Semesta Membalas dengan Cara Yang Lain

1579 Kata

Mobil berhenti di halaman besar rumah Mahendra yang kini tampak jauh berbeda. Cat dinding luar berganti warna menjadi putih gading dengan aksen batu alam. Lampu taman berkilau lembut, dan aroma bunga melati dari pekarangan depan menyambut begitu pintu mobil dibuka. Mikayla terdiam cukup lama. Tangannya menggenggam erat jemari Arsenio yang dingin namun mantap. Napasnya terasa berat, bukan karena takut, tapi karena setiap langkah menuju rumah itu seperti menginjak kenangan lama yang penuh luka. “Tidak apa-apa,” ucap Arsenio tenang. “Tidak ada yang bisa melukaimu di sini lagi.” Mikayla menatapnya sejenak. Ada keyakinan di mata pria itu, juga kepemilikan yang begitu kuat hingga tak memberi ruang untuk ragu. Ia mengangguk perlahan, lalu mengikuti langkah Arsenio melewati pintu utama yang ter

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN