakaiannya.
Saat berada di kamar mandi, Areum melihat sosok perempuan yang kemarin sore menghampiri dirinya. Areum hanya meliriknya sekilas lalu ia membuang mukanya. ia berusaha untuk tak menghiraukan arwan perempuan ini. Areum membasuh wajahnya dan menggosok giginya. setelah selesai dengan kegiatannya, Areum hendak keluar dari kamar mandi tersebut. namun, ia berhenti saat arwah perempuan ini memanggil namanya.
"Adelia"
Areum menoleh terkejut ke arah arwah perempuan yang kini juga menatap dirinya.
"Bagaimana kau tau?" tanya Areum
"Kau selalu menyebut nama itu dan hanyut dalam pikiranmu. jadi aku simpulkan bahwa kau adalah Adelia. bukan wanita yang tengah kulihat ini."
Areum menatap arwah perempuan itu menelisik.
"Kau mengikutiku? sejak kapan kau mengikutiku?" tanya Areum
"Sejak kau menempati raga temanku." kata arwah itu.
"Ap-"
perkataan yang hendak Areum lontarkan terpotong ketika ia mendengar suara kakaknya yang bertanya apakah ia sudah selesai atau belum.
"Areum-ah... kau sudah selesai bersiap?" tanya Dae Wook dengan sedikit berteriak.
"Urusan kita belum selesai. kau harus ikut denganku." kata Areum. ia lalu keluar dari kamar mandi tersebut dan berteriak kepada kakaknya. "Belum kak!! sebentar lagi aku selesai!!"
"Baiklah. cepatlah kalau begitu!!" balas Dae Wook
Areum segera keluar dari kamar mandi dan mengganti pakainnya. Ia memakai kacamata, topi dan juga masker yang telah disiapkan oleh kakaknya. Walau sebenarnya ia merasa bingung mengapa ia harus mengenakan semua itu. Areum melirik sebentar ke arah arwah perempuan itu. ia mengkode arwah tersebut agar mengikutinya.
Areum keluar dari kamar inapnya dan menemukan sang kakak, Woon Pil Oppa dan juga Siyeon. Ketiganya menatap ke arah Areum dan melihat bahwa Areum telah siap. Dae Wook membawa Areum ke sisinya dan merangkul pundak adiknya itu.
“Sesuai dengan rencana, kau dan Siyeon akan turun menuju baseman rumah sakit, aku dan Areum akan menuju ke UGD.” Kata Dae Wook.
“Baik.” Kata Woon Pil dan Siyeon.
Areum yang tak mengerti hanya menatap ketiganya bingung. Ia juga baru menyadari jika gaya berpakaian Siyeon sangat mirip dengannya. Setelahnya mereka keluar dari kamar inap itu dan menaiki lift yang berbeda.
“Woon Pil-ah, apa kau membawa mobil van kita?” Tanya Dae Wook
“Iya, aku membawanya.” Jawab Woon Pil
“Bagus kalau begitu. Kita akan mengecoh para wartawan. Pertama, Siyeon kau belilah 2 setel pakaian untuk kau dan juga Areum. Ingat, pakaian kalian harus sama, dan juga belilah masker, kacamata dan topi untuk penyamaran nanti. Dan Woon Pil, pergilah ke salah satu dokter di UGD dan minta bantuan kepadanya untuk meminjamkan salah satu mobil ambulance rumah sakit.”
“Baik hyung/Oppa.” Jawab Woon Pil dan Siyeon.
Woon Pil dan Siyeon lebih dulu menaiki lift dan turun ke baseman rumah sakit. Sedangkan Dae Wook dan Areum, mereka masih menunggu beberapa saat untuk menaiki lift. Saat angka di lift yang dinaiki oleh Woon Pil dan Siyeon menampilkan angka 5, barulah Dae Wook memencet tomnol lift dan segera membawa Areum masuk ke lift tersebut setelah pintu lift itu terbuka. Dae Wook menekan angka 1 yang mana UGD berada di lantai 1 rumah sakit itu.
Woon Pil dan Siyeon keluar dari lift dan berjalan santai menuju mobil mereka. Lalu mereka berdua memasuki mobil van yang telah terparkir tak jauh dari mereka. Siyeon sengaja duduk di belakang dan membiarkan Woon Pil yang menyetir. Woon Pil melajukan mobil van tersebut keluar dari baseman.
“Woon Pil dan Siyeon, kalian akan menarik perhatian para wartawan dan menjauhkan mereka dari pintu masuk. Siyeon kau akan berpura-pura menjadi Areum, dan Woon Pil kau akan membawa Siyeon ke Apartement ku. Para wartawan itu tidak hanya berada di depan pintu rumah sakit, mereka juga berada di depan pintu keluar baseman yang mengarah ke pintu masuk utama rumah sakit ini. Mungkin mereka mengira bahwa kita hanya tau jika mereka bergerombol di depan pintu rumah sakit saja. Namun nyatanya, mereka juga menyebar ke seluruh pintu masuk di rumah sakit ini. Aku yakin, mereka pasti sudah hafal dengan plat nomor van kita. jadi akan sangat mudah untuk menarik mereka nantinya untuk mengerumuni kalian berdua nanti.”
Mobil van hitam yang di kendarai oleh Woon Pil perlahan keluar dari baseman dan berjalan denga kecepatan sedang. Woon Pil sengaja memelankan laju mobilnya agar, wartawan yang berada di dekat pintu keluar baseman menyadari keberadaan mereka.
“HEI!! ITU MOBIL LEE DAE WOOK!! MEREKA KELUAR DARI BASEMAN!!” teriak salah satu wartawan laki-laki disana.
Mendengar teriakan dari rekan mereka, para wartawan yang awalnya berkerumun di depan pintu masuk rumah sakit berlari mendekati mobil itu. mereka seketika berkerumun di depan dan samping mobil itu.
“LEE DAE WOOK-SSI, TOLONG BERIKAN PERNYATAANMU TERKAIT KASUS ADIKMU.”
“LEE DAE WOOK-SSI, APAKAH ADIKMU BENAR MENGALAMI GANGGUAN JIWA?”
“APAKAH ADIKMU MENGALAMI BULLYING DI KAMPUSNYA SEHINGGA IA MEMUTUSKAN UNTUK BUNUH DIRI?”
“LEE DAE WOOK-SSI APAKAH KEJADIAN YANG MENIMPA ADIKMU ADA HUBUNGANNYA DENGAN KAU YANG MENGEKSPOS DIRINYA SETELAH 20 TAHUN INI?”
“APA KAU TIDAK MEMILIKI HUBUNGAN BAIK DENGAN ADIKMU?”
Suara-suara teriakan yang terdengar dari para wartawan itu teredam di dalam mobil. Siyeon yang memainkan perannya sebagai Areum berpura-pura menundukkan kepalanya dan menyembunyikan wajahnya. Sedangkan Woon Pil ia berusaha menaikkan pedal gasnya perlahan-lahan untuk mendorong mundur para wartawan itu. perlahan-lahan, para wartawan itu menjauhi mobil van tersebut dan berlari kearah mobil mereka masing-masing yang terparkir di depan rumah sakit.
“Lalu bagaimana denganmu hyung?” Tanya Woon Pil
“Aku dan Areum akan turun setelah kalian. Aku akan membawa Areum menuju UGD dan pergi dengan ambulance rumah sakit. Setelah para wartawan nanti mengikuti mobil kalian, aku dan Areum akan keluar menggunakan mobil ambulance. Pintu UGD adalah satu-satunya yang tidak di kerumuni oleh wartawan. Setelah kau mendapatkan mobil ambulance nanti, pastikan ambulance itu sudah terparkir di depan pintu masuk UGD, sehingga kami berdua bisa dengan mudah untuk keluar. Aku akan membawa Areum ke rumah ibu. Karena rumah adalah satu-satunya tempat yang paling aman sekarang. Para wartawan tidak akan berani mendekati rumah kami karena media tidak diperbolehkan untuk mengekspos segala macam bentuk kegiatan yang ada di lingkungan itu.” jelas Dae Wook
“Baiklah kalau begitu hyung.”
Di saat mobil van yang di bawa oleh Woon Pil dan Siyeon hampir mencapai pintu keluar rumah sakit, di saat yang bersamaan, Dae Wook dan Areum baru saja keluar dari lift. Dae Wook lansung menggiring adiknya menuju UGD. Ia merangkul Areum dan menyembunyikan adiknya itu dalan dekapannya. Sampainya di UGD, Dae Wook mengedarkan pandangannya dan melihat kesekeliling UGD.
Seorang dokter muda mendekati mereka dan memberi mereka kode untuk mengikuti dirinya. Dae Wook yang menangkap kode dari dokter tersebut tanpa membuang-buang waktu lansung mengikuti dokter tersebut yang sudah berjalan di depan mereka. Dokter muda tersebut membawa mereka ke pintu masuk UGD dan disana sudah terparkir mobil ambulance yang akan membawa mereka berdua keluar dari rumah sakit.
Dae Wook lansung mengiring Areum untuk memasuki ambulan tersebut lebih dahulu lalu diikuti oleh dirinya. Saat pintu ambulance itu hendak ditutup, Dae Wook menahan pintu itu dan menatap ke arah dokter muda yang membantu mereka itu.
“Terimakasih.” Kata Dae Wook
Dokter itu menatap lekat Dae Wook lalu setelahnya ia menganggukkan kepalanya membalas ucapan terimakasih Dae Wook. Pintu ambulance itu tertutup lalu ambulance tersebut melaju keluar dari rumah sakit.
Mobil ambulance itu melewati beberapa wartawan yang masih berada di depan pintu rumah sakit dan melaju keluar dari rumah sakit menuju rumah Dae Wook. Ambulance itu berpapasan dengan mobil van yang di bawa oleh Woon Pil. Kedua mobil itu melaju berbeda arah dan menjauh dari rumah sakit. Dan rencana mereka berjalan dengan lancar tanpa di ketahui oleh para wartawan itu.