bc

Ibu Tiri Kakak Ipar

book_age18+
88
IKUTI
1K
BACA
others
sex
gangster
tragedy
serious
kicking
single daddy
virgin
wife
husband
like
intro-logo
Uraian

Dendam di masa lalu membuat Sadri tak merestui hubungan putri semata wayangnya yaitu Anjani dengan Ghani. Pasangan itupun kabur dan melakukan hubungan terlarang hingga Anjani hamil. Tak terima atas perlakuan Ghani pada Anjani, Sadri memperkosa Shabila (adik Ghani). Sadri akan menikahkan Anjani dengan Ghani jika Shabila mau menikah dengannya, tak ada pilihan lain bagi Shabila selain mengorbankan dirinya demi kebahagian sang Kakak. Namun nyatanya Shabila malah diperlakukan seperti hewan peliharaan bahkan seperti b***k oleh Sadri. Akankah kesabaran dan pengorbanan Shabila dapat meluluhkan hati Sadri?

chap-preview
Pratinjau gratis
"Dendam di Masa Lalu"
Sadri, seorang pemuda berumur 25 tahun sangat ditakuti dan dibanggakan semua orang karena dia adalah ketua Geng Motor yang bukan hanya merajai jalanan tapi semua kalangan. Wajah tampan dengan gaya yang keren pada masa itu membuatnya digilai banyak wanita. Namun Sadri berbeda, dia hanya mencintai 1 orang saja dalam hidupnya yaitu Rizka. Rizka adalah anak seorang Imam Mesjid dan juga guru ngaji di lingkungan tempat tinggal mereka, tentu saja dia akan menentang putrinya berhubungan dengan seorang pemuda yang tak jelas pekerjaannya. Sebenarnya Sadri bukanlah seorang Preman Pasar. Dia justru yang membantu pedagang jika ada orang yang meminta jatah pada Pedagang. Tak hanya itu, jika ada orang yang butuh uang untuk modal usaha, Sadri dan teman-temannya akan membantu mereka. Hanya saja jalan untuk mendapatkan uangnya yang salah. Sadri merampok dari rumah orang kaya bahkan tak segan melakukan kekerasan demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Uang itu akan dipakai untuk keperluan hidupnya bersama teman-temannya dan sisanya dia tabung untuk kemudian dapat membantu orang lain lagi. Suatu hari Sadri nekad menunggu Rizka di depan Padepokan (tempat pengajian). “Sadri?” Rizka terkejut melihat Pria berambut gondrong itu menunggunya di sana. Segera Rizka berlari ke sana seorang diri agar Ayahnya tak melihat. “Sadri kamu ngapain ke sini? Kalau Abi ngelihat kamu bisa gawat!” Rizka merasa khawatir. “Aku mau melamar kamu Rizka.” Jawaban Sadri malah semakin membuat Rizka merasa takut. “Cepat pergi dari sini!” Rizka mengusir Sadri. “Aku gak mau pergi sendirian, aku mau pergi sama kamu.” Sadri menarik tangan Rizka dan memaksanya ikut naik motor bersamanya. “Sadri, jangan nekad, semua orang melihat kita!” Rizka memperingatkan Sadri karena santirwati yang lain mulai melihat mereka bahkan Ayah Rizka juga. “Sadri! Mau kamu bawa kemana anak saya?!” Segera Pak Imam keluar dari Padepokan untuk mengejar mereka. Sadri menyalakan mesin motornya dan mereka pergi dari sana. “Sadri. Berhenti!” Rizka menepuk pundak Sadri. “Aku gak bisa berhenti Rizka, aku mencintai kamu dan aku harus memiliki kamu.” Jawab Sadri. “Iya, aku tau. Tapi bukan begini caranya.” Kata Rizka. “Lantas, aku harus biarkan kamu dijodohkan dengan murid Abimu yang kuliah di Mesir itu?” Gumam Sadri. Rizkapun terdiam sejenak. “Kok kamu tau?” Tanyanya kemudian. “Kan aku udah pernah bilang. Aku tau semua hal tentang kamu.” Jelas Sadri. Rizka tersenyum mendengar pernyataan Sadri. Ayah Rizka murka. Dia mengumpulkan Santri-santrinya untuk menemukan Rizka. Mereka menuju ke basecamp Sadri, tempat biasa Sadri dan teman-temannya berkumpul. “Sadri, keluar kamu!” Teriak Aiyub, pemuda yang akan dijodohkan dengan Rizka. Teman-teman Sadri membuka pintu. “Calon mertuanya Sadri tuh.” Mereka malah senang. “Assalamu’alaikum Pak Imam. Selamat datang. Suatu kehormatan bagi kami karena orang semulia Pak Imam berkunjung ke sini.” Baron menyambut mereka dengan ramah. “Baron, dimana Boss kamu?” Tanya Pak Imam. “Dia belum pulang Pak Imam. Kan mau ngelamar anak Bapak. Gimana, udah diterima kan?” Baron sumringah. Pak Imam yang terlanjur emosi malah menampar pipi Baron. “Pedes banget tuh!” Gumam Ervan, sahabat Baron. “Kembalikan anak saya? Atau kami obrak-abrik tempat ini.” Ancam Pak Imam. Baron merasa dipermalukan. Dia menarik kerah baju Ayah Rizka. Para Santri langsung naik pitam dan hampir saja terjadi perkelahian antar kedua belah pihak. Untung saja Pak Imam memberi kode agar mereka tak perlu khawatir. “Kami selalu bersikap baik pada kalian. Kenapa kalian jahat sama kami!” Baron membentak lelaki berumur 50 tahun itu. Baron melepaskan Ayah Rizka. “Baik, kami akan bersikap baik juga pada kalian. Kembalikan anak saya dalam waktu 24 jam, atau kami lapor Polisi!” Tegas Pak Imam sebelum pergi. “Ustadz yakin mau membiarkan mereka begitu saja? Mereka Preman Ustadz.” Bisik Aiyub. “Kita tunggu saja.” Jawab Pak Imam/Ustadz. Sadri membawa Rizka ke sebuah Mesjid. “Kita ngapain ke sini?” Rizka terkejut. “Kita mau nikah. Jadi kamu gak mungkin dinikahin lagi sama si Mesir itu.” Jawab Sadri. Rizka mengelus dadanya. “Astaghfirullah hal’adzim... Sadri. Aku gak bisa nikah tanpa wali aku.” Tegas Rizka. “Bisa.” Sadri begitu percaya diri. “Ayo masuk.” Dia mengajak Rizka masuk ke dalam sana. “Abang?” Ternyata ada sang Kakak di sana bersama istrinya. Rizka memeluk kakak laki-lakinya itu. “Kok Abnag bisa di sini? Bukannya Abang diusir sama Abi?” Rizka merasa terharu bertemu sang kakak setelah sekian lama. “Sadri yang ajak kami ke sini.” Jawab kakaknya. Rizka lalu memeluk istri kakaknya. “Apa kabar Rizka?” Sapa wanita cantik berambut panjang itu. “Baik Kak.” Jawab Rizka. “Rizka, Sadri ini pemuda yang baik, dia pasti akan menjadi orang yang lebih baik lagi jika bersama kamu.” Gumam Kakaknya. Rizka melihat wajah Sadri yang tersenyum kepadanya. “Kamu juga mencintai Sadri kan?” Tanya kakaknya. Dengan malu Rizkapun mengangguk. “Abi selalu memaksakan anak-anaknya menikah dengan pilihan dia. Makanya Abang nikah siri dengan Kak Agnes.” Abangnya sedikit bercerita. Rizkapun menerima lamaran Sadri dan mereka menikah di sana dengan diwakilkan oleh Abang Rizka. Saat keluar dari Mesjid, Sadri dihadang oleh Ghani, seorang pemuda yang masih berumur 19 tahun namun mempungyai nyali yang besar. “Kak Agnes, ikut pulang sekarang!” Ternyata Ghani adalah adik kandung Agnes. Keluarga besar mereka tak setuju Agnes menikah dengan kakak Rizka. “Eh, kamu pengecut, pulang aja ke kolong kaki Bokap loe. Cowok gak gentle yang melarikan anak gadis orang!” Ghani mengatakan hal yang menyinggung Sadri juga. “Orang yang gak pernah jatuh cinta gak akan tau perasaan orang lain!” Sadri membalas Ghani. “Ada pahlawan kesiangan rupanya.” Ghani menertawakannya. Rizka mulai panik. “Sadri udah, ayo kita pergi dari sini!” Rizka menarik tangan Sadri. “Kamu siapa, pacarnya atau istrinya? Unik juga. Anak geng motor pacaran ama cewek pakai kerudung.” Kembali Ghani menertawakan mereka. Sadri sudah tak tahan lagi, dia lalu mendekat dan menantang Ghani berduel. “Sadri, jangan!” Teriak kakak ipar Rizka. “Kamu jangan khawatir, Sadri selalu menang.” Tutur kakak Rizka. “Adik aku juara 1 karate.” Kini mereka khawatir setelah mendengar jawaban Agnes. Ternyata memang benar, Ghani mampu mengalahkan Sadri. “Aku harus tolongin Sadri. Kalian pergi dari sini.” Perintah kakak Rizka. Agnes dan Rizka berpegangan tangan, mereka segera pergi dari sana. Kini 2 orang melawan 1 orang. Posisi mereka menjadi imbang dalam hal kekuatan. Sedangkan Rizka dan Agnes malah dihadang oleh dua orang teman Ghani. Mereka dibawa ke dalam mobil. “Abang!” Rizka berteriak dengan lantang. “Rizka!” Sadri dan kakak Rizka terkejut melihat kedua wanita itu telah diculik. Kesempatan itu dimanfaatkan Ghani untuk melarikan diri dengan meninggalkan sepucuk surat. “Kalau mau mereka selamat, tinggalkan kakak aku.” Ternyata Agnes adalah anak seorang saudagar kaya dari China. Dia adalah non-Muslim. “Jadi kalian nikah beda agama?” Rizka terkejut mendengar cerita Agnes. “Saya minta maaf atas kesalahan Abang saya.” Rizka meminta maaf pada Ayah Agnes. “Saya berjanji akan meminta Abang saya untuk meninggalkan Kak Agnes.” Itulah janjinya. “Jangan Rizka. Aku gak bisa hidup tanpa Abang kamu.” Agnes histeris. Dia mencoba melepaskan tangannya dari gengaman Ghani. Ghani merasa kagum pada sikap Rizka. “Aku percaya dia Pa. Bebaskan aja dia.” Bujuknya. “Tidak bisa. Bagaimana jika dia sekongkol dengan Abangnya itu?” Namun Ayahnya tak mau memenuhi permintaannya. “Kurung dia dia di gudang.” Perintah Ayah Ghani. “Percaya sama saya. Saya tidak pernah ingkar janji.” Rizka mencoba meyakinkan lelaki itu. Rizka dikurung di gudang yang berisikan bahan pokok seperti beras, kentang, bawang dan kacang. Rizka malah terkagum-kagum. “Keluarga Kak Agnes memang kaya sekali.” Dia tersenyum. Ghani merasa bersalah telah menculik Rizka. Diam-diam dia menemui Rizka di gudang. “Mau apa kamu?” Rizka merasa ketakutan. “Maaf karena anak buah saya menculik kamu. Harusnya kami membawa Kak Agnes aja.” Dia meminta maaf pada Rizka. Rasa tak percaya, pemuda tampan dengan wajah khas oriental itu meminta maaf padanya. “Gak papa.” Jawab Rizka. “Hanya itu?” Tanya Ghani. “Maksudnya?” Rizka tak mengerti. Ghanipun tertawa. “Aku kira kamu akan marah lalu memaki aku dan meminta bebas mungkin.” Begitulah pendapat Ghani. Rizka mwrasa malu pada dirinya sendiri. “Iya. Aku tadi belum selesai bicara. Bebasin aku.” Ralatnya. Ghani keluar dari gudang dan kembali mengunci pintu. “Hei, aku bilang bebasin!” Teriak Rizka. “Besok aja.” Balas Ghani. Sadri dan Abang Rizka sedang mengatur strategi untuk membebaskan Rizka dan Agnes. Sementara itu Pak Imam masih mondar-mandir di depan pintu rumahnya menunggu kepulangan anaknya. “Sudah magrib Ustadz, kita sholat dulu.” Ajak Aiyub. “Ayo.” Mereka melaksanakan sholat terlebih dulu. Sadri dan Abang Rizka sampai di rumah Agnes. “Aku gak pernah tau ada rumah sebesar ini di sini.” Sadri merasa takjub. Mereka melompati pagar tinggi itu. Karena sudah gelap, tak ada siappun di luar rumah. “Kamar Agnes di sebelah sini.” Abang Rizka memberitaukannya pada Sadri. “Terus Rizka?” Tanyanya. “Kemungkinan mereka berdua di sana.” Jawab Abang Rizka. Sadri mengikuti pria itu menuju ke kamar yang dimaksud di lantai 2 dengan menaiki pipa air. “Tok, tok.” Abang Rizka mengetuk jendela kamar Agnes. Agnes segera membuka gorden jendela. “Kalian?” Dia kaget melihat keduanya di sana. Segera Agnes membuka jendela agara Suaminya dan Sadri dapat masuk ke dalam. Mereka langsung berpelukan. Melihat adegan romantis itu, Sadri merasa iri. “Rizka mana?” Tanyanya. “Di gudang.” Jawab Agnes. Mata Sadri melotot. “Keterlaluan.” Dia geram. Sadri keluar dari kamar Agnes dan tidak sengaja menabrak seorang anak perempuan berumur 10 tahun. “Sadri!” Abang Rizka dan Agnes menyusulnya. “Kakak...” Anak kecil itu hampir menangis. “Sayang. Maaf ya, Kakak harus pergi.” Agnes memeluk adik bungsunya itu. “Dimana gudangnya?” Tanya Sadri pada Agnes. “Lantai 1.” Jawab Agnes. Saat turun ke lantai 1, mereka dihadang oleh 2 orang anak buah Ghani. Kembali terjadi pertarungan sengit yang menimbulkan keributan. Ghani yang sedang berada di kamarnya segera keluar. Dia lalu mengajak 2 orang anak buah Ayahnya yang lain untuk menyerang Sadri dan Kakaknya Rizka. Rizka sendiri sedang sholat di dalam gudang. “Buka pintunya.” Rizka menggedor-gedor pintu gudang. Anak perempuan itu malah membuka pintu gudang. “Makasih ya.” Ucap Rizka. “Kamu siapa?” Tanya anak itu. “Kakak bukan orang jahat. Kakak harus pergi sekarang.” Rizka membelai rambut anak kecil itu lalu pergi. Ghani mengingat Rizka, dia segera berlari ke gudang. Dia terkejut melihat pintu gudang sudah terbuka. “Kemana dia?” Segera Ghani mencarinya. Rizka menemui Sadri dan Abangnya. “Abang, Sadri!” Dia memanggil mereka. Melihat hal itu, Ayah Ghani menarik tangan Rizka dan menjadikannya tawanan. “Kalau kalian melawan, leher adik kalian akan putus.” Dia mengancamnya dengan sebuah pedang di leher Rizka. “Papa, jangan. Agnes mohon. Agnes akan turuti permintaan Papa.” Agnes histeris. “Kemari kamu.” Perintah Ayahnya. Agnes berjalan ke arah Ayahnya, Abang Rizka nampak tak rela. Sadri hanya mengkhawatirkan Rizka saja. Rizka sangat ketakutan. Agnes sudah kembali pada Ayahnya, begitupun Ghani yang berhasil tiba di sana dan menyaksikan kejadian itu. “Ternyata benar kan, perempuan licik ini gak bisa dipercaya, dia memanggil kedua orang ini ke sini.” Ayah Agnes mengira semua itu adalah rencana Rizka. “Lepasin adik aku!” Perintah Abang Rizka. Ayah Agnes malah nekad menggorok leher Rizka. Semua terkejut dengan kesadisan lelaki itu. Sadri segera berlari kepada Rizka. “Rizka!” Dia memeriksa kondisi Rizka. Darah menembus jilbab yang melingkar di lehernya. “Rizka!” Abangnya histeris. Agnes jatuh pingsan. “Habisi mereka!” Perintah Ayah Agnes pada semua anak buahnya. “Apa yang Papa lakuin?” Ghani kecewa pada sikap Ayahnya. “Bawa Kakak kamu!” Perintahnya. Ghani tak dapat menolak, dia menggendong Agnes dan membawanya ke kamar. Sadri menjadi sangat murka, tanpa ampun dia menghajar semua anak buah Ayah Agnes bahkan tak segan-segan menghabisi mereka semua begitupun dengan Abang Rizka. Ayah Agnes melempar pedang untuk melukai Sadri dari belakang tetapi Abang Rizka menghalanginya dan malah dia yang tertusuk pedang. “Abang?” Perasaan Sadri semakin terluka, Sadri mencabut pedang itu dari perut Abang Rizka lalu melemparkan ke arah Ayah Agnes sehingga menembus d**a lelaki itu. Ghani yang baru turun dari lantai atas melihatnya dan dia menjadi salah paham. “Papa!” Ghani berlari menuruni tangga untuk melihat Ayahnya. Abang Sadri sekarat. “Ayo kita pergi, abang pasti masih bisa tertolong.” Sadri hendak membantu pria itu. Namun pria itu malah menolak. “Aku sudah lama dianggap mati di dalam keluarga, bawa Rizka pergi dari sini.” Pintanya. Sadri merasa sangat sedih. Seperti kesedihan yang dirasakan Ghani. Sadri mengangkat tubuh Rizka dan membawanya pergi dari sana. “Tunggu!” Panggil Ghani. Sadri menghentikan langkahnya tanpa menoleh. “Urusan kita belum selesai. Aku pasti akan membalas kematian Papa aku.” Kata Ghani sambil meneteskan air mata. Sadri tak menggubrisnya lagi dia segera pergi dari sana.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
639.9K
bc

TETANGGA SOK KAYA

read
52.2K
bc

Marriage Aggreement

read
87.0K
bc

Setelah Tujuh Belas Tahun Dibuang CEO

read
1.2K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Scandal Para Ipar

read
707.9K
bc

Patah Hati Terindah

read
82.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook