bc

LIRIH (Indonesia)

book_age16+
601
IKUTI
2.5K
BACA
billionaire
revenge
possessive
dare to love and hate
student
bxg
campus
office/work place
like
intro-logo
Uraian

(Daily Januari)

Kecelakaan maut yang menerpa keluarganya, tidak membuat Diandra Kalisa putus asa begitu saja. Mama, papa, dan adiknya meninggal, sedangkan dia terselamatkan dalam keadaan buta. Banyak orang yang tidak peduli dengannya, termasuk pacar dan sahabatnya. Tetapi, di tempatnya yang baru, ia mengagumi suara dokter Abimanyu, berharap suatu hari nanti Tuhan membiarkannya berkenalan lebih dekat.

"Aku memang mengagumimu, dokter Abimanyu. Tapi, takdir itu lah yang tidak membiarkanku untuk bersamamu," lirihku.

"Siapa bilang? Sekarang aku lah yang jatuh cinta padamu, Ica."

"Tapi kita tidak akan bisa bersama, dokter Abimanyu. Kamu sudah menikah. Kamu mau melihatku semakin diremehkan oleh banyak orang setelah keadaan buta yang aku alami sebelumnya?" Tanyaku. Menatapnya penuh harap.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun merendahkanmu, Ica. Dan satu hal yang harus kamu ingat kalau pernikahanku hanyalah paksaan."

"Terpaksa atau tidaknya, kamu sudah menjadi suami orang."

Aku meninggalkan Abimanyu sendirian. Sebenarnya, aku juga mencintaimu. Biar aku pendam perasaan sendiri dalam lirih hatiku.

chap-preview
Pratinjau gratis
Toxic Relationship
Namaku Diandra Kalisa, sering dipanggil Ica, perempuan yang tidak bisa melihat keindahan yang diciptakan Tuhan. Sangat disayangkan, padahal ada sebuah rasa yang meledak setiap kali mendengar suara orang spesial itu. Bagai Supernova sebuah rasa, aku selalu meledak setiap kali mendengar lirihannya. Ia dan suaranya, membuatku selalu merasa begitu penasaran dan penasaran. Apalah daya, aku hanya bisa mengenalnya dari sebuah suara. Aku tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia ini, akan tetapi setidaknya mata hatiku masih tetap bersinar hanya untuknya. Iya, hanya untuknya. Aku merasa aneh setiap kali mendengar suara indahnya. Setiap hari ingin selalu mendengar dan mendengar suaranya. Bahkan jika sehari saja tidak terdengar, seperti ada gejolak keresahan dalam diri ini. Inikah yang dinamakan jatuh cinta? Tidak pernah sebelumnya pada pria lain, selain dia. Aku hanya seorang pasien tuna netra, yang masih membutuhkan banyak perhatian. Sedangkan ia, seorang dokter yang selalu ditugaskan untuk memperhatikan kami. Menjadi orang yang kekurangan seperti ini, tidak ada yang menginginkannya. Tapi, itu lah aku. Di ciptakan oleh Tuhan, dalam keadaan terbaik, versiNya. Dari berat suaranya, aku bisa mengartikan kalau ia ialah pria dewasa. Ucapan perhatiannya pada kami, selalu membuatku malu dengan diriku sendiri. Andai aku bisa melihat, mungkin aku bisa melihat bagaimana wajah tampan itu terhadap pasiennya, termasuk padaku. Ah, Tuhan tidak adil padaku di bagian melihat indahnya dunia. Aku paham, Tuhan menginginkan yang terbaik. Andai suatu hari nanti aku diberi kesempatan, ingin sekali melihatnya meski sebentar saja. Sekedar mengatakan rasa terimakasih yang teramat untuknya, karena sudah banyak menyelamatkanku. Secara tidak langsung, dokter ini seperti tongkat, bagiku. Dapat memberikan arahnya, sehingga aku tidak tersesat. Sangat disayangkan. Namanya dokter Abimanyu. Sayangnya, aku hanya mengetahui namanya. Ah iya, suaranya juga. Tentang wajahnya, sama sekali belum aku lihat. Ingin sekali nantinya bisa melihatnya. Apakah dia setampan artis Korea yang dulu aku idamkan sebelum ditimpa masalah penglihatan seperti ini? Apakah dia setinggi atlet renang? Punya tubuh sekekar pelatih olahraga?. Ah, astaga, Jangan seperti itu Ica. Jangan terlalu pemilih. Lagipula, apakah dia nantinya akan sudi dilihat olehku?. Jangan terlalu banyak berharap. Ingat kali alasan kenapa aku bisa terdampar di tempat ini. Karena kecelakaan maut yang terjadi satu tahun yang lalu, membuatku tidak bisa melihat lagi. Tapi, kata dokter Abimanyu, aku bisa melihat lagi asalkan ada orang yang mau mendonorkan matanya untukku. Tapi, emangnya ada orang yang terlalu baik seperti itu?. Apalagi sekarang aku sendirian. Mama, papa, adik, mereka meninggalkanku akibat kecelakaan itu. Hanya aku yang selamat, tapi tetap saja harus sendirian di dunia ini. Pacar? Jangan tanyakan pria itu!. Dia mengkhianatiku seminggu sebelum aku ulang tahun, dengan sahabatku sendiri. Teman? Sejak aku di sini, tidak pernah ada seorang pun yang menjengukku. Padahal, ketika mereka membutuhkan bantuan ku, aku selalu membantunya. Rasanya, menyedihkan sekali, bukan?. "Berhubung ini hari Minggu, waktunya kita mendengar suara emas dari salah seorang penyanyi yang kebetulan juga adalah teman saya. Kita sambut, ini dia Ziko!" Suara tepuk tangan itu langsung menjadi musik sementara ruangan ini. Iya, setiap hari Minggu kita akan ditemani oleh lagu-lagu dari penyanyi yang mau menyumbangkan suaranya sebentar saja untuk kami. Hanya satu atau dua lagu, sekedar menghibur kesepian kami yang tidak bisa melihat dunia. Aku kenal betul suara MC itu, ialah dokter Abimanyu. Selalu terngiang-ngiang, suaranya yang indah itu menjadi musik untuk diriku sendiri. Selalu aku putar, dan aku simpan untuk menemani hari-hariku nantinya. Kira-kira, kapan Tuhan berbaik hati membiarkanku bersama dokter Abimanyu? Sekedar berbicara sebentar saja denganku, aku sangat bersyukur. Suara Ziko sukses menghipnotisku, membuatku menangis. Kalian pikir, kami tidak bisa menangis? Bahkan rasanya setiap hari-hari kami di isi oleh tangisan. Bagaimana tidak? Ziko menyanyikan lagu dari Mike and The Mechanics yang berjudul The Living Years. Sangat pas dengan apa yang aku rasakan saat ini. Ialah lagu yang menyatakan betapa berartinya kata perpisahan orang yang dikasihaninya. Lagu ini mengisyaratkan kita untuk mengatakan dan melakukan apa yang belum pernah kita lakukan selama mereka hidup, agar tidak sampai di jurang penyesalan. Lagu ini menggambarkan diriku saat ini. Di tinggalkan oleh orang terkasih, belum sempat mengatakan kata perpisahan untuk mereka, hingga penyesalan itu rasanya akan tetap ada dalam diriku. Mungkin, kalau aku masih bisa melakukan hal yang normal saat ini, aku akan mengunjungi tempat peristirahatan terakhir mereka, bertukar cerita dengan mereka meski sebenarnya itu adalah hal yang sia-sia. Mereka tidak akan pernah bisa mendengarkan ku!. Begitu juga dengan pacarku, ah, maksudnya mantan pacar. Aku akan mengungkap kebusukan Bagas dengan Hana, agar mereka berdua tahu apa yang aku rasakan saat ini. Please, Ica, jangan sedih lagi. Ini lah takdir yang Tuhan berikan untukmu. Kamu sudah cukup bersyukur dengan masih hidup dan bisa berinteraksi dengan yang lainnya, meski tidak tahu dengan siapa kamu berbicara. Lagu selesai di nyanyikan. Tepuk tangan kembali tertuju pada Ziko. Ia pantas mendapatkannya, berhasil mengobok-obok perasaan kami. Ia berhasil membuka mata hati kami kalau penyesalan itu memang selalu ada dalam setiap manusia. Tetapi orang yang berhasil ikhlas dalam menjalankan hidupnya, ia lah orang yang benar-benar menjadi pemenangnya. "Percayalah padaku, kalian semua adalah orang yang hebat. Kalian adalah orang yang kuat. Kalian adalah orang yang paling-paling membuatku mengerti akan berharganya kehidupan. Ingin rasanya bercerita sedikit, tapi biarkanlah menjadi rahasiaku pribadi. Penyesalan itu selalu ada, tapi memaafkan itu yang paling utama. Dalam keadaan seperti ini, kita gunakan sebagai momentum untuk benar-benar mencari mana orang yang sebenarnya dekat dengan kita, mana orang yang sebenarnya pura-pura mendekati kita untuk tujuan buruknya. Kalian semua, semangatlah. Aku, Ziko, akan selalu mendukung kalian." Ucap Ziko sebagai kata penutupnya. Ah, pria ini benar-benar bisa membuat kami termotivasi dengan kata-katanya. Ayolah, Ica, semangat!. Masih ada orang baik yang ada di sekitarmu. Kamu masih punya Tuhan yang menjadi cahaya hidupmu. Semangat, Ica!. "Baiklah, karena aku senang sekali hari ini. Aku tidak mau menyanyi lagi untuk kalian, tapi kalian lah yang bernyanyi untukku. Bagaimana?" "Setuju?" Tanya dokter Abimanyu mendukung pernyataan Ziko. Hmm, menurutku bagus juga. Astaga, Ica, setiap apapun yang di lakukan dokter Abimanyu, kamu akan terus mendukungnya. Heran. Tapi, jujur, aku bisa membedakan mana suara dokter Abimanyu, mana suara Ziko. "Setuju!" Seru kami. Mendengar itu, Ziko bersorak kegirangan, sepertinya. "Oke. Aku pilih acak ya." Wah, deg degan sekali. Jangan sampai aku yang di tunjuk. Meski saat SMA dulu pernah ikut pensi, tapi itu sudah lama sekali. Aku bahkan hampir tidak pernah memainkan piano yang ada di rumah sejak masuk kuliah dan berpacaran dengan Bagas. Ia adalah pria yang terlalu posessif, menjebakku dalam hubungan toxic relationship. "Perempuan yang berkepang itu!" Tunjuk Ziko. Siapa itu orangnya? Kami semua di sini tidak bisa melihat kecuali dokter Abimanyu dan Ziko. Tapi, sebentar. Aku perempuan, memakai kepang. Jangan dulu, Ica. Banyak perempuan yang ada di ruangan ini, dan mungkin banyak yang memakai kepang. Entah itu aku yang di tunjuk, atau perempuan lain. Percayalah, aku gugup saat ini. Kami terdiam, belum tahu siapa yang di tunjuk olehnya. Menunggu untuk waktu yang lama. Tiba-tiba suara indah itu masuk ke telingaku dalam jarak yang sangat dekat. "Halo, cantik. Selamat, kamu lah yang di tunjuk oleh Ziko untuk bernyanyi di depan. Ayo, tunjukkan suara indahmu pada kami." Ucap dokter Abimanyu. Jangan bilang itu aku, kan?. Ya Tuhan, akhirnya aku bisa mendengar suara dokter Abimanyu dalam jarak yang sangat dekat. Dan astaga, dia memegang tanganku, membantuku untuk bangun. Astaga, aku mimpi apa semalam sampai bisa mengobrol dekat seperti ini?. "Ayo, saya bantu yaa.." ujarnya. Lembut sekali terdengar olehku. Aku keringat dingin. Tidak hanya gugup karena di suruh bernyanyi di depan, tapi lebih ke bagaimana dokter Abimanyu memegang tanganku untuk pertama kalinya. Padahal hanya memegang saja, tapi sudah membuatku keringat dingin. Astaga, padahal dulu saat berpacaran dengan Bagas, aku sering melakukannya dengan pria itu. "Hati-hati, ya. Ada tangga di depanmu." Ucapnya. Jantungku sudah berdebar tidak karuan. Sangat kencang. "Nah, ini lah dia penyanyi cantik kita. Wah, jujur saja, aku terpesona melihat wajah cantiknya. Bagaimana, dokter?" Ucap Ziko, terdengar dengan sangat jelas karena dia menggunakan mikrofon. Ah, aku malu. "Jangan main-main, Ziko. Dia adalah pasien," bisik dokter Abimanyu. Aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas. "Oke, kata dokter Abimanyu, saya tidak boleh main-main. Apakah dokter ganteng kita ini ada rasa dengan penyanyi cantik kita hari ini?" Tanya Ziko lagi. Dan lagi-lagi dengan menggunakan mikrofon. Astaga, apa ini?. Kenapa hari ini begitu spesial. Banyak kejutan yang aku dapatkan. "Zikoo.." Beo dokter Abimanyu. "Abaikan saja dia, ya. Saya bantu duduk dengan nyaman," bisik dokter Abimanyu lagi, jarak yang sangat dekat. Membantuku untuk duduk di kursi, memperbaiki letak mikrofon agar aku bisa bernyanyi dengan nyaman. "Segini, cukup?" Tanya nya. Memegang tanganku untuk meraba mikrofon yang ada di depanku. Aku mengangguk, gugup. "Cukup, dok. Terima kasih." Ucapku. "Tidak masalah. Tolong buat kami terlena dengan suara indahmu, ya. Semangat, cantik." Bisiknya lagi. Astaga, ayo fokus Ica!. Aku mengangguk lagi. Huft, please, jangan gugup, Ica. Aku menghembuskan nafas sebelum bernyanyi. Lagu yang aku nyanyikan jatuh pada salah satu lagu dari Selena Gomez, berjudul Lose You To Love Me. Lagu ini aku dedikasikan pada Bagas yang sudah membuatku merasakan patah hati terhebatku, hanya dengan sahabat terdekatku. Aku ingin patah hati ini segera berakhir dan siap membuka bab hidup yang baru, dengan orang lain. Pengawalan yang sangat membuatku mengingatnya. Ia menjanjikan dunia padaku, aku percaya. Ia menjanjikan segalanya, dan lagi-lagi aku percaya. Bodohnya lagi, aku mengutamakannya lebih dari apapun dan dia memanfaatkan hal itu untuk membuatku semakin lemah. Lagu ini sangat menggambarkan hubunganku dengan Bagas. Aku ingin melupakannya, membuka cerita kehidupan yang baru dengan orang lain. Aku sangat mencintai diriku. So, aku harus kehilangannya dan keluar dari toxic relationship yang ia ciptakan untukku. Tersentuh, aku sampai menangis menyanyikan lagu ini. Aku berusaha untuk menjaga suaraku agar tidak goyah. Cukup, aku sudah cukup dengan cinta itu. Goodbye untuk kita berdua. Prok... Prok... Suara tepuk tangan itu terdengar riuh setelah aku mengakhiri lagu ini. Aku menunduk, menyembunyikan air mataku. Aku sudah lemah, tidak mau di pandang lebih lemah lagi. "Wow... Suara yang sangat bagus sekali. Aku bahkan hampir saja menangis mendengarnya," ungkap Ziko. "Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya dokter Abimanyu. Aku menggeleng. Tidak, aku tidak sedang dalam keadaan yang baik-baik saja.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Oh, My Boss

read
386.6K
bc

Revenge

read
35.2K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
19.2K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.0K
bc

Beautiful Pain

read
13.5K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
33.3K
bc

Hati Yang Tersakiti

read
6.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook