Jenni POV
Tidak ada yang tahu jalannya takdir begitu juga dengan takdir ku, tapi aku percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya. Mungkin para pria akan berpikir bahwa aku ini egois tapi jujur saja aku ikhlas jika suami ku menikah lagi tapi aku tidak ikhlas jika harus di madu.
Aku tidak yakin jika aku sanggup menjalani hidup berpoligami, mungkin pun aku iri dan cemburu saat melihat suami ku bermesraan dengan wanita lain walaupun itu adalah Istrinya.
Aku menatap sedih kedua orang tua ku, aku tahu jika mereka pasti sangat kecewa dengan keputusan ku yang lebih memilih untuk mengakhiri pernikahan ku dengan mas Thomas suami ku atau lebih tepatnya mantan suami ku.
Hari ini adalah hari sidang perceraian ku, Setelah selama 1 bulan mantan suami ku berkeras hati tidak ingin mencerai ku. Bahkan mas Thomas sempat membuat kekacauan di rumah orang tua ku.
Entah lah aku cukup bimbing untuk berpisah dengan mas Thomas, Jujur saja aku masih sangat mencintainya. Tapi apa daya ku. Aku juga seorang wanita yang tidak ingin di madu atau pun merasakan kehidupan berpoligami.
Aku tersenyum sedih saat memikirkan sebentar lagi aku akan menyandang status janda di usia ku baru saja 25 tahun.
Sakit... itulah yang kurasakan saat pertama kali melihat suami ku melamar wanita lain. Jika kalian bertanya apakah aku marah atau membencinya ? Jawabnya adalah tidak, aku hanya kecewa kepadanya juga kepada kedua mertua ku.
Aku selalu berusaha menjadi istri yang baik dan juga Sholeha agar suami ku senang dan Allah pun semakin menyayangi ku. Tapi jika memang sudah menjadi jalan takdir rumah tangga ku yang harus berakhir di meja hijau, aku ikhlas menerimanya.
Sungguh buruk takdir hidup ku, apa aku harus menyalahkan Allah akan takdir buruk yang menimpah ku. Tidak aku tidak akan pernah menyalahkannya ini memang sudah menjadi jalan takdir yang harus ku tanggung.
Besok adalah sidang penentuan rumah tangga ku dengan mas Thomas, semoga saja Allah memuluskan jalan ku, Amin.
.
.
.
.
.
.
Author POV.
Jenni sedih saat gedung perceraian menjulang tinggi di hadapannya membuat wanita cantik itu harus susah payah menahan air matanya agar tidak terjatuh di kedua pipi mulusnya.
Sapuan lembut di pundaknya membuat Jenni terbangun dari rasa sesak di hatinya.
Senyum hangat serta tatapan teduh ibunya membuat Jenni tersenyum kecil. Ya dia masih memiliki kedua orang tua yang siap mendukungnya kapan saja.
Jenni menghapus air matanya yang entah sejak kapan sudah terjatuh di pipinya.
Jenni melangkah masuk kedalam gedung pengadilan agama dengan tekat yang kuat,
Bersama kedua orang tuanya.
Lagi-lagi hatinya harus sesak saat melihat keadaan suaminya yang dulu terlihat tampan dan gagah kini menjadi kurus, bahkan bulu-bulu halus di sekitar rahangnya tumbuh dengan lebat seakan-akan suami tidak lagi mengurut dirinya sendiri.
Thomas menatap sedih wanita cantik yang dulu istrinya dan sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya. Wanita yang sudah menemani dengan setia selama tiga tahun bidak rumah tangga mereka, wanita Sholeha yang sayangnya tidak dapat memberikannya seorang anak hingga dia harus berpaling kepada wanita lain.
Ibu Thomas menangis terisak saat hakim agung mengetuk palu tanda resminya perceraian Thomas dengan Jenni, bahwa Wati ibu Jenni pun tidak dapat menahan air mata kesedihannya. Putri semata wayangnya sudah resmi menyandang status janda membuat wanita paruh baya itu tidak dapat menahan Isak tangisnya.
"Bu... pak bisa saya bicara sebentar dengan Jenni" kata Thomas meminta ijin pada kedua orang tua mantan istri itu.
"Tid..."
"Boleh nak" kata Wati tiba-tiba saja menyela ucapan suaminya itu
Pria paruh baya itu merenggut kesal kearah Istrinya itu tapi hanya di balas senyum teduh dari wanita paruh baya itu.
"Sayang" panggil Thomas pelan sarat akan kesedihan yang mendalam.
"Mas, aku Mohon jangan memanggilku ku seperti itu lagi, aku sudah bukan istri mu mas. Aku haram untuk mu Sekarang mas" kata Jenni lembut, wanita cantik itu berusaha mati-matian menahan Isak tangisnya.
"Enggak kamu masih milik mas, sayang. Kita masih bisa menikah lagi. Mas janji mas akan berlaku adil dengan mu dan juga Risa, sayang. Mas mohon kasih mas satu kesempatan lagi" kata Thomas mengiba pada mantan istrinya itu.
Jenni mengelengkan kepadanya pelan, dia tidak tahu apakah Thomas akan bersikap adil atau tidak yang dia tahu dia hanya tidak akan sanggup melihat suaminya yang pastinya akan bermesraan dengan wanita lain di hadapannya.
"Tidak mas, ini bukan tentang diri mu yang akan berlaku adil atau tidak pada ku tapi ini tentang keikhlasan ku mas. Iman ku tidak setinggi itu, aku juga seorang wanita dan hambanya mas. Aku mungkin tidak akan pernah ikhlas saat melihat suami ku bermesraan dengan wanita lain di hadapan ku sekalipun itu adalah Istrinya juga mas" kata Jenni lembut berusaha memberikan pengertian kepada suaminya itu.
Dia memang tidak berbohong dia memang tidak akan sanggup melihat kemesraan suaminya dengan wanita lain sekalipun itu adalah Istrinya.
Jenni membalikan badannya memunggugi Thomas, kedua kakinya melangkah pergi meninggalkan Thomas yang masih mematung sambil menatap sedih punggung mantan istrinya itu.
Apakah penghianatannya benar-benar sudah melukai hati serta perasaan mantan istri itu hingga sudah tidak ada lagi kesempatan kedua baginya.
Thomas tersentak kaget saat sebuah tangan lembut mengelus lembut bahu lebarnya. Membuat pria tampan itu menatap wajah paruh baya ibunya yang terlihat masih Cantik di usianya tidak muda lagi.
"Ayo kita pulang nak, kasihan Risa sendiri di rumah. Kasihan juga calon anak mu" kata Lila lembut pada putra semata wayangnya itu.
Thomas hanya mampu mengaggukan kepalanya pelan, dia rasa semua tenaganya sudah hilang, Bukan hanya tenaganya saja yang terkuras habis tapi juga perasaan serta hatinya yang benar-benar terasa hampa tanpa adanya Jenni di sampingnya.
.
.
.
.
.
.
Mobil sport berhenti tempat di Club malam terbesar di Indonesia. Pria tampan dengan wajah blasteran indonesia-italia keluar dari dalam mobil mata hitam tajamnya menatap menilai pada sekumpulan wanita cantik dengan gaun mini yang melekat sempurna di tubuh indah mereka.
Pria tampan dengan Setelan jas mahal yang melekat sempurna di tubuh kekar berototnya itu melangkah dengan santai melewati kumpulan antrian Manusia yang mencari dosa di tempat penuh dengan perzinahan itu.
"Malam sir" sapa pria kekar di depan pintu club malam.
"Hmmm" balasnya yang hanya berupa deheman saja.
"Atas nama siapa sir ?" Tanya penjaga pintu club.
"Juan Alexander Lee" jawab pria itu datar.
Penjaga pintu tersentak kaget saat mendengar nama belakang pria tampan di hadapannya ini.
Dengan cepat pria bertubuh besar itu membuka pintu club dan mempersilahkan pria tampan itu untuk masuk dengan sopan.
"Maaf atas ketidak tahuan saya tuan Lee " kata pria itu sambil membungkuk badannya dalam-dalam.
Suara dentuman keras musik DJ menyambut kedatangan saat pertama kali dia memasuki pintu club malam itu.
Juan mengedarkan pandangannya ke penjuru club mencari sekumpulan pria tampan yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama.
" Cari siapa tuan ?" Tanya pelayan wanita dengan pakaian minimnya.
"Privat rooms atas nama Juan" jawab juan datar tanpa mau membalas kedipan genit dari mata pelayan cantik itu.
"Mari ikut saya" kata wanita cantik itu sambil membimbing langkah kaki Juan kelantai dua tempat private rooms
"Ini tempat-nya tuan" kata wanita itu dengan suaranya yang dia buat seseksi mungkin untuk menggoda tambang emas di sampingnya.
Juan membuka pintu hitam dengan tulisan private rooms tanpa mau membalas atau pun berterima kasih pada pelayan cantik di sampingnya.
"Lama banget lu ?" Tanya pria tampan dengan Setelan kemeja berwarna putih yang kedua lengannya sudah di gulung sampai sikunya.
"Iya gua baru pulang dari Itali" balas Juan santai sambil meminum Vodka yang tersedia di atas meja privat rooms di dalam club.
"Cih... alesan" balas pria tampan itu yang tidak lain adalah Sabahatnya Abi.
Juan hanya menggakat bahunya acuh tanpa mau repot-repot membalas perkataan Sahabatnya itu.
.....................
TBC
Jangan lupa komennya ya cinta