Part 10 - Uang Pinjaman

1953 Kata

Fadli mengelap keringat yang menghiasi dahinya. Tenaganya sudah harus dikeluarkan lumayan banyak. Mencangkul ladangnya untuk bisa menanam singkong yang baginya merupakan salah satu dari harapannya. Setelah selesai dengan pekerjaan di ladang. Fadli pun kembali pulang ke rumah. Pandangan matanya segera mencari jam dinding yang tertempel tak jauh dari tempatnya berdiri. Fadli segera berlari ke kamar mandi. Dia harus segera bersiap untuk menuju ke sekolah. Fadli berpapasan deng an Wafi yang juga akan menuju ke kamar mandi. Fadli menahan langkahnya sembari melempar senyum pada anaknya itu. “Mandilah dulu.” Fadli kemudian membelokkan arahnya. Dia menuju ke dapur. Dirinya kembali teringat bahwa Fadli masih belum membeli beras. Dia mendongakkan kepalanya. Serasa hatinya begitu miris memikirkan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN