Masa Lalu

1258 Kata
POV ELOISE Tuan Tampan sangat menawan daripada yang kulihat tadi malam. Auranya sangat kuat dengan wajah seperti pangeran dan sikapnya bak malaikat. Mataku jadi silau karena cahayanya yang lebih terang dari matahari. Manik biru laut nan cerah, menjeratku hingga tersesat di dalamnya. Dan ada sesuatu dari dalam dirinya yang begitu kuat. Daya pikat sungguh tak tertahankan, sampai-sampai membuat wanita manapun merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya serta getaran diantara kedua kaki mereka. Pria itu mengenakan jas abu-abu slim fit, tampak elegan dan rapi. Dia memiliki aura magis yang membuat siapapun berpikir dua kali sebelum sengaja menabrakkan diri. Tak lama kemudian, sebelah alisnya terangkat. Apa yang dia lakukan disini? Sepertinya dia datang untuk menemui Chase. Apa mereka saling mengenal? Bagaimana mungkin? Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun di perusahaan ini, tapi aku tidak pernah melihat Tuan Tampan sebelumnya. Tunggu! Bagaimana kalau dia datang kesini untuk meminta pertanggung jawabanku semalam? Ah tidak! Itu tidak mungkin. Aku tidak pernah beritahu dia dimana aku bekerja, kecuali aku memang mengatakannya secara tidak sengaja ketika mabuk. Aku harus segera cari cara keluar dari situasi membingungkan ini. Berdiri diantara dua pria yang tidak ingin aku lihat sama sekali. Bagaimana caranya aku bisa keluar dari kekacauan ini? Chase berdehem, memecah keheningan. “Adam, aku sudah menunggumu. Biar aku kenalkan …” Chase mengambil alih perhatian pria itu. Dan tentu saja, aku gugup. Aku khawatir Chase membocorkan rahasia dan memberitahu semua orang kalau kami punya masa lalu kelam. “Aku sudah mengenalnya, terima kasih.” Dengan penuh keberanian, aku menyela. “Kami pernah bertemu sebelumnya.” Hal itu membuat Chase kebingungan. “Kalian sudah bertemu?” “Ya, pertemuan yang sangat menarik.” Adam tersenyum jahil seolah dia senang dengan sesuatu. “Baiklah. Tapi secara resmi aku ingin memperkenalkan diri. Aku, Eloise Walker, co-director art disini.” Aku mengulurkan tangan seraya berjabatan. “Adam Sebastian.” Dia menjabat tanganku hingga membuat kulitku terasa panas. Oh, Tuhan! Tunggu, Adam … Sebastian? Apa dia CEO dari Sebastian Pictures? Pemilik perusahaan ini dan salah satu dari saudara Sebastian yang cukup terkenal? Seorang miliarder yang memiliki Sebastian Entertainment Group? Sungguh, aku pasti sedang bermimpi! Aku tidak bermaksud sombong. Tapi aku harus menghindari momen canggung ini. Jika aku semakin lama disini, sesuatu yang buruk pasti terjadi. Semalam saja sudah menjadi momen paling memalukan dalam hidupku, ketika aku tantrum di tempat parkir dan hadapan Adam. Aku melirik Chase yang tampak terkejut. “Adam adalah bos besar dari SP. Bagaimana bisa kalian sudah saling kenal?” tanya Chase, tampak begitu penasaran. Dasar Eloise bodoh! Tidak bisa jaga mulut. Tentu saja Chase akan bertanya-tanya. Dan aku tentu saja tidak ingin dia tahu tentang hari terburuk yang pernah ada. Tapi tunggu dulu, bagaimana dengan Zoey? Jika Chase ada disini, bukankah artinya gadis itu juga disini? “Aku tidak bisa jelaskan bagaimana kita bertemu,” ucapku, gugup. Aku berharap Chase melupakan ucapanku tadi. Sementara itu, Adam menatapku, senyumnya tertahan di bibir. Sungguh, aku jadi merasa mati gaya. Diam-diam aku mengepalkan tangan, menahan malu. “Aku mengerti,” jawab Chase, acuh. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah Adam. “Oh, ya, Zoey sedang dalam perjalanan. Dia sedang mengantar Kyle ke tempat penitipan.” Kyle? Penitipan? Apa mereka sudah punya anak? Kenneth tidak mengatakan itu. Hatiku terasa ditikam. Seharusnya aku sudah curiga dan tak berharap lebih. Lutut tiba-tiba bergetar, pandanganku kabur dan aku sedang berusaha untuk fokus. Tak ada yang kurasa selain sisa mabuk semalam dan sesak di dadaku. Setelah sekian lama, aku belum bisa move on. Tapi mereka … bahkan sudah punya anak. Rasanya hatiku kini hancur berkeping-keping. “Kau baik-baik saja?” tanya Adam seraya menahan siku-ku ketika aku terhuyung. “Kau keringat dingin.” Aku mengangguk saat merasa hampir terkulai lemas. “Aku baik-baik saja. Ya, aku baik..” “Tidak, kau tidak terlihat baik-baik saja,” ucapnya, curiga. “Aku sungguh tidak apa-apa. Senang bertemu denganmu disini, Tuan. Beritahu aku kalau kau butuh bantuan. Aku ada di ruanganku.” Aku memberitahu sambil melirik Chase. Nafasnya terdengar berat ketika tatapan matanya tertuju pada tangan Adam yang bercokol di siku-ku. Aku langsung menarik diri. Ruangan itu terasa tidak menyenangkan. Atmosfernya terasa mencekam. “Kita belum selesai, Eloise. Adam bisakah kau izinkan kami bicara empat mata? Aku perlu bicara dengan dia.” Chase memang b******k! Dia punya seribu cara bijak untuk mengatakannya di depan bos besar. Meski jelas mereka sangat dekat. “Tentu, tapi aku masih perlu bicara denganmu tentang sesuatu,” ucap Adam, sambil menunjuk ke arah Chase. “Baiklah, maaf.” Chase mengulum senyum. Setelah itu, Adam keluar dari ruangan dan menutup pintu. “Kau seharusnya tidak meminta dia keluar. Dia sekarang pasti pikir kita ada hubungan. “Ada hal lain yang harus kukatakan padamu. Kau tahu? Aku sangat tersiksa ketika mendengar kabar dirimu kecelakaan dan hampir merenggut nyawamu. Sejak itu, aku tidak pernah berhenti menyalahkan diriku sendiri.” Chase menyesal dan aku merasakan ada ketulusan dalam ucapan yang terlontar. Tapi aku harus menyembunyikan kelemahanku dengan berkata sarkas. “Tapi kau dan Zoey sudah punya anak. Bagaimana bisa kau katakan itu ketika dirimulah yang meninggalkanku?” “Tidak, kaulah yang meninggalkanku lebih dulu!” Chase menuduh, tapi rasa bersalah terus memancar di wajahnya. Apa yang dia inginkan dariku sebenarnya? “Kau masih mencintaiku ‘kan, Eloise? Aku tahu itu,” gumam Chase. Aku jadi bertanya, apa aku masih mencintainya? Dia memang cinta pertamaku, aku tahu itu. Zoey juga tahu, tapi mereka sudah mengkhianatiku. “Aku benar-benar membencimu sampai tidak mau melihat wajahmu lagi. Aku sudah berdamai dan menemukan kebahagiaanku disini. Dan kenapa dari semua tempat, kau harus datang ke tempat ini?” “Aku tidak tahu kau ada disini, Eloise. Tapi melihatmu, membuatku sadar kalau masih ada urusan kita yang belum selesai,” ucapnya. “Tidak ada urusan apapun diantara kita, Chase. Dan mari diperjelas. Semua sudah berakhir ketika kau meninggalkanku menangis sendirian, menatapku seolah aku ini hanya s****h dan membiarkan Zoey bergelayut manja padamu. Padahal, aku memohon padamu, Chase. Lebih dari sekali.” Chase menghela nafas berat. “Kau tidak tahu cerita keseluruhannya, Eloise. Aku ingin memberitahumu sejak lama. Memang, meninggalkanmu sendiri adalah kesalahan terbesarku dan saat itu Zoey hamil.” “Lihat ‘kan? Jadi, itu bukan hanya tentang uang. Kau benar-benar mengkhianatiku—” “Aku belum selesai!” seru Chase, menyela tak sabar. “Bukan hanya tentang uang. Zoey sudah mengelabui. Saat itu aku mabuk dan dia memanfaatkan kondisiku. Malam itu sangat gelap, ditambah lagi dia memakai parfum sepertimu. Aku pikir itu dirimu, Eloise. Tapi, saat aku bangun di pagi hari … aku terkejut melihat wajahnya. Aku tidak ingat sama sekali.” Hatiku tenggelam. Jadi itu sebabnya Zoey melempar botol parfum kosong padaku dan berterima kasih? Semua jadi jelas sekarang. “Mengapa kau memberitahuku tentang ini?” Aku bertanya pelan, bahkan hampir terdengar seperti berbisik. Suaraku jelas bergetar. “Semua ini sudah terlambat.” “Aku menderita, Eloise. Aku merasa hanya jadi pengecut. Aku hidup bersamanya hanya demi Kyle. Tapi, gadis yang kuinginkan hanyalah dirimu. Aku masih menginginkanmu.” Chase menatapku dengan tulus. Sorot mata itu tampak begitu berbinar sama seperti awal kami berpacaran. Tapi, aku harus melarikan diri dari situasi ini. Itu jalan terbaik. “Kamu tidak bisa lakukan ini, Chase.” “Kenapa tidak?” “Karena akan memperumit keadaan,” ucapku seraya mendongak, menegakkan tubuhku penuh percaya diri. “Aku akan mengajukan pengunduran diri besok.” “Tunggu! Aku tidak akan menerimanya.” Chase bersikeras. Sedangkan aku hanya mengedikkan bahu, tetap tegus pada pendirianku. “Tugasku disini sudah selesai.” Aku berbalik, membuka pintu lalu keluar dari ruangannya. Tak lama, suara bass seorang pria menghentikan langkah kakiku. “Hei!” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN