Part. 6

1098 Kata
Author POV. Allah mampu mengubah jalan takdir hambanya dengan sangat muda mungkin sebulan yang lalu Jenni masih berstatus istri Thomas tapi kini Allah membuat Thomas menjadi mantan suaminya hanya dengan jentikan jaringnya. Tapi satu yang harus kali percaya tidak selamanya akhir akan terus menjadi akhir, jika yang kuasa berkehendak maka akhir bisa menjadi sebuah awal yang besar, yang bahkan tidak pernah kalian pikirkan. Jenni tersenyum kecil menatap pantulan dirinya sendiri di dalam cermin di kamarnya. Hari ini adalah hari pertamanya berkerja di perusahaan swasta internasional tempat ayahnya berkerja, sekali lagi Jenni menatap dirinya di cermin melihat tubuh kecilnya yang di Balut seragam kerja OG berwarna biru langit benar-benar kontras dengan warna kulitnya yang putih. Walaupun dia hanya berkerja menjadi OG di sana tapi tetep bersyukur dengan Rahmat Allah dan rejeki yang di berikannya. yah, mau bagaimana lagi dia hanya lulusan SMA jadi tidak mungkin dia bisa mendapatkan jabatan tinggi di perusahaan asing itu. Jenni menarik nafas dalam-dalam berusaha menenangkan bebaran jantungnya yang terpacu dengan cepat, ini adalah awal dari hidupnya sekarang mungkin kemarin hidup serta jiwanya milik suaminya sekarang hidupnya hanya akan menjadi miliknya sendiri. Jenni melangkah keluar dari dalam kamarnya dan berjalan turun kebawah ke arah ibu dan ayahnya yang menunggu dirinya untuk sarapan pagi bersama. "Pagi nduk" sapa ibunya "Pagi juga Bu" balas Jenni lembut sambil duduk di samping ayahnya. "Udah siap untuk kerja, nak ?" Tanya bapaknya lembut. "Udah pak, Jenni udah siap" jawab Jenni semangat membuat bapak dan ibu tersenyum kecil melihat putri mereka kini sudah kembali ceria dan semangat kembali. Seno berdiri dari duduknya dan berjalan kearah pintu keluar, dengan diikuti oleh Jenni dan Wati Istrinya. "Bu bapak pergi kerja dulu ya" pamit Seno sambil mengulurkan tangannya kepada Wati. "Iya pak, hati-hati ya di jalan. Jangan lupa makan dan istirahat" kata Wati, terselip sedikit nasehat untuk suaminya itu sambil menerima uluran tangan suaminya dan mengecup lembut punggung tangan suaminya. "Ya ibu" balas Seno sambil mengecup kening Wati singkat. Jenni tersenyum manis melihat kedua orang tuanya yang masih mesra di usia mereka yang tidak lagi muda. "Ya udah bapak dan Jenni pergi dulu ya, bu. Asalamwalaikum" pamit Seno lagi sambil menaiki motor bebek bututnya. Wati memperhatikan punggung putri serta suaminya yang semakin jauh dari halaman rumah sederhana milik mereka. . . . . . . Jenni menatap kagum gedung perkantoran mewah di hadapannya yang menjulang tinggi sangat tinggi hingga dia tidak dapat melihat berapa lantai gedung itu. Mungkin pun gedung ini lebih besar dari gedung milik mantan suaminya, Jenni tersenyum sedih saat menyebut Thomas dengan mantan suaminya. Seno menyentuh lembut bahu putrinya, Seno tersenyum sayang pada pada putrinya saat melihat dengan jelas sorot terluka di kedua mata bening putrinya. Sungguh sedih takdir yang Tuhan berikan pada putrinya, apa belum cukup Tuhan hanya memberikan putri cobaan untuk tidak akan pernah memiliki seorang anak. Kini suaminya pun berkhianat dan menghamili wanita lain. "Ayo nak nanti kamu terlambat" ajak semoga tidak ingin melihat wajah sedih putrinya lebih lama lagi. Jenni mengaggukan kepalanya pelan sambil merubah raut sedihnya menjadi semangat kembali, ini awal baru hidupnya setelah menyandang status janda muda. Jenni melangkah kakinya memasuki lobi kantor dengan hati-hati takut merusak keramik cantik yang di injaknya yang dia yakini jika harganya pasti tidak murah. "Ayok nak lebih cepat jalannya" kata Seno sedikit mempercepat langkah kakinya. "Iya pak" balas Jenni sambil berusaha menyamai langkah kakinya dengan langkah kaki ayahnya. BRUK Jenni meringis sakit saat pantatnya mendarat mulus di lantai mewah lobi JLL Corp, perusahaan tempatnya bekerja. "Aduh, maaf tuan. Saya tidak sengajah" kata Jenni sambil mengelus pantatnya yang sakit. Jenni tersentak kaget bahkan sampai berteriak kecil saat dengan lancangnya dia buat tangan kekar memeluk erat pinggangnya hingga membuat Jenni berdiri dari tempatnya terjatuh tadi. Lagi-lagi Jenni terdiam kaku saat mata hitam tajam itu menatap dalam kedua matanya, tubuhnya seakan mati rasa saat mata itu manatap datar dirinya. Dia benar-benar ingin isi di dalam mata yang menatapnya dingin itu. "Anda baik-baik saja nona" suara serak itu menyetak Jenni kedunia nyata hingga membuatnya semponta melepaskan pelukan posesif pria tampan di hadapannya. "Maaf tuan saya tidak sengajah" bukannya menjawab pertanyaan pria yang ada di hadapannya Jenni justru meminta maaf untuk kesalah yang tidak sepenuhnya salahnya. Juan tersenyum kecil sangat kecil hingga tidak terlihat seperti senyum, untuk pertama kalinya ada wanita yang tidak mau menatap wajahnya. Seno datang tergopoh-gopoh, pria paruh baya itu bahkan sampai harus mengatur nafasnya yang sudah tidak beraturan. "Maafkan putri ku tuan Juan dia baru di sini jadi dia tidak tahu jika anda adalah pemimpin di sini" kaya Seno sambil menunduk kepadanya takut. Juan hanya diam tapi mata tajamnya tidak lepas dari sosok manis bertubuh kecil di belakang pria baya yang mengaku ayahnya. Juan mengeram keras hingga terdengar gemerutuk giginya saat tubuh Seno semakin menghalangi matanya untuk menatap wajah manis Jenni. Jenni gemetar ketakutan hingga berkeringat dingin, untuk pertama kalinya dia merasa takut hanya karena mata tajam seorang pria dan sialnya lagi pria itu adalah bos besar tempatnya dan juga ayahnya bekerja. Jenni hampu berdoa semoga bos-nya ini mau berbaik hati agar tidak memecatnya dan juga ayahnya. "Iya" balas Juan singkat membuat Seno Dan Jenni tanpa sabar menghelai nafas lega. "Siapa nama mu, nona ?" Tanya Juan serak entah kenapa dalam dirinya begitu begitu ingin merasakan kembali kehangatan tubuh kecil Jenni. "Jenni, tuan" cicit Jenni pelan sangat pelan. Juan memperhatikan penampilan Jenni dari atas hingga bawah. Ternyata wanita manis di hadapannya ini berkerja sebagai OG di perusahaan terlihat dari baju OG yang di kenakannya. Baru saja Juan ingin mengeluarkan suaranya lagi tapi suara ponselnya menghentikan niatnya, dengan kesal pria blasteran indonesia-italia itu mengakat telponnya tanpa melihat sih penelpon terlebih dahulu. "Daddy cepat jemput Azka sekarang" kata sih penelpon di ujung sana tanpa ada sapaan atau pun salam terlebih dahulu. 's**t' umpat Juan kesal. "Iya Daddy datang boy, bersabarlah sedikit" balas Juan sambil menutup telepon sepihak tanpa memperdulikan protesan dari putra ketiganya. "Baiklah kalian boleh pergi sekarang" perintah Juan dingin pada Seno dan Jenni. Untuk kesekian kalinya Juan memperhatikan Jenni dari belakang entah apa yang ada pada wanita itu hingga membuat seorang Juan Alexander Lee memperhatikannya. Jenni menoleh kebelakang melihat bos besar ayahnya masih menatapnya dengan intens dengan sorot mata yang tajam dan dingin hingga membuat wanita itu menggigil kedinginan karena tatapan tajamnya. Jenni membalikan kepalanya lagi dia tidak sanggup bertatap terlalu lama dengan bis besarnya. Juan tersenyum kecil lebih terlihat seperti serinyai, dia benar-benar terhibur melihat gelagat jenni yang seakan-akan tidak ingin membalas tatapan matanya. "Menarik" batinnya. Menarik satu kata seribu arti untuk seorang Juan Alexander Lee, baginya Jenni adalah wanita yang sudah di klaim sebagai miliknya tanpa wanita itu sadari. ....................... TBC Jangan lupa komen dan fotenya ya cinta
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN