bc

Terpaksa Akad

book_age18+
239
IKUTI
2.1K
BACA
HE
age gap
sweet
city
substitute
like
intro-logo
Uraian

"Apa? Aku?"Takdir membawaku dalam pinangan seorang lelaki yang tak aku kenal sama sekali. Dia dingin dan kaku. Bahkan aku tak tahu kalau ia berstatus duda.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Pernikahan Dadakan
“Apa? Mempelai perempuannya menghilang?” terdengar selentingan di indraku. Semua tampak panik dan saling sibuk mencari mempelai yang hendak akad sejam lagi. “Bagaimana bisa terjadi? Bukankah kalian sudah memutuskan anak kalian menikah dengan tuanku?” tampak suara seram dari balik ruang yang tertutup korden, sesaat kemudian seorang lelaki berbadan tinggi itu keluar dengan raut muka muram. “Bagaimana ini, Bu! Anak kita memang keterlaluan, ia bikin keluarga kita malu,” terdengar suara pelan di dalam kamar, sedangkan aku tetap menikmati nasi rawon yang disajikan di pesta ini. Hari ini acara pernikahan sepupuku, ia akan menikah dengan lelaki kota kaya yang memiliki beberapa investasi sawah di daerahku. Begitulah yang aku dengar. Pak de dan Bu de ku kerap kali menyombongkan pernikahan ini, bakal memiliki mantu kaya. “Rombongan pengantin prianya sudah datang,” teriak salah satu warga yang kini menuju kamar melewatiku. Pak De dan Bu De tampak keluar dari kamar dengan muka panik, bahkan terdengar Isak tangis dari bibir wanita itu, sedangkan aku tersenyum simpul menatap kejadian pagi ini. Ya, mungkin kalian akan menganggap aku wanita jahat. Bahagia di atas penderitaan orang lain. Namun realitanya tidaklah seperti itu, mereka lah yang begitu kejam kepadaku, kepada anak yatim piatu yang dilahirkan 20 tahun yang lalu. “Kamu itu malah makan terus, Zi. Mbok Yo prihatin dikit lihat budemu,” ucap Simbok Nawa yang mendekatiku. Salah satu asisten rumah tangga di rumah ini. “Mumpung, Mbok. Kapan lagi aku bisa makan enak. Biasanyakan makan nasi sisa kemarin,” ucapku dengan meringis menampakkan jejeran gigi putihku. “Kamu itu! Kalau Mbok boleh tahu, apa kamu tahu di mana Mesa berada?” Aku menggeleng, sambil mengunyah nasi berkuah santan lezat ini. Selama ini Mesa sepupuku memang dekat denganku. Meskipun kedua orang tuanya memperlakukanku tanpa berperikemanusiaan, anaknya begitu berbeda. Ia lembut. Parasnya pun cantik. Bisa dibilang ialah primadona di desa ini. Beberapa kali lamaran terhadap Mesa datang, namun selalu di tolak orang tuanya, karena menurut mereka, kekayaan para lelaki itu tak sepadan. Ya, memang benar keluarga Mesa adalah keluarga terpandang dan keluarga paling kaya raya di daerah sini. “Zi, kamu dipanggil budemu,” teriak salah satu warga yang menghampiri. “Iya, bentar. Aku habiskan nasi rawonku. Tanggung “ “Zi ke sana dulu gih, nanti Bude mu murka,” ucap Simbok sambil mengambil piring yang aku pegang. “Bentar, Mbok,” ucapku sambil menyuapkan sesendok penuh nasi rawon. Aku berjalan melewati bagian rumah yang padat didatangi tetangga ini. Memang sudah kebiasaan jika salah satu warga memiliki hajat, warga lain akan berbondong datang untuk rewang, istilah jawanya. Apalagi pakde ku orang kaya, sudah pasti akan banyak yang berkumpul. Aku masuk dalam kamar Mesa yang sudah tampak penuh diisi keluarga inti dari PakDe. Beberapa kebaya yang menggantung, meja rias yang penuh dengan peralatan make up. Serta beberapa pernak-pernik pernikahan menjadi pemandangan di kamar ini. “Ada apa, Pak De?” tanyaku santun sambil menatap lelaki paruh baya itu. “Kamu duduk situ, kamu harus menggantikan posisi Mesa," ucap Pak De sambil menunjuk ke arah bangku kosong di depan cermin besar, tempat di mana Mesa seharusnya di rias. “Apa? Aku?” *** Seusai akad aku langsung diboyong ke kota, di tempat di mana aku tak mengenal siapapun. Termasuk suamiku. Ia dingin, tak banyak bicara. Bahkan diperjalanan yang menghabiskan beberapa jam itupun tak terdengar sepatah katapun keluar dari bibirnya. Hanya tampak raut kekecewaan. Mungkin ia membayangkan wanita yang dinikahi berperawakan menarik, dengan kulit putih bersih dan bertubuh semampai seperti Mesa. Namun kenyataannya, ia menikahi gadis dekil dengan kulit sawo matang ini. Kenapa ia tak menolak saat hendak menikah denganku? Entahlah. Aku pun tak berani bertanya. Hanya diam. “Silahkan masuk, Non.” Seorang wanita berpawakan seperti Simbok membukakan pintu mobil, sedangkan lelaki yang dari tadi duduk di sebelahku sudah melangkah masuk ke rumah terlebih dulu. Aku menatap bangunan mewah berwarna serba putih itu, pilarnya besar dan menjuntai tinggi ke atas. Aku melangkah masuk dengan pelan, apalagi kebaya yang aku pakai terasa begitu ketat, membuat jarak langkahku kian menyempit. Saat pertama aku melangkah melewati pintu itu, aku di sambut oleh barang-barang mewah yang hanya terlihat dalam tv saja. Sebuah sofa besar, anak tangga yang melengkung indah, serta pernak pernik mahal seperti guci dan yang lainnya, pantas saja bude sering kali menyombongkan calon menantunya ini. “Mari, Non.” Wanita paruh baya itu menundukkan kepalanya, dan mempersilahkanku menaiki anak tangga indah itu. Sedang bola mata ku tak mampu diam untuk menjelajahi keindahan rumah ini. “Au.” Aku meringis ketika kaki ini terpeleset dan membuat tubuhku ambruk. Sepatu hak tinggi ini benar-benar membuatku tak nyaman. “Non tidak apa-apa?” tanya wanita paruh baya itu sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan, sepetinya ia menahan tawa karena kelakuan katrokku.. Sungguh sial di hari pertama pun aku sudah melakukan hal yang memalukan. Aku masuk kamar ketika sang punya empu ruang itu mengijinkan. Hatiku dibuat berdegup kencang ketika melangkahkan kaki pertama untuk masuk. Bahkan hampir saja aku menjerit jika tak bergegas menutup mulut. Pemandangan pertama melihat seorang lelaki bertelanjang d**a sambil terbaring di atas kasur, tangannya diangkat ke atasnya. Sedangkan pandangannya masih menatap langit-langit tanpa menoleh sedikitpun. “Permisi, Saya masuk,” ucapku sambil menunduk. Seperti seorang pelayan ketika bertemu dengan tuannya. “Oh. Hem,” sekilas ia melirik ke arahku dan kembali ke tatapan awalnya. Menatap langit-langit kamar. Aku canggung harus berbuat apa, dia dingin. Bahkan sangat dingin. Aku lebih baik mendengar Omelan bude dan pak De seharian dari pada menghadapi laki-laki seperti ini. “Kenapa berdiri di sana saja, ayo ke sini!” ucap ia sambil menepuk bantal di sebelahnya. Lagi-lagi hatiku serasa tak karuan, keringat dingin mulai bermunculan. Apakah ini saatnya aku harus melepaskan mahkotaku? Bukankah malam pertama begitu menyakitkan? Aku bergidik ngeri. “Heh, kamu! Apa tak dengar ucapanku?” tanyanya lagi sambil melempar pandangan ke arahku. Ya Allah Ya Robbi, suaranya saja terlalu menyeramkan. “Heh, apa kamu tuli?” “I-iya, maaf, Pak!” “Kamu panggil aku apa?” “Pak,” ucapku ragu dengan nada ketakutan. “Maaf, kalau boleh saya bertanya. Saya panggil tuan degan sebutan apa?” “Pak? Tuan?” Lelaki itu terkekeh, menampakkan gigi-giginya terawat. Sedangkan tubuhnya ikut terguncang karena tawa yang sangat membahana, bahkan beberapa kali ia menepuk -nepuk guling di sebelahnya. Sedangkan aku masih berdiri mematung, sambil menggigit bibir bawahku. Kedua tanganku saling bertaut dan saling bergesek, tak tahu harus berbuat apa. Aku bahkan tak mengerti ini pernikahan semacam apa? Tak ada perayaan? Tak ada keluarga yang datang, Benar-benar sepi. “Maaf, boleh saya duduk?” tanyaku dengan tubuh gemetar. Kurasakan kakiku yang semakin sakit akibat sepatu hak tinggi yang kupakai. Entah, bagaimana Mesa bisa memakai sepatu itu berhari-hari. Kalau aku di suruh memilih, sudah pasti aku milih sandal jepit dari pada sepatu orang kaya itu. “Iya, sini. Aku dari tadi memang sudah menantimu,” ucapnya sambil kembali menepuk ranjangnya. Ya Allah Ya Robbi, jantungku kini berdesir hebat. Apakah ia mengira aku meminta jatah malamnya? Bahkan saat ini matahari masih bersinar dengan teriknya. “Katanya mau duduk! Kenapa masih berdiri di situ,” ucapnya sambil membulatkan bola matanya. Aku perlahan melangkah dan mendekati ranjang. Duduk di tepi ranjang. “Ayo naik sini,” ucapnya lagi sambil menunjuk bantal di sebelahnya. ‘mati aku, sepertinya ini riwayat terakhirku,”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook