PROLOG
Aku berjalan di tepi jalan, mengenakan jaket tebal berwarna coklat, sepatu boots untuk menutupi kaki ku dari dingin nya salju di musim ini, dengan syal yang ku lilitkan di leherku untuk menghangatkan tubuhku. Dan jangan lupa, aku selalu ditemani earphone kesayanganku. Berjalan sambil membawa tas ransel di punggungku. Oh iya, aku lupa mengenalkan diriku nama ku Ga Eun aku berusia 25 tahun. Dan di usia yang masih semuda ini aku sudah bekerja di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang elektronik, semenjak aku berkuliah di Seoul University saat aku semester 7. Aku sudah ditarik oleh perusahaan untuk menangani bagian keuangan perusahaan.
Aku duduk di halte menunggu bus seperti biasa untuk membawa ku kembali ke apartemen ku. Di kota yang sebesar ini aku memang tinggal jauh dari orang tuaku. Mereka tinggal di Geochang sebuah daerah kecil di Provinsi Gyeongsang Selatan, Korea Selatan. Semenjak sekolah menengah atas aku memang tinggal di Seoul untuk melanjutkan sekolah yang lebih baik. Dan setiap bulannya mereka mengirimiku uang untuk aku bertahan hidup disini. Setelah lulus, aku mencoba menjadi pekerja paruh waktu. Jangan Tanya kenapa, karena biaya untuk kuliah ku cukup mahal, memang mereka selalu sanggup mengirimiku uang. Tapi aku juga tidak mau selalu merepotkan mereka, selama hampir 2 tahun aku bekerja sebagai paruh waktu. Aku bisa menyewa apartemen kecil di daerah distrik, setidaknya bisa kan untuk tidur dan beristirahat.
Aku berjalan di lorong apartemen menuju tempatku. Lelah setelah bekerja seharian, biasanya ketika aku lelah. Aku langsung tertidur tanpa membersihkan tubuhku terlebih dahulu, karena memang sangat lelah. Terserah kalian mau menyebutku dengan sebutan jorok, karena memang seperti itu keadaannya. Aku membuka pintu apartemenku, meletakkan tasku diatas kursi kerjaku. Dan seperti dugaan kalian aku langsung menuju tempat tidurku. Menatap langit-langit atap apartemenku, sunyi dan hening. Aku sudah biasa dengan semua ini, dan asal kalian tau. Aku dulu tidak seperti ini, menjadi wanita yang menyedihkan. Tetapi, beberapa tahun yang lalu aku mengalami hal yang membuatku seperti ini. Aku sudah coba untuk pergi ke psikiater, tapi kurasa itu hanya membuat diriku lebih buruk.
“Taehyung-ah”
“Eoh”
“Apa kau lupa? Aku akan pergi ke toko buku untuk mencari beberapa buku referensi untuk tugas ku minggu ini.”
“Carilah”
“Apa kau tidak ingin mengantarku? Kita tidak punya banyak waktu luang untuk sekedar mengobrol.”
“Ga Eun-ah, aku sangat ingin mengantarmu. Tapi..”
“Appa-mu menyuruhmu pergi menemui para investor lagi?”
Taehyung hanya mengangguk. Dia Min Taehyung, kekasihku. Kami sudah menjalani hubungan spesial selama satu setengah tahun terakhir, dia adalah lelaki terbaik dalam hidupku. Dia tinggi, memiliki senyum yang sangat khas dan dia juga memiliki mata seperti elang. Tajam dan mengintimidasi ketika dia sudah berbicara hal serius. Kami memiliki perbedaan 3 tahun, dia yang lebih tua, dia sekarang bekerja di perusahaan ayahnya dan dia tidak punya banyak waktu hanya untuk mengantarku ke suatu tempat. Seperti sekarang ini. Jujur saja aku kecewa saat dia akhir-akhir ini tidak punya banyak waktu untukku, tapi aku juga tidak bisa menyalahkan dia atas semua ini.
“Baiklah, aku akan pergi sendiri. Jangan lupa memberi kabar ketika kau sudah selesai”
“Pasti, telpon aku ketika kau sudah sampai di toko buku”
“Hhmm.. Oppa?”
“Kenapa?”
“Uang ku tidak cukup untuk membayar minuman ini. Kau saja yang bayar” kataku sambil menunjukkan gummy smile ku. Taehyung terkekeh “baiklah, biar aku saja yang bayar. Cepat pergilah sebelum kau ketinggalan bus”. Aku mengangguk sambil membawa tas ranselku aku pergi ke arah Taehyung dan mencium pipinya sekilas. Entah ini kebiasaan atau memang sudah menjadi candu untukku ketika aku berpisah dengan Taehyung , aku selalu mencium pipinya.
Aku melihat banyak pejalan kaki melintasi tepi jalan selama perjalananku menuju tempat toko buku. Ada orang tua dengan segala kesibukannya, ada siswa yang dengan ceria berjalan sambil bersanda gurau dengan temannya. Ahh, bahagia memang bisa melihat orang lain tersenyum. Sampai pada akhirnya aku teringat dengan tugasku yang menumpuk bagai cucian kotor. Aku langsung membuka tas ranselku dan merevisi beberapa tugas yang menurutku masih kurang bagus. Setelah hampir lima belas menit aku sudah tiba di toko buku. Aku mencari beberapa referensi buku yang hampir sama dengan tugas yang kukerjakan, saking seriusnya aku hampir lupa untuk memberi kabar kepada Taehyung.
Lelaki itu, bila aku tidak memberinya kabar. Maka aku akan mendapatkan tatapan yang mengerikan seperti tatapan seorang malaikat pencabut nyawa. Menyeramkan. Aku merogoh saku ku dan mengambil barang persegi pipih dan menekan tombol untuk menelpon Taehyung.
“Nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi” suara dari seberang line “Eoh? Mungkin dia sedang sibuk dengan kliennya” lalu tanpa pikir panjang aku hanya mengirimi dia pesan singkat.
“Oppa, aku sudah sampai di toko buku. Aku akan pulang selepas jam 7 malam, jemput aku jika kau sudah membaca pesanku”
Dia memang begitu setiap sedang bertemu atau rapat dengan klien dia selalu mematikan handphone nya, katanya dia ingin focus ke pekerjaannya tanpa ada yang mau mengganggunya. aku mencari buku untuk tugasku tanpa sadar aku melihat benda yang melingkar di pergelangan tanganku menunjuk kan pukul tujuh lebih empat belas menit. Aku membuka ponselku dan berharap dia akan membalas
“Aku sudah di depan toko, cepatlah keluar ketika kau membaca pesanku” tanpa sadar ada senyum yang mengembang di wajahku. Aku segera merapikan buku-buku ku dan keluar menemuinya, benar saja ada mobil berwarna hitam. Lengkap dengan seseorang bagai pangeran sedang menunggu di dalam mobil sana, aku langsung menyeberang dan masuk kedalam mobil.
“Sudah menunggu lama?”
“Tidak, baru saja. sekitar lima menit” dia langsung menyalakan mobil dan menancap gas menuju apartemenku. “Bagaimana bertemu dengan investor hari ini?” aku menoleh kearah Taehyung “berjalan dengan lancar, dan mereka akan menanam saham nya diperusahaanku” dia bercerita sambil menatapku sekilas dengan senyum yang membuat hatiku luluh. “baguslah, kau memang yang terbaik oppa” kataku sambil menunjukkan senyum yang paling mempesona “berhentilah menggodaku Eun-ah” katanya sambil tertawa menunjukkan seyum kotaknya “aku tidak menggodamu, kau saja yang berpikiran seperti itu” hari ini terasa menyenangkan pulang bersama orang terkasih dan melihat pemandangan kota Seoul di malam hari. Adalah hal yang paling membuatku merasa senang.