Salah-2

525 Kata
Alex berangkat sekolah menggunakan mobil sport-nya. Mobil yang ia dapat sebagai hadiah ulang tahun yang ke 18 dari sang papa. Surat Izin Mengemudi pun, sudah ia dapatkan semenjak itu. Karena itulah, ia bebas pergi ke mana pun menggunakan mobil itu. Sesampainya di sekolah, Alex memar-kirkan mobilnya. Setelah itu ia turun kemudian berjalan menuju kelasnya. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan sahabatnya, Erik. "Tumben nggak telat, lo," ucap Erik, karena Alex memang sudah langganan telat ke sekolah jika malam sebelumnya ia mengadakan party kecil-kecilan seperti apa yang ia lakukan semalam. "Nggak, seger gue dua minggu nggak ngeluarin, semalem akhirnya ngeluarin juga. Lega. Dan tubuh gue jadi fit lagi. Akhirnya bisa bangun pagi." "Otak lo isinya p***o. Yang ada di kepala lo gituan doang!" "Ye ... tapi gue nggak munafik, nggak kayak lo yang minum aja nggak mau!" cibir Alex. "Bukannya munafik, Bro! Gue nggak mau ngecewain orang tua gue," jawab Erik jujur. Karena ia memang tidak ingin bertingkah seperti Alex yang nantinya akan membuat orang tuanya kecewa. Apalagi Erik juga memiliki kakak laki-laki yang akan siaga kapan pun menghajarnya jika sampai Erik bertingkah buruk. "Halah ... klasik!" "Lex! Tiara, tuh ...," tunjuk Erik dengan dagunya saat melihat Tiara, siswi yang Erik tahu sebagai pacar Alex. "Terus, suruh ngapain?" tanya Alex. "Ya, dia kan pacar lo. Lo nggak mau nyapa gitu?" "Orang gue udah putus." "Putus? Kapan? Kenapa?" "Kemarin, gue putusin dia soalnya gue cium pipinya aja dia ngambek, gimana lebih dari itu?!" "Ya Tuhan, Alex! Otak lo bener-bener ngeres!" *** Hari ini adalah hari Senin. Jadwal untuk upacara bendera. Ana sebagai anggota PMR standby di UKS, untuk mengurus jika nanti ada yang pingsan. Seperti biasa, Alex menjadi salah satu penghuni tetap UKS. Karena dia memang sangat malas jika harus mengikuti upacara. "Kamu sakit?!" tanya Ana dengan ketus. "Nggak!" jawab Alex apa adanya. "Nggak sakit, kenapa di sini?!" "Kenapa? Nggak boleh?!" "Generasi kaya kamu yang harusnya dibumihanguskan. Nggak ada rasa cinta tanah air sama sekali!" "Lo siapa ngatur-ngatur gue?" tantang Alex. "Aku anggota PMR, tugasku jaga di sini. Dan berhak mengusir yang tidak berkepentingan." "Jutek amat sih, lo! Gue pelet baru tahu rasa lo!" "Hahaha, hari gini masih ada gitu yang kaya gituan." "Lo cantik juga kalo lagi ketawa." Alex memperhatikan Ana, Ana jadi canggung dibuatnya. "Cie ... tuh, nggak sampe pake pelet, lo udah tersipu malu kaya gitu," goda Alex. "Ih ... apaan, sih!" Ana memilih untuk menghindar dari Alex, dengan duduk di kursi yang agak jauh dari ranjang yang sedang Alex duduki. "Kok gue nggak pernah liat lo, ya?!" ucap Alex, sudah tidak menggoda Ana lagi. "Aku juga nggak pernah liat kamu." "Masa?! Cowok ganteng kaya gue lo nggak pernah liat? Hampir semua cewek di sekolah ini udah jadi pacar gue, lho!" ucap Alex dengan sombong. "Banyak pacar aja bangga, banyak piala penghargaan karena prestasi, baru bangga!" "Piala juga gue nyumbang ke sekolah ini, tapi dulu waktu kelas sepuluh." "Berarti wajar aku nggak kenal dan nggak pernah liat kamu! Karena yang aku liat, cuma cowok-cowok berprestasi." "Gaya lo selangit ...." Usai meng-ucapkan itu, Alex tidak lagi berbicara. Ia lebih memilih untuk mengutak-atik ponselnya. Diam-diam, Alex memotret Ana yang tengah melamun. "Cantik juga nih cewek, natural." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN