Rencana Konyol

1603 Kata
Haruka mengaduh sembari mengusap pinggangnya yang ngilu karena ditendang oleh Ryunosuke. Memang tidak terlalu keras, tetapi Haruka sedang dalam mimpi indah kenangan masa lalu bersama Ryunosuke ketika mereka masih berjaya di Asakusa. Ingatan lima tahun silam ketika Ryunosuke masih dengan panggilan Seiryu dan Haruka berdiri di sampingnya sebagai rekan yang setia. Belakangan, Haruka sering sekali memimpikan masa kejayaan mereka. “Bangun, kau berjanji untuk pergi setelah kuizinkan menginap semalam.” Ucap Ryunosuke dingin. Haruka bangun dari posisi terlentangnya dengan malas. Berkali-kali ia menguap karena merasa sangat mengantuk. Dibangunkan paksa dari mimpi indah benar-benar menyebalkan, belum lagi ketika bangun Haruka harus mendengar Ryunosuke mengusirnya dengan nada super dingin. Yah, Ryunosuke memang bukan sosok yang hangat dan menyenangkan. Dia selalu dingin dan cuek sejak dulu. Tetapi pemuda itu menjadi semakin dingin saja sejak lima tahun mereka tidak saling bertemu. Gilá, dalam waktu lima tahun ada banyak hal yang benar-benar berubah dan sangat kontras dari Mamizuka Ryunosuke yang Haruka kenal dahulu. “Ryu-chan, kau tega sekali.” Ryunosuke memutar bola matanya dan melangkah keluar. “Aku sibuk di Daycare, jadi segera mandi dan angkat tubuhmu dari sini. Kau juga bukannya tidak memiliki tempat tinggal. Jadi untuk apa aku menampungmu.” “Jadi, kalau aku gelandangan kau akan menampungku? Okay, kalau begitu aku akan menjadi gelandangan agar Ryu-chan memungutku.” Ryunosuke memukul pelan kepala Haruka. “Kau bodóh.” Haruka menghela napas berat, ia masih duduk dengan ekspresi super mengantuk dan menggaruk rambut hitamnya yang acak-acakan. Ryunosuke sudah tampak rapi dengan pakaian formalnya. Ia bergerak dengan sangat cepat membereskan rumah dan menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa ke Daycare. Bahkan hingga saat ini, Haruka masih saja menolak percaya bahwa Mamizuka Ryunosuke yang sangat kuat dan mampu membereskan sekumpulan geng berandalan dengan tangannya sendiri berubah menjadi seorang pengasuh Daycare. Ayolah, pekerjaan itu benar-benar kontras dengan latar belakang Ryunosuke, dan bagaimana bisa pemuda itu memilih pekerjaan yang amat anomali dari kehidupannya? Haruka benar-benar tidak menemukan jawaban. “Ryu-chan, kau benar-benar akan mengusirku?” Tanya Haruka memelas. “Hm. Kau memiliki tempat tinggal sendiri. Pergilah, aku sibuk dengan pekerjaanku.” Ryunosuke kembali menuju Haruka dan menarik lengannya dengan kuat. Haruka berusaha keras mempertahankan posisinya, tetapi ia lupa bahwa Ryunosuke selalu menjadi yang terkuat dalam apapun. Pemuda itu bisa dengan mudah menarik tubuh Haruka hanya dengan satu tangannya. Haruka benar-benar mirip seperti penjahat yang tertangkap basah kemudian diseret paksa oleh penegak hukum karena melanggar etika. Ryunosuke tidak peduli dengan erangan tidak terima dan keluhan Haruka mengenai betapa kejamnya Ryunosuke yang tega mengusirnya di pagi hari seperti itu. “Kau jahat sekali, Ryu-chan. Aku bahkan belum mencuci muka sama sekali.” Ryunosuke menatapnya dingin, sama sekali tidak menjawab apa-apa ketika Haruka terus mengoceh mengenai perlakuan Ryunosuke yang berubah drastis padanya. Ryunosuke segera melangkah pergi untuk bekerja, mengabaikan Haruka yang berdiri dengan tampang melongo karena seluruh keluhan dan ocehan panjangnya sama sekali tidak mendapatkan respon apapun dari Ryunosuke. ** Haruka sudah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan menyerah untuk mengembalikan Ryunosuke menjadi sosoknya yang dulu. Haruka yakin, Ryunosuke tidak mungkin berubah begitu saja tanpa alasan. Haruka memang tidak suka banyak berpikir, ia sadar diri bahwa otaknya tidak cukup pintar untuk banyak-banyak berpikir. Maka dari itulah, ketika ia tahu bahwa Ryunosuke telah berubah menjadi sosok baru yang benar-benar kontras, ia ingin sekali mengetahui apa penyebabnya. Haruka juga tidak rela jika Ryunosuke yang sangat kuat dan keren di matanya berubah menjadi sosok pengasuh lemah lembut yang kalah dengan anak-anak. Tidak, Haruka benar-benar tidak rela. Ryunosuke ditakdirkan untuk menyandang nama Seiryu, dan Haruka bersumpah akan mengembalikan kejayaan mereka seperti masa lalu. Meski ditolak berkali-kali oleh Ryunosuke, Haruka tidak akan pernah menyerah sampai sahabat lamanya itu kembali menjadi Seiryu yang ia kenal dahulu. Setelah Ryunosuke mengunci pintu apartemennya dan berangkat untuk bekerja di Daycare, Haruka mau tidak mau harus kembali pulang ke apartemennya sendiri. Ia tidak mungkin memata-matai Ryunosuke dengan pakaian acak-acakan dan wajah kusut khas orang bangun tidur. Beruntung, apartemennya berjarak tidak terlalu jauh dengan apartemen Ryunosuke sendiri sehingga Haruka tidak perlu berlama-lama menahan malu karena berjalan kaki untuk pulang dengan wajah jélek seperti gelandangan menyedihkan. Secepat kilat Haruka mengurus dirinya sendiri. Mandi, berganti pakaian, dan sarapan hanya dilakukan olehnya selama tiga puluh menit. Haruka belum mendapatkan kabar mengenai hasil wawancara kerja part time-nya, sehingga ia masih belum memiliki kegiatan tetap dan bergantung dengan uang tabungan yang selama ini ia sisihkan demi rencana mencari Ryunosuke ke Shibuya. Haruka mematut dirinya sendiri di depan cermin dengan cengiran bangga. Ia memakai jaket bergambar naga berwarna biru yang tampak sangat norak untuk orang lain tetapi sangat keren untuknya. Haruka sudah berkali-kali diejek Kakak perempuannya mengenai betapa noraknya jaket bergambar naga biru yang selalu ia bangga-banggakan itu, tetapi Haruka tidak peduli dan tetap menyukainya hingga sekarang. Lima tahun lalu, jaket itu selalu ia pakai ketika berkumpul bersama Ryunosuke dan anggota geng mereka. Ryunosuke juga memiliki jaket yang sama. Haruka memaksanya untuk memiliki jaket itu dan menganggapnya sebagai seragam mereka. Sebutannya memang seragam, tetapi hanya Haruka dan Ryunosuke yang memilikinya. Ia pikir, hanya pemimpin dan tangan kanannya yang harus memiliki itu, dan Haruka menganggap dirinya sendiri sebagai tangan kanan Ryunosuke yang merupakan ketua geng mereka. “Hm, aku benar-benar keren.” Ucap Haruka penuh percaya diri. Sebelum ia akan sibuk dengan pekerjaan paruh waktunya, Haruka harus memanfaatkan waktu untuk memata-matai Ryunosuke dan pekerjaan barunya yang sangat kontras itu. Tidak butuh waktu lama untuk Haruka sampai di sekitar Daycare. Haruka langsung mencari posisi aman agar Ryunosuke tidak melihatnya atau pemuda itu akan marah-marah. Haruka masih sayang nyawanya. Ryunosuke itu bisa membunuh orang hanya dengan pukulannya, dan Haruka tidak ingin Ryunosuke marah kemudian memukulnya dengan keras sampai kebablasan dan Haruka akan berakhir dijemput dewa kematian sebelum ia berhasil mengembalikan Ryunosuke seperti sedia kala. Sayangnya, definisi bódoh dan polos itu beda tipis itu benar-benar melekat dalam diri Haruka. Ia menyebut dirinya sendiri sedang memata-matai seseorang, tetapi dirinya menggunakan pakaian yang amat mencolok dan bahkan beberapa kali membuat orang-orang yang lewat melirik ke arahnya. Sayang sekali, Haruka bahkan tidak sadar dengan hal itu. Haruka sama sekali tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam Daycare karena bangunan itu memiliki pagar beton yang cukup tinggi. Haruka harus memutar otak untuk mencari cara agar dirinya bisa melihat apa saja yang dilakukan Ryunosuke di dalam Daycare meski sebenarnya ia sangat enggan untuk berpikir karena itu akan berakhir membuat kepalanya sakit. Haruka melihat pohon mangga besar di luar pagar Daycare yang cabangnya tampak sangat kuat dan mengarah agak ke dalam area Daycare. Sebuah ide nyeleneh langsung masuk ke kapasitas otaknya yang pas-pasan. Haruka langsung melepaskan sepatunya, memanjat pohon dengan mudah dan berpijak dengan posisi jongkok di salah satu dahan besar yang cukup tinggi. “Uh, dahan ini terlalu tinggi, aku jadi kesusahan melihat apa yang dilakukan Ryu-chan di dalam.” Gumam Haruka kesal. “Ah! Onii-chan!” Haruka melotot kaget ketika sekumpulan anak kecil berseragam biru muda berteriak sembari menunjuk-nunjuk dirinya. Haruka begitu panik dan nyaris jatuh andai kedua tangannya tidak secara reflek memeluk batang utama pohon untuk mempertahankan keseimbangannya. Lebih buruk lagi, Ryunosuke menyusul datang dan menatapnya dengan begitu dingin. Haruka rasanya sampai membeku melihat tatapan itu. Beragam firasat buruk mengenai kemarahan Ryunosuke benar-benar menghantuinya. Haruka belum sempat melakukan apa-apa dan langsung ketahuan oleh anak-anak kecil itu. Entahlah, Haruka heran mengapa ia sering sekali ketiban sial. “Anak-anak masuklah, biar Sensei yang mengurus orang jahat itu.” Haruka menggigit bibirnya ketika Ryunosuke mulai berjalan mendekat padanya. Pemuda itu bahkan tidak berkata apa-apa dan hanya memandanginya sampai Haruka benar-benar turun dari atas dahan pohon. Haruka benar-benar kikuk ketika berhadapan dengan Ryunosuke. Ia mengakui bahwa ia selalu takut setiap kali Ryunosuke marah karena teman lamanya itu tidak akan tanggung-tanggung dalam bertindak ketika ia benar-benar marah. Haruka tidak ingin memperburuk keadaan, atau membuat Ryunosuke membencinya. Haruka ingin Ryunosuke kembali ke Asakusa dan membentuk geng mereka lagi seperti lima tahun silam. “Ryu-chan, aku bisa menjelaskannya, aku hanya—“ “Bukankah sudah kukatakan untuk tidak datang lagi kemari?” “Itu, aku hanya ingin kau kembali menjadi Ryu-chan yang kukenal.” Ryunosuke menghela napas. “Aku sudah mengatakannya kepadamu, aku bukan lagi Ryu-chan yang kau kenal dan tidak akan pernah kembali seperti itu.” “Tapi—“ “Onii-chan! Onii-chan!” Haruka dan Ryunosuke menoleh. Lima orang anak kecil dari dalam Daycare keluar dan mendekati Haruka. Haruka sampai merasa kikuk ketika lima pasang mata polos anak-anak itu memandanginya dengan kilauan yang menyilaukan. Haruka tidak terlalu akrab dengan anak-anak, dia tidak pandai mengurus mereka sehingga Haruka biasanya lebih memilih menghindari dari anak-anak. Tetapi melihat bola mata berkilau mereka secara dekat seperti ini membuat Haruka malu dan tidak enak untuk melarikan diri begitu saja. “Kau keren sekali, Onii-chan!” Seru salah satu anak yang mulai menarik-narik ujung pakaian Haruka. “Ryu Sensei selalu memasang wajah galak seperti itu, pasti akan lebih seru jika Onii-chan yang menjaga kami.” Ryunosuke berdehem pelan. “Taiga, ajak teman-temanmu ke dalam. Sensei sedang ada urusan dengan Onii-chan ini.” Anak kecil yang dipanggil Taiga oleh Ryunosuke menggeleng keras. Ia semakin menempel kepada Haruka dan bahkan menjulurkan lidahnya untuk mengejek Ryunosuke. Tampaknya bocah itu adalah biang keributan di perkumpulan mereka. Tampak sekali dari bagaimana Ryunosuke dengan santainya meminta Taiga untuk memimpin teman-temannya sementara ia harus berbicara dengan Haruka. Ryunosuke memijat pangkal hidungnya sembari menghela napas. Haruka bisa mengetahui bahwa kawan lamanya itu sedang berusaha keras untuk menahan dirinya agar tidak dikuasai oleh amarah. Jujur saja, Haruka terkejut dengan betapa mudahnya Ryunosuke mengalah dan tidak memukulnya hanya karena ada anak kecil bernama Taiga dan teman-temannya yang sejak tadi mengelilingi mereka. Haruka jadi berpikir, sudah seberapa jauh sebenarnya Ryunosuke berubah selama lima tahun berlalu? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN