Meremas

1130 Kata
Danita tengah berjalan masuk ke dalam lift, lalu menekan tombol menuju lantai tempat unit apartemennya berada. Kini dia menunggu sambil meminum soda berbotol hijau yang memiliki rasa lemon yang sangat dia suka. Tapi ketika pintu lift sudah akan tertutup, seseorang menyelonong masuk dan mengagetkan Danita sampai barang bawaannya terjatuh ke lantai lift. “Yu-Yudit?!” Danita sangat terkejut melihat tubuh tinggi Yudit berdiri tepat di hadapannya setelah pria itu masuk ke dalam lift, tanpa takut resiko akan terjepit. Dasar orang gila! Batin Danita dengan jantung yang berdebar karena melihat adegan berbahaya itu. “Kamu mau mati ya, hah?!” Danita yang sudah sadar dari keterkejutannya mulai mengomeli Yudit, “ini tuh bahaya banget! Coba kalo kamu kejepit terus ketarik ke atas terus—“ Belum selesai mendikte Yudit soal bahaya masuk ke dalam lift yang pintunya sudah akan tertutup, Danita harus diam ketika pria itu mendekatkan wajahnya sampai hidung mereka bersentuhan. Dirinya bahkan sampai menahan napas karena tidak ingin ada adegan lanjutan dari jarak yang tinggal secuil terbentang di antara mereka berdua. “Minggir!” Dan Danita berhasil mendorong tubuh Yudit, tanpa menghiraukan bagaimana Yudit yang malam ini terlihat sangat hot juga keren mengenakan setelan hitam. Yudit memundurkan langkahnya tapi matanya terus menyorot pada Danita, sampai wanita itu risih dan memekik tidak suka pada Yudit. “Ngapain sih liat-liat?!” Danita membalikkan tubuhnya untuk menghadap sisi lain lift guna menghindari tatapan Yudit, karena sangat intens padanya sambil terus mendumel kesal akan keberadaan Yudit yang sangat tiba-tiba ini. Tapi karena hal itu, dia jadi tidak tahu kalau lift sudah berhenti dan kini dia tetap berada di dalam lift. sementara Yudit sudah keluar dan melenggang santai meninggalkan Danita. Saat merasa lift jadi sangat hening, Danita pun merasa ada yang tidak beres. Lalu kemudian dia menyadari kalau dia kini sendirian di dalam lift. Pikiran Danita yang tiba-tiba menjalar ke mana-mana, membuat dia berpikir kalau sosok Yudit yang dia lihat tadi adalah hantu. Dia sudah panik dan berkali-kali memencet tombol buka untuk pintu lift, lalu setelah terbuka dia lari terbirit-b***t menuju unit apartemennya. Tapi saat itu juga karena tidak memperhatikan langkah kakinya, Danita tersungkur jatuh ke atas lantai karena tersandung kakinya sendiri. Yudit yang sedang menjawab telepon dari atasannya membicarakan beberapa hal, terkejut mendengar suara pekikan disusul suara jatuh. “AAAA!!!” Yudit segera mengahampiri suara itu dan melihat Danita yang menyatu dengan lantai beserta barang-barangnya yang berhamburan di sekitarnya. Yudit kemudian berjalan menuju Danita yang mengaduh kesakitan dan membangunkan wanita itu. “Aduh... sakittt....” Danita merengek sambil bersiap akan menangis karena lutut, dadanya, juga dagunya terasa sangat sakit. Yudit memeriksa keadaan Danita dan yang paling parah itu bagian dagu yang lecet-lecet. Karena merasa Danita tidak akan bisa bangun sendiri, Yudit membawa Danita dalam gendongannya. Dia masuk ke dalam apartemen Danita yang dia tahu sandinya, karena baginya ini hal mudah untuk tahu sebab wanita ini sangat ceroboh. Membuka pintu tapi tidak menutupi gerakan jarinya saat menekan tombol, sedangkan Yudit ada di belakangnya ketika Danita melakukan hal itu. Setelah masuk, Yudit membaringkan Danita di sofa ruang tengah, kemudian dia kembali keluar untuk mengambil barang-barang Danita yang berserakan tadi, kemudian membawanya serta. Dalam perjalanan ke dapur, Yudit menoleh melihat Danita yang masih merengek kesakitan di atas sofa dan histeris saat melihat lututnya sendiri terluka juga mengeluarkan darah. “HUAAA!! Aku berdarahh!!!” Danita tidak takut darah atau luka milik orang lain, tapi kalau melihat dirinya sendiri terluka seperti ini, dia merasa sekujur tubuhnya merinding. Itu karena saat lukanya mengering, pasti akan menjadi bulatan-bulatan tidak teratur dan Danita benci itu. Dia punya fobia yang bernama trypophobia yang berarti perasaan takut atau jijik ekstrem terhadap pola dengan banyak lubang atau tonjolan. Beberapa contoh benda yang memiliki pola ini meliputi sarang lebah, biji pada kulit buah stroberi, bubble wrap, bunga karang, hingga busa sabun. Tapi bagi Danita hal di atas tidak membuatnya jijik, tapi ketika dia melihat bulatan tidak teratur di martabak yang belum diberi topping, maka dia bisa menjerit-jerit. Dia sudah pernah mencoba untuk melawan ketakutannya untuk menyembuhkan hal ini, karena dia sendiri tidak nyaman kalau sampai mengganggu orang lain dengan fobia ini. Tapi karena di tengah jalan Danita malah menjadi semakin takut, dia memutuskan untuk tetap hidup berdampingan dengan fobia akan benda-benda bulat dan tidak teratur polanya. Yudit kembali membawa kotak pertolongan pertama pada kecelakaan dan langsung menghampiri Danita yang masih menangis sambil menutup matanya. Yudit pun heran, tapi dia mengesampingkan hal itu karena pertama dia akan mengobati dulu luka dari wanita ini. Selama 15 menit Yudit telah selesai membersihkan luka sekaligus mengobati dan menutup lukanya dengan plester. “Kamu cuma lecet. Kenapa sampai nangis begitu?” Yudit tidak mengerti kenapa Danita bisa sehisteris ini padahal lukanya tidak apa-apa. Dalam seminggu akan mengering dan lukanya mungkin tidak akan meninggalkan bekas kalau dirawat dengan baik. Danita sebelum membuka matanya mengulurkan telapak tangannya dulu untuk menyentuh bagian lututnya dan merasa lega saat sudah tertutup lukanya. Dia kemudian bisa segera menatap Yudit dengan sinis karena sudah menganggapnya cengeng. Padahal ini semua karena fobianya. “Terserah aku!” seru Danita dengan ketus. Danita hendak bangun tapi lututnya langsung bereaksi dengan memberinya rasa ngilu, begitu juga dengan dadanya yang pasti menabrak cukup keras lantai koridor apartemennya. Sial sekali dia karena sudah berpikir absurd menganggap Yudit yang dia temui di dalam lift adalah hantu, sampai harus lari-lari dan berakibat begini. Oh tidak, gua bakal histreris tiap pagi waktu ganti plester dong??? Mengacuhkan keberadaan Yudit yang masih menatap ke arahnya, Danita memajukan bibirnya memikirkan dirinya yang harus berjuang melawan fobianya setiap hari. Dia rasa tidak akan sanggup tapi nanti bisa saja meninggalkan bekas dan pasti calon suaminya tidak akan suka itu. Danita berpikir over sampai memeriksa juga buah dadanya yang dia pikir bisa saja menyusut dan tidak lagi besar. Dia meremasnya, memeriska apakah ada yang tidak beres. Namun masih tidak menyadari Yudit ada di sebelahnya, padahal Yudit sedang menatap Danita dengan mata membesar karena terkejut menyaksikan Danita melakukan hal itu. “Untung aja nggak pecah, kan...." Bibir Danita manyun sambil melihat lututnya lagi tapi dengan takut-takut. Tapi ketika dia melihat ke arah itu, dia menemukan sepasang kaki selain kakinya menapak ke atas karpet bulu di ruang tengahnya. Danita menelusuri kaki itu sampai ke atas dan mendapati sosok Yudit yang kini menatapnya tajam. Sontak saja tangan Danita yang dari tadi masih meremas dadanya sendiri, kini berubah menutupi sepasang aset berharganya itu dari lirikan mata Yudit, yang entah kenapa terasa panas menembus juga membolongi gunung kembarnya. “Liatnya nggak usah begitu, dong!” Danita memukul lengan Yudit karena tidak tahan dilihat begitu intens oleh pria itu. “Apa d**a kamu juga sakit?” Yudit tiba-tiba bertanya. Danita melotot terkejut. “Ap-apa?” . . /// Instagram: gorjesso Purwokerto, 13 Septemper 2020 Tertanda, . Orang yang lagi ngunyah permen karet sambil nulis part ini sambil juga dengerin lagunya Justin feat Ariana - Stuck In You ish.. aku suka lagu ini ohoho trypophobia itu sebenernya fobia aku, kalian ada juga yang gini? . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN