3 Tahun Kemudian...
"Baiklah semuanya kembali ke tempat duduk kalian." seorang guru tiba-tiba masuk ke dalam sebuah kelas tingkat 11, melihat sang guru seisi kelas langsung hening dan duduk ditempatnya masing-masing.
"Sebelum kita memulai pelajaran, kita kedatangan murid baru di sini." guru tersebut langsung memberikan isyarat pada murid baru yang masih diluar kelas untuk ikut masuk.
Semua mata tertuju pada pintu masuk kelas, dengan anggun seorang siswi melangkah ke dalam kelas. Tak ada satupun yang tidak mengalihkan tatapan darinya.
Beberapa siswi saling berbisik satu sama lain, sedangkan para siswa terpesona dengan penampilan gadis itu seperti sedang melihat bidadari.
"Silahkan perkenalkan namamu."
"Selamat Pagi, perkenalkan nama saya Samantha Anggara, pindahan dari Melbourne High School."
Satu kalimat perkenalan darinya membuat beberapa siswa dikelas nampak tercengang tak percaya, "Itik?" gumam seorang siswi yang selalu menyatakan dirinya Ratu sekolah, Mela, gadis yang pernah membully Sam saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama 3 tahun lalu.
Sam menatap Mela dengan senyuman, sorotan matanya menyapu ke seisi kelas dan mendapatkan beberapa anak yang merupakan teman sekelasnya dulu termasuk, "Raka" batinnya.
Setelah dipersilahkan duduk, Samantha langsung mengambil tempat duduk paling depan yang memang sedang kosong, "Akhirnya gue berada didepan kalian semua." Sam menampilkan senyum kemenangannya.
"SAAAMMMMM!!!!"
Seorang siswi menabrakan dirinya pada Sam lalu memeluknya erat, sangat erat sampai Sam sulit bernafas.
"Lo ngga berubah yah Wi." ucap Sam setelah berhasil melepaskan diri dari pelukan maut Dewi, sahabat terbaiknya,
"Iya dong, tetep cantik kan?" Dewi cengengesan
"TOA LO!" pekik Sam didepan muka Dewi,
Dewi mencebikan bibirnya sebal namun semenit kemudian kembali cengengesan, "gue kangen banget sama lo Sam!" Dewi kembali memeluk Samantha namun tidak seerat tadi, Samantha pun membalas pelukan sahabat terbaiknya ini, keduanya lalu berjalan menuju kantin karena sedang jam istirahat.
Selama di kantin banyak mata yang memandang pada Samantha namun diacuhkan olehnya.
"Gila lo berubah banget Sam, jadi kayak bule, sumfeh, kulit lo juga putih sekarang." Dewi menatap kagum pada Sam yang memang sudah berubah 180 derajat.
"Gue serius sama ucapan gue Wi kalau gue akan berubah, dan gue buktikan." Sam mengerling sekilas pada Dewi lalu kembali menyeruput jusnya. Dewi tersenyum senang melihat perubahan fisik Sam, namun yang lebih Dewi senangkan karena Sam tetap menjadi sahabat terbaiknya, meski berubah secara fisik namun Sam tetap Samnya 3 tahun lalu.
Usai makan keduanya kembali ke kelas, karena mereka berbeda kelas maka ketika sampai didekat kelas mereka, keduanya langsung berpisah dan sebelumnya berjanji untuk bertemu kembali usai sekolah.
"Lo Samantha si itik?" tanya Puput yang masih jadi dayang Mela,
"Menurut lo?" ucap Sam acuh lalu melewati Puput untuk kembali ke kursinya.
Kehidupan Samantha benar-benar berubah saat ini, kalau dulu semua menghinanya kini semua memujinya, jika dulu gebetanpun mustahil ia miliki, kini banyak sekali yang menjadi pengagumnya, namun Sam tidak mengambil kesempatan itu untuk menjadi populer yang ia fokuskan adalah menjadi siswi berprestasi disekolahnya untuk membalas semua hinaan Mela serta Raka, ya Raka, cowo yang dikagumi Sam sekaligus yang menyakitinya.
.
.
"Bagaimana sekolahnya?" tanya Zio pada adik bungsunya saat Sam baru saja tiba di rumah.
"Biasa aja." sahut Sam dengan nada malas sambil melepas sepatunya, "kakak ngga kuliah?"
Zio duduk disamping Sam, mengusap puncak kepala adik bungsunya dengan lembut, "kamu ngga tau kalau kakak masih kangen banget sama adik kakak yang cantik ini?" lalu menjawil gemas hidung Sam membuat gadis ini terkekeh.
"Kakak bolos kuliah cuma karena kangen sama Sam?"
Ganti Zio yang terkekeh, "ngga bolos kok, memang hari ini lagi kosong cuma karena kangen makanya kakak di rumah aja."
Sam menganggukan kepalanya mengerti, "memang biasanya kalau ngga kuliah kakak ke mana?"
"Yah ngapain aja, ke rumah temen misalnya atau jalan ke mana gitu."
"Kakak udah punya pacar?"
Zio memicingkan matanya menatap adiknya, "kamu mau ngeledek kakak ya?"
Sam kembali terkekeh, "yee orang nanya dibilang ngeledek, udah berapa mantan kakak memangnya?"
"Kamu tuh yang udah berapa mantannya, jangan-jangan selama di Melbourne suka pacaran ya?"
"Enak aja, yang ada Sam di gantung sama Aunty kalau ngga serius sekolah."
Selama di Melbourne, Sam tinggal bersama Nenek dan Tantenya--adik dari Mamanya. Tantenya inilah yang berjasa memperbaiki penampilan Samantha.
"Oh iya kamu mau ikut kakak ngga?"
Sam menatap kakaknya, "ke mana kak?"
"Jalan aja, kan udah lama kita ngga pernah main, tapi kakak mau ke rumah temen dulu kembaliin buku. Mau?"
Sam mengangguk setuju, "Sam ganti baju dulu ya."
"Oke!"
.
.
Mobil Zio memasuki sebuah komplek perumahan elit dan berhenti di depan pagar besar bercat putih gading.
Satpam penjaga rumah segera membukakan pagar saat Zio membunyikan klakson.
"Siang Pak!" Sapa Zio setelah membuka jendela disampingnya.
"Siang Den Zio." Sahut satpam tersebut dengan senyum ramahnya.
"Sammy ada kan Pak?"
"Ada Den. Masuk aja Den."
Zio mengangguk dan tersenyum lalu kembali menjalankan mobilnya.
"Sammy?" Gumam Sam terdengar oleh Zio.
Zio terkekeh kecil, "kakak kalau manggil dia suka inget kamu."
"Yuk turun dulu." Zio melepas seatbeltnya lalu mengambil dua buku agak tebal di kursi belakang. Sam mengikutinya turun.
Keduanya berhenti di depan dua pintu besar bercat coklat.
Salah satu pintu terbuka setelah Zio menekan bel.
"Yo Zio!" Sapa seorang cowo yang membukakan pintu untuk mereka.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Zio dengan wajah datar.
"Emang salah kalo main ke rumah sohib?" Sahut cowo tersebut tak kalah datar.
Zio terkekeh kecil. "Mana Sam?"
"Ada di dalem." Tatapan cowo tersebut beralih ke seorang gadis di samping sahabatnya, "pacar baru lo?"
"Sembarangan!" Satu keplakan mendarat di kening cowo tersebut membuatnya mengusap sambil meringis.
"Kenalin ini Samantha, adek gue yang baru balik dari Melbourne."
"Wow! Ini adek lo? Beeuh 'cans bat' bro!"
Zio memutar bola matanya mendengar ucapan alay sohibnya.
"Kenalin gue Arga, temen kakak lo yang paling tampan!" Arga menawarkan jabatan tangan yang langsung disambut oleh Sam.
"Samantha."
"Ayo masuk." Dengan santainya Arga menggandeng Sam masuk. Namun gandengan itu segera dicekal Zio yang mengambil alih tangan adiknya.
"Jangan pegang-pegang adek gue." Ucap Zio dengan nada sinis.
"Pelit amat bro." Sahut Arga tak kalah sinis.
Ketiganya masuk mencari si pemilik rumah. Berjalan ke lantai dua mengikuti Arga.
"Oke Sam, ini Sam temen kakak, nah Sam, ini Sam adek gue."
"Kok gue pusing ya dengernya." Celetuk Arga yang sudah duduk di samping Zio.
"Soalnya nama panggilan mereka mirip sih."
"Samudra."
"Samantha."
"Sam, nih gue balikin buku lo, masih utuh tanpa cacat." Zio memberikan buku yang tadi dibawanya dan langsung diterima Sammy.
"Sip."
"Samantha udah makan?" Tanya Arga yang entah sejak kapan sudah pindah di samping Samantha.
"Dia nanti mau makan sama gue." Sahut Zio mewakili adiknya.
"Makan di sini aja lah, emang lo mau ke mana sih?" Sewot Arga.
"Acara jjs kangen bareng adek gue." Jawab Zio yang langsung berpamitan pada pemilik rumah.
"Kalau gitu besok-besok gue main ke rumah lo ya Zi!" Pekik Arga setelah Zio menuruni tangga namun tak digubris.
Sam terkekeh saat masuk ke mobil kakaknya.
"Kamu kenapa?" Tanya Zio heran.
"Lucu aja sama temen kakak yang tadi." Jawabnya masih dengan terkekeh.
"Kamu ngga berpikir buat naksir dia kan?"
"Yee ngga lah!"
Zio ikut terkekeh lalu menjalankan mobilnya meninggalkan rumah sahabatnya.
***