Pesawat yang ditumpangi Reinald sudah mendarat di Bandara Internasional Husein Sastranegara. Suasana langit kota kembang sore itu sedikit mendung. Dengan langkah berat, pria itu turun dari pesawat melewati beberapa buah anak tangga. Hatinya nelangsa, jiwanya dilema. Reinald terus melangkah dengan wajah semakin lemah. Gurat kebahagiaan yang terpatri di wajahnya beberapa hari yang lalu, sirna sudah. Bisnis yang sudah mati-matian ia rintis dari nol, kini hancur. Reinald dan keluarganya masih terus melangkah dengan gontai menuju luar bandara. Mereka sudah memesan taksi yang memang sudah tersedia di bandara itu. Reinald terus nelangsa, ia tak banyak bicara. Sementara Mira juga diam seribu bahasa. Ada sesuatu yang disembunyikan oleh wanita iu. Sebuah dugaan yang mengarah pada seseorang. Tapi

