bc

Sayap

book_age18+
0
IKUTI
1K
BACA
dark
HE
second chance
tragedy
bxg
mystery
scary
campus
highschool
another world
like
intro-logo
Uraian

They thought it was just a graduation trip. They were dead wrong.

Untuk merayakan kelulusan, Zoya dan kesepuluh temannya pergi berkemah ke Sage Forest, sebuah hutan yang tenang...atau setidaknya terlihat begitu. Semua orang merasa antusias. Mereka tertawa. Bersenang-senang.

Kecuali Zoya.

Soalnya, dia dipaksa ikut.

Dia tak ingin bertemu Elias, mantan kekasih yang baru saja mematahkan hatinya. Namun, ternyata...Elias bukanlah hal terburuk yang menunggunya di hutan itu.

Satu per satu, teman-temannya menghilang.

Tanpa suara.

Tanpa ampun.

Zoya punya firasat buruk sejak awal. Namun, dia tak menyangka bahwa firasat itu bisa menjadi nisan bagi mereka semua.

Karena apa pun yang ada di dalam hutan itu...jelas takkan membiarkan mereka pergi.

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Statue (1)
Chapter 1 : Statue (1) ****** ZOYA tersentak dari tidurnya saat bus tiba-tiba mengerem. Kepalanya terdorong ke belakang dan matanya langsung melebar. Cuaca mendung hari ini agaknya membuat pandangan mata sopir bus sedikit mengabur, atau mungkin sopir bus yang tengah mereka sewa untuk berkemah sehari setelah mereka wisuda ini mendadak mengantuk karena angin yang sejuk—dan mungkin agak dingin—serta cuaca yang mendung. Langit siang ini terlihat sedikit gelap. Singkatnya, untuk memperingati hari wisuda mereka, Zoya bersama kesepuluh temannya berencana untuk pergi ke sebuah hutan yang disebut dengan Sage Forest untuk berkemah selama tiga hari dua malam. Ini terdengar seperti Zoya juga ikut serta dalam merencanakan perkemahan tersebut, tetapi sebenarnya tidak. Zoya sebenarnya tidak ingin ikut serta. Ini terjadi karena sejak awal Zoya tahu bahwa teman-teman seangkatannya ini pasti akan mengajak Elias, mantan kekasihnya. Bukan, bukan karena mereka sengaja ingin menjaili Zoya, tetapi karena Elias adalah bintang di angkatan mereka. Elias adalah sosok pemuda dengan rupa yang diberkati oleh Tuhan. Dia tampan dan tubuhnya atletis. Jika kau memberi pertanyaan kepada seluruh mahasiswa—maupun dosen—berupa: “Apakah menurutmu Elias adalah mahasiswa universitas kita yang paling tampan?” maka semua orang akan mengiyakannya tanpa berpikir dua kali. Dari sekian banyaknya mahasiswa dan mahasiswi di angkatan mereka, yang diajak hanyalah sepuluh orang. Zoya terseret ikut karena Inez, teman baiknya, berteman juga dengan July, perempuan yang mengadakan acara kemah ini. Inez berkali-kali memohon kepada Zoya untuk ikut serta sebab Zoya adalah temannya yang paling akrab. Ia sangat ingin mengikuti acara kemah ini dan semuanya akan menjadi pointless kalau Zoya tidak ikut. Ia menghabiskan waktu sekurang-kurangnya tiga hari untuk membujuk Zoya karena Zoya awalnya sangat kukuh tidak mau ikut serta. Singkat saja, Zoya tak mau ikut karena ia tahu bahwa pasti akan ada Elias Archer di sana. Semua kalimat permohonan dari Inez tidak ada yang mempan, tidak ada yang bisa menembus pertahanan Zoya, hingga akhirnya ada satu kalimat yang mempan. Satu kalimat yang berhasil membuat jantung Zoya serasa tertusuk panah yang sangat tajam. “Zoyaaa,” rengek Inez saat itu. “Ayolah. Aku sudah bilang pada July bahwa aku akan mengajakmu dan July sudah setuju. Kalau kau tidak ikut, bukankah semua orang jadi berpikir bahwa kau sengaja menghindari Elias? Bukankah kau akan malu jika semua orang menganggapmu gagal move on?” Sialan. Kira-kira kalimat itulah yang berhasil mengubah pikiran Zoya. Akhirnya, mau tidak mau, suka tidak suka, dia memaksakan dirinya untuk ikut. Dia memaksakan tubuhnya untuk menahan semua rasa enggannya. Dia memaksakan diri untuk bersikap biasa saja meski rasanya ia ingin menghilang ditelan bumi. Dia pun mem-packing barang-barangnya walaupun sambil menggerutu. Mereka sepakat untuk berkumpul di depan rumah July karena bus yang mereka sewa itu diarahkan untuk menunggu di depan rumah July. Pembayaran sewa bus itu dibagi sepuluh (karena ada sepuluh orang yang ikut), tetapi yang menyewa ke agennya adalah July. Sebelum naik ke bus—saat masih menunggu keberangkatan—Zoya sempat melihat Elias berdiri di depan sana, sedang mengobrol bersama teman-temannya yang lain. Kaus v-neck hitam yang ia pakai tampak begitu cocok di tubuh atletisnya. Dia memakai luaran berupa jaket jeans yang berwarna denim. Lengan jaketnya digulung ke atas hingga nyaris mencapai siku dan ia memakai jam tangan. Bentuk tubuhnya, lengan berotot dan beruratnya, hari ini semuanya terlihat jelas. Rambut kecoklatannya terlihat begitu keren seperti biasa dan hari ini ia juga memakai sebuah kalung yang mungil dan tipis. Kalung itu benar-benar memperlihatkan keindahan leher serta jakunnya. Rahangnya yang tegas itu juga membuatnya terlihat maskulin. Style Elias memang selalu macho, tetapi hari ini dia terlihat lebih hot. Apa jangan-jangan dia mau pamer bahwa dia sudah single sekarang? Sesekali pemuda itu tersenyum tipis tatkala merespons obrolan teman-temannya. Dia dikerumuni; dia adalah tipikal anak yang paling populer di kampus dan hampir selalu terlihat tidak pernah sendirian. Jika para perempuan tidak mengerumuninya maka ia akan terlihat bersama teman baiknya, Hayes Jensen. Sebenarnya, dia adalah tipe pemuda yang cukup pendiam (dia bicara seperlunya), tetapi dia tetap disenangi oleh orang-orang karena dia tidak angkuh. Dia juga suka berolahraga sehingga banyak laki-laki yang berteman dengannya. Dia tidak pilih-pilih saat mengobrol dengan orang lain dan tetap menjawab pertanyaan mereka dengan baik meskipun hanya seperlunya. Akan tetapi, teman yang paling dekat dengannya hanyalah Hayes. Saat itu, Elias sempat menatap balik ke arah Zoya. Cepat-cepat Zoya menundukkan kepala dan berpura-pura melihat ke ponselnya; Zoya berpura-pura biasa saja, padahal aslinya dia panik bukan main. Hal yang bolak-balik ia scroll di ponselnya adalah menu Pengaturan. Soalnya, kan, ia hanya pura-pura. Saat mereka akhirnya masuk ke dalam bus, Zoya langsung mencari tempat duduk di tengah-tengah dan bagian kiri dekat jendela. Ia langsung menarik Inez untuk duduk di sebelahnya. Dia tak ingin melihat Elias lagi. Tadi Zoya sudah hampir tergoda untuk terus menatap penampilan Elias yang sungguh terlihat bersinar hari ini. Kembali lagi ke masa kini saat bus tiba-tiba mengerem. Ketika Zoya menengadah, memperhatikan apa yang ada di depan sana hingga membuat sopir bus menekan rem dadakan, rupanya di sana ada beberapa pengendara motor yang ingin melaju ke arah yang berlawanan. Ada sekitar tiga motor dan enam orang pria yang menaikinya, yang jika diperhatikan, pakaian serta aksesoris yang mereka kenakan semuanya sama. Mereka tidak memakai baju di bagian dalam (hanya memakai jas hitam berbulu), memakai kalung panjang (hingga ke d**a) yang pendant-nya…tidak kelihatan bentuknya apa, dan memakai celana panjang berwarna hitam juga. Mereka semua tampak seperti baru pulang dari…pertunjukan? Atau sejenisnya. Setelah itu, keenam pria tersebut mengangguk dan tersenyum kepada sopir bus. Mungkin mereka ingin meminta maaf secara implisit. Keenam pria itu meminggirkan motor mereka, lalu bus pun berjalan kembali. Saat bus melewati keenam pria itu—tepatnya saat mereka berada di samping jendela tempat di mana Zoya duduk—Zoya melihat bahwa mereka semua masih tersenyum ramah. Zoya pun mengedipkan matanya satu kali, menghadap ke depan, lalu bersandar kembali di kursinya. This is going to be a long day. ****** Saat kesepuluh penumpang bus itu turun (lima laki-laki dan lima perempuan), bus itu pun mulai berbalik untuk pulang setelah beberapa saat sopirnya berbicara dengan July selaku penyewa. Bus itu akan kembali menjemput mereka setelah tiga hari dua malam. Zoya menatap sekelilingnya; dia sedikit mendongak agar dapat melebarkan jangkauan pandangannya hingga ke atas. Dia sudah mencari informasi tentang Sage Forest di internet dan infonya, Sage Forest memang sering dikunjungi oleh masyarakat lokal dan memang ada beberapa manusia yang hidup di dalamnya. Hutan itu cukup aman dari binatang liar. Di internet, dari foto-fotonya, Sage Forest memang terlihat seperti hutan kering yang terawat dan tidak terlalu rimbun. Banyak sekali pohon-pohon yang tinggi, tetapi tidak banyak semak-semak. “Let’s go,” ajak Inez tiba-tiba, gadis itu menepuk pelan lengan Zoya dan berjalan ke depan. Ternyata hampir seluruh teman-teman mereka sudah mulai berjalan. Zoya kemudian merundukkan kepala, mengeratkan pegangannya pada tas yang sedang ia jinjing, lalu menatap ke depan dan mengikuti langkah teman-temannya. [] ****** Major Characters: https://jihanseptiveliaa.blogspot.com/2025/02/lost-in-woods-major-characters.html

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.2K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Desahan Sang Biduan

read
54.0K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook