- 6 -

1681 Kata
“Yoi, mau gabung gak, Re?" Tanya Fahlan, yang juga mengenal Regal. Sebenarnya semua teman-teman Ayla cukup mengenal Regal meski cowok itu jarang berkumpul dengan mereka. Mereka kan satu jurusan, lagipula setiap jurusan di setiap angkatan hanya memiliki dua kelas yang letaknya bersebelahan, tentu saja mereka saling mengenal. Hanya saja, Ayla bahkan tidak terlalu kenal dengan teman sekelasnya, apalagi seluruh anak Pemasaran seangkatannya. "Enggak kayaknya, Lan. Gue mau pinjem helm dong, Yal." "Itu lo udah bawa helm." Azrial menyaut sambil menunjuk helm yang ada ditangan Regal. "Yaelah, Yal. Masih aja kaku. Regal kan tukang ojek, butuh helm dua buat penumpang." Ayla tertawa kecil mendengar ucapan Fahlan. Tangannya tetap mengupas kulit jagung, bahkan perhatiannya tak teralihkan. Tadi Regal sempat melihat Ayla yang menenggakan kepala saat ia datang, dan hanya mendengus saat mengetahui bahwa itu adalah Regal. Regal jadi penasaran, bagaimana cara Azrial, Fahlan, dan Satrya bisa akrab dengan cewek ini? "t*i lo, Lan! Jones mah gak bakal paham." Regal nyengir lebar setelah berkata demikian. "Helm ngojek lo yang biasa mana emang, Re?" Tanya Azrial yang ikut menyebut Regal tukang ojek. "Kebawa sama Alfia pas kemaren gue anter pulang sekolah." "Terus sekarang elo bukan mau jalan sama Alfia?" "Yaa bukanlah, Alfia bukan cewek gue juga." Azrial hanya menggelengkan kepalanya. Regal sama sekali tidak berubah sejak mereka SMP. Tidak pernah puas dengan satu cewek. Yaa memang Regal tidak pernah selingkuh saat pacaran, paling cuma nganter pulang cewek lain atau sesekali jalan. Kata Regal, itu tidak masuk kategori selingkuh, kan ia tidak pacaran dengan dua cewek sekaligus. "Masih Febi, kan?" Azrial berdiri, lalu berjalan memasuki rumahnya untuk mengambil helm. "Masih dong." Meski tidak ikut bicara, Ayla mendengarkan obrolan Regal dengan Azrial dan Fahlan. Jadi Regal punya pacar? Lalu Regal juga sering mengantar pulang cewek yang bukan pacarnya? Dan kemarin, di kantin, Regal terang-terangan mendekatinya? Ayla berdecak. Ia mulai paham cowok macam apa Regal ini. Suara motor lain mendekati pekarangan rumah Azrial. Satrya dan Chica baru saja datang. Chica segera turun dari boncengan Satrya dan mengambil beberapa kantong plastik dari motor Satrya. "Mana dagingnya?" Ayla segera bertanya melihat kedatangan Chica. "Daging apaan?" Chica yang tidak mengerti dengan pertanyaan Ayla hanya meletakan kantong-kantong plastiknya ke lantai teras Azrial. Ayla membuka plastik belanjaan Chica tersebut, dan mengangkat isinya dengan tatapan sengit pada Fahlan. "Daging apaan, nih?" Ayla melotot pada Fahlan, menunjukan satu pack sosis ayam. "Daging itu, La. Itu rasa daging ayam, kalo ini rasa daging sapi, kalo ini rasa ikan." Fahlan menunjukan berbagai sosis, bakso, dan otak-otak pada Ayla sambil nyengir. Satrya yang berjalan mendekat dan duduk di sebelah Fahlan, bingung dengan percakapan Fahlan dan Ayla. "Kenapa emang?" Tanya Satrya, cowok yang menurut Ayla dan Chica paling ganteng diantara mereka. Ganteng banget malah. "Tadi Ayla nanya elo sama Chica kemana, gue bilang aja beli daging. Ini benerkan daging. Ada daging ayam, sapi, ikan. Gue gak bohong." Mereka tertawa mendengar cerita Fahlan. Dan Ayla menangkap Regal ikut mentertawakannya. Apanya yang lucu sih? "Ini penipuan namanya!" "Elo aja yang gak realistis, La. Patungan lima belas ribu mau beli daging. Daging apaan? Daging tikus." "Sakit ya, Ay, di php-in?" Regal ikut berbicara, membuat Ayla mengarahkan pandangannya pada cowok itu. Tatapan tajam yang mengisaratkan agar cowok itu diam sih tepatnya. "What? Ay? Panggilan macam apa tuh?" Oh-s**l! Ayla baru menyadarinya. Cowok itu sedari kemarin memang memanggilnya dengan penggalan namanya yang berbeda dari orang lain. Alih-alih memanggilnya 'La', Regal malah memanggilnya 'Ay'. Kalau saja Chica tidak seketika heboh saat mendengarnya barusan, mungkin Ayla tidak sadar juga. "Gue mencium adanya aksi modus receh si Regal nih." Chica kembali bersuara, dan mengarahkan tatapannya pada Regal. "Gue juga. Malah kemaren tuh anak ngikutin Ayla ke kantin." Azrial keluar dari rumahnya dengan membawa sebuah helm yang segera ia berikan pada Regal. "Eh, kok lo tau, Yal?" Mata Regal tampak terkejut dengan ucapan Azrial. "Mata gue kan mata dewa, apasih yang gak gue tau." "Itu guekan aus, mau beli es. Bukan ngikutin Ayla kok. Kebeneran aja dia ada disana." Regal berusaha membela dirinya. "Nontonin gue makan juga kebeneran ya?" Tanpa disangka, akhirnya Ayla mengeluarkan suara, membuat semua mata menoleh ke arahnya. Ayla bukan tipe orang yang kepedean apalagi kegeeran, dia cuma mengucapkan apa yang ingin keluar dari mulutnya. Lagian, jelas banget kalo kemarin, dari sekian banyak bangku di kantin, ngapain Regal harus duduk dibangku meja yang sama dengannya? Pake menanyakan hal-hal yang gak penting juga. "Fix, La! Lo harus hati-hati. Buaya ini beneran ngincer lo sekarang. Pokoknya jangan hiraukan segala modusan sampah nan receh si Regal," dengan berapi-api Chica menperingatkan Ayla, dengan Regal yang masih ada disana. Azrial, Satrya, dan Fahlan hanya tertawa melihat Regal yang kini melongo kearah Chica. Bacot Chica emang paling bagus kalo ngatain orang. "Ngomongin buayanya bisa gak nanti setelah gue pergi, Ca?" Regal bersiap menyalakan mesin motornya serta memakai helm. "Kalo ngomongnya pas elo udah pergi, jatohnya malah gibah. Masa gue dapet dosa cuma gara-gara elo." Saut Chica santai Regal menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Chica, tanpa menjawab lagi dia segera menggas motornya untuk keluar dari pekarangan rumah Azrial. *** Jadi, gue menghabiskan waktu malam gue yang berharga cuma buat bakar-bakar sosis begini? Inimah beli di abang-abang juga gak sampe lima menit." Ayla masih mendumal, merasa kesal dibohongi sedemikian rupa, dengan mulut yang melahap bakso-bakso tusuk hasil bakar-bakarannya. "Gak tau diri tuh temen lo, Ca. Ngoceh tapi sosis ama bakso udah mau abis." Satrya menggeser nampan berisi sosis, bakso, dan otak-otak dari hadapan Ayla. Jika tidak diselamatkan, bisa-bisa makanannya benar-benar habis. "Kan gue udah merelakan lima belas ribu gue, kalo gak makan gue rugi dong." "Kalo gak mau rugi, lo gelar karpet aja depan rumah Azrial, kan banyak yang lewat, jualan deh lo sana. Dapet laba deh." Satrya kembali menjawab, gemas dengan Ayla. "Jiwa dagang banget sih lo, mentang-mentang anak pemasaran. Untung ganteng." Chica dan Azrial yang mendengar tak kuasa menahan tawanya. Untuk mereka yang tidak mengenal Ayla, mungkin Ayla terlihat kalem dan tidak banyak tingkah. Ayla sama sekali tidak kalem, ia hanya tidak peduli dengan urusan orang, jadi tidak banyak bicara. Seperti yang Ayla katakan, Satrya memang ganteng. Tepatnya paling ganteng diantara teman-temannya. Azrial kan gak ganteng-ganteng amat, Fahlan apalagi. Yang jelas, siapapun yang melihat Satrya, first impression pasti akan berkomentar jika cowok itu ganteng. "Ganteng juga mubazir, La. Masih jomblo aja." Azrial kini ikut berbicara, dengan tangannya yang memasukan sosis ke mangkuk sambel kecap. "Yaiyalah, lo pepet terus. Ngeri cewek juga ngedeketinnya, disangkain gak straight." "Yaampun, itu mulut minta dicabein banget ya, kalo ngomong." Azrial menjejali sosis berlumuran sambel kecap ke mulut Ayla. Ayla yang tidak menyangka dengan gerakan Azrial, tak mampu mengelak saat mulutnya dijejali sosis berlumuran sambal kecap. Ayla kini misuh-misuh sambil berdiri, mencari air es di kulkas Azrial. Kini mereka sudah tidak di teras rumah Azrial, setelah semua jagung, sosis, dan yang lainnya selesai dibakar, mereka menghabiskan makanannya di ruang tengah rumah Azrial. "b******k ya si Azrial, gue gak suka cabe mentah, tau!" Ayla kembali mengomel, sambil membawa botol besar berisi air es dari kulkas yang berada di dapur. Ketika kembali ke ruang tengah, mata Ayla menangkap satu orang yang tadi tidak ada bersama mereka. Rupanya Regal lagi. Sepertinya cowok itu sedang mengembalikan helm yang tadi dipinjam dari Azrial. "Udah yuk, pulang. Anak gadis gak baik pulang malem-malem. Merasa tersaingi gue sama si Fahlan yang udah pulang dari jam setengah sepuluh." "Iya bener, La. Sok imut banget si Fahlan jam setengah sepuluh udah pulang. Itumah alesan dia doang karena gak mau bantuin beres-beres." Chica ikut menimpali ucapan Ayla. "Ini gibah loh, Ca. Tadi elo sok-sokan gak mau gibahin gue." "Inituh diskusi, bukan gibah, tau!" Dan Regal tidak pernah mengerti jalan pikiran cewek, mana yang termasuk gibah, mana yang termasuk diskusi. Saat baru datang tadi, dari luar Regal sempat mendengar perdebatan antara Ayla, Satrya, dan Azrial. Ternyata Ayla ini tidak pendiam-pendiam amat, dan sisi itu hanya terlihat ketika Ayla bersama orang-orang tertentu. Yang pasti Regal bukan salah satunya. Tapi, bagaimana jika Regal bergabung dengan teman-teman Ayla? Mungkinkah sikap Ayla terhadapnya tidak seskeptis sebelumnya? "Yuk, Sat, anter gue balik." Chica segera mengambil helmnya untuk pulang. "Pada maen pulang aja, terus ini yang cuci piring siapa?" Azrial menunjuk pada perabotan kotor hasil dari bakar-bakar sosis malam ini. Chica yang sudah berjalan sampai pintu dengan helm ditangannya menoleh sebentar, "yaa elo lah, piring-piring elo, masa kita yang nyuci." Satrya tertawa mendengar balasan Chica, tidak mau menjadi sasaran untuk cuci piring, Satrya bergegas mengambil kunci motor dan helmnya untuk segera pulang. "Eh monyet! Maen pada kabur aja." Teriakan Azrial tidak dipedulikan, Chica dan Satrya sudah naik ke motor Satrya. "Lo nunggu gue anter kan, La? Cuci piring dulu." Azrial menoleh pada Ayla yang tersisa, karena Ayla pasti menunggu untuk diantar ke rumahnya. "Yal, gue juga balik ya. Tuh helmnya." Regal juga ikutan pamit, niatnya mampir ke rumah Azrial memang hanya untuk mengembalikan helm. Ayla yang menjadi sasaran Azrial, segera berbalik badan dan berjalan cepat mengikuti kepergian Regal. "Gue balik sama Regal." Seketika Ayla menarik tangan Regal untuk berjalan cepat meninggalkan rumah Azrial. "s****n ya lo pada! Awas sih maen ke rumah gue lagi!" "Azrial berisik! Udah malem." Suara Ibu Azrial terdengar dari lantai dua, kamar Ibunya. Ayla yang sudah di depan rumah Azrial, tertawa mendengar teriakan Ibu Azrial. Regal yang tadi sedang mengeluarkan motornya dari pekarangan rumah Azrial, terdiam sesaat melihat tawa Ayla. Jadi, cewek ini bisa tertawa? Manis sekali. Melihat motor Regal sudah berdiri disampingnya, Ayla segera naik ke boncengan motor Regal dengan santai. "Rumah gue gak jauh dari sini kok. Gak lewat jalan raya, jadi gaperlu pake helm." "Perasaan, gue belom setuju buat nganter lo." Regal balas bersuara, merasa sedari tadi ia seperti terhipnotis saat Ayla menarik tangannya, dan melihat tawa cewek itu. Kini Regal berusaha mengontrol situasinya. "Nanti gue bayar, anggep aja gue naik ojek." "Kecuali kalo lo besok mau jalan sama gue." "Hah?" Benar kata Chica, Regal memang buaya yang handal. Ayla harus hati-hati. "Gue mau cuci piringnya Azrial aja." Ayla bergegas untuk turun dari motor Regal. "Eh, eh, becanda, Ay." Regal seketika mencegah Ayla untuk turun dari motornya. Ia tertawa. Tentu saja Regal hanya bercanda. Ia tau, mengajak jalan Ayla tidak akan semudah itu. Bisa mengantar Ayla pulang dan mengetahui rumahnya aja, itu sudah pencapaian luar biasa. ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN