Sebuah mansion yang begitu megah nan mewah kini tengah di hebohkan dengan teriakan si pembuat onar kakak beradik itu. Arkan yang selalu mencoba berulah untuk menjahili sangat kakak yang menurutnya lebih pantas menjadi adik darinya.
"Arkannnn!!!!"
"Nih!!! ambil nih kalau bisa!" Ledek Arkan yang jelas membuat Zara semakin tambah kesal.
Zara berlari menuju lift untuk melaksanakan sebuah rencana. Ya, jika adiknya bisa, kenapa ia tidak?
Setelah pintu lift terbuka, dengan cepat Zara memasuki kamar Arkan dan melangkah cepat menuju walk in closet milik adiknya itu. Dengan teliti ia mencari baju kesayangan Arkan.
"Gotcha!"
Zara menemukannya, kemudian ia berlari menuju nakas di samping tempat tidur Arkan dan mencari sesuatu untuk kelangsungan misinya.
"Ketemu! rasain lo... gue bales nih!"
Zara keluar dari kamar Arkan dan ia berdiri tepat di pembatas pagar lantai tiga yang bisa melihat ruang tengah dan tempat dimana Arkan berada.
"Arkan!" Panggil Zara dengan sedikit keras membuat sang empunya nama menengok ke arahnya.
Arkan melihat Zara yang tengah memperlihatkan baju di tangan sebelah kirinya dan gunting yang ada di tangan kanan membuat Arkan berteriak histeris.
"ZARA!!! BAJU KESAYANGAN GUEEEEE!!!!"
Namun, bagai lubang telinga yang termasuki tutut, Zara mengabaikan panggilan adiknya. Dengan tanpa belas kasih, ia menggunting bajunya menjadi dua bagian.
"ZARA!!!! GILA LO YA!!!"
"Salah sendiri cari gara-gara sama gue!"
"s**t!!! AWAS AJA LO YA! GUE SUMPAHIN JOMBLO SEUMUR HIDUP!"
"Ada apa ini? Pake sumpah-sumpahin segala."
"Mom... liat tuhhh... Zara gunting baju kesayangan aku, Mom."
"Kakak, Arkan. Ingat, Zara itu kakak kamu."
"Hufftt... iya, kakak gunting baju aku, Mom."
Athena mengelus rambut Arkan dengan sayang. Satria yang melihat itu pun menggelengkan kepala dan langsung terduduk di sofa single tepat di hadapan Arkan.
"Besok beli lagi kan bisa, Dek."
"Tapi itu kesayangan Arkan, Dad."
"Yaudah, besok minta belikan kakak kamu aja buat ganti bajunya."
"Wahh... ide bagus, Dad. Pokoknya Zar– eh, kakak harus beliin Arkan baju baru."
"Hm... " gumam Satria kemudian menatap pada istrinya dengan lembut.
"Sayang, tolong panggil Zara untuk datang ke ruanganku."
"Okey." Athena pun segera bangkit dari duduknya, namun, dengan cepat di cegah oleh Satria yang ternyata kini tengah berada di belakangnya.
Satria menatap lembut mata Athena dengan begitu mesra membuat seseorang di antara mereka menghela nafas dan berteriak, "wait, Dad. Tahan! Biarkan Adek pergi dulu!"
Melihat kelakuan anak bungsunya, membuat Athena menggelengkan kepala seraya tersenyum manis. Hal itu membuat Satria semakin merapatkan tubuhnya pada Athena. Seringai pun muncul di kedua sudut bibir Satria.
"Sayang, kamu semakin hari semakin cantik."
"Gombalnya...."
"Aku serius sayang," dan tanpa kata lagi, Satria langsung mencecap bibir merah cherry yang selalu menjadi favorite nya itu.
"Emmhh..."
Athena berusaha menahan agar tak kehilangan kontrolnya. "Sayang, ingatkah kita sedang berada dimana?" Ucap Athena yang membuat Satria mengedarkan pandangannya.
"Tapi disini sepi."
"Suamiku... ingat! Sekarang kita sudah punya dua anak, kita gak bisa seenaknya."
"Hufftt... okey, kalau gitu, kita ke kamar sekarang."
Satria mengetikkan pesan pada Zara yang menyuruhnya menunggu di ruang kerja. Setelah mendapat balasan dari putri cantiknya, Satria dengan cekatan membawa Athena ala bride style.
"Tapi, bukannya kamu ada yang mau di bicarakan dengan Zara?"
"Itu bisa nanti, biarkan kakak nunggu aja, sekarang kamu dan aku lebih penting."
Athena yang mendengar itu pun hanya bisa terkekeh merasa malu akan apa yang di ucapkan oleh suaminya.
~~~~~
Ruangan penuh dengan buku serta meja kerja yang tersedia membuat gadis cantik itu tak pernah bosan sama sekali. Bahkan, kini tangannya tengah menjelajahi beberapa judul buku yang cukup menarik untuknya.
Namun, gerakannya terhenti kala suara pintu terbuka dan menampilkan sosok pria yang sangat tampan dan itu adalah daddy nya.
"Ada apa Daddy panggil kakak kesini?"
"Sorry mengganggu waktu istirahatmu , Sweetie."
"It's okay, Dad. Jadi?"
Dalam otaknya berkecamuk beberapa pemikiran yang tentu sudah menjadi tugasnya.
"Kamu akan Daddy pindahkan sekolahnya ke Azfary Internasional School."
"What??? Dad! Please... Don't do that! Aku gak mau satu sekolah sama Arkan."
"Ini untuk misi sayang."
"But, please dad... Kakak gak mau...."
Dia bersungguh-sungguh mengatakannya. Astaga!!! Apa jadinya jika ia satu sekolah dengan adiknya yang super duper jahil itu. NO!!!!
"Ariezka Zara Satria. Ini perintah!"
Mendengar hal itu, Zara hanya bisa menundukkan kepalanya pasrah.
"Okay, aku terima."
Satria yang mendengar itu pun langsung tersenyum dan bangkit dari duduknya. Pria tampan yang kini tengah menjadi seorang hot daddy itu pun memeluk putri kesayangannya.
"Tugasnya mudah."
"Memangnya apa itu?"
"Jaga adik kamu selama di sekolah."
"What?!! Dad.... Please!!!"
"Adik kamu sekarang selalu di ikuti oleh beberapa orang mencurigakan, sepertinya itu musuh dari daddy. Jadi, daddy mohon, jaga adikmu."
Tidak akan ia biarkan siapa pun berani menyakiti keluarganya. Walau banyak pertengkaran antara Arkan dan Zara, namun mereka tetap saling menyayangi. Dan inilah saatnya Zara memperketat pengamanan untuk keluarganya.
Zara kini tengah mengamati ponselnya dengan begitu serius dengan punggung yang ia sandarkan pada kepala ranjang. Namun tak berapa lama, seseorang datang dan menghancurkan konsentrasinya.
"Zara!!!! Lo harus tanggung jawab! Pokoknya sekarang juga lo harus ganti baju gue!"
"Kakak."
"Alahh... Cepet lah Zar!"
"Yang sopan!" Nada bicara Zara yang tak biasa membuat Arkan akhirnya mengangguk setuju.
"Kak Zara... ganti baju adek sekarang juga. Gamau tau, HARUS SEKARANG!"
"Siap-siap dulu sana!"
Arkan pun berlari keluar seraya berseru dengan riangnya. Akhirnya ada kesempatan menguras dompet sang kakak.
Kembali lagi ke Zara yang kini fokus pada ponselnya. Chat dengan sahabatnya yang selalu menjadi partner dalam kerjanya.
Me :
Udah lo cek?
T :
Hm, emang bener ada yang incar dia. Ini lebih berbahaya. Sebaiknya lo jangan sampai terpancing juga.
Me :
Memangnya kenapa?
T :
Cih, ternyata rencana mereka bisa terbongkar dengan mudahnya.
Me :
Apa?
T :
Sedang mengetik pesan....
Suara pintu kamarnya kembali membuyarkan konsentrasi Zara. Namun apalah daya Zara sekarang karena kini tengah melihat adiknya dengan style santai namun memancarkan ketampanan seorang Satria.
"Ayo kak, keburu malem nih."
"Hm..."
Zara pun bangkit seraya mengambil dompet dalam tas sekolahnya.
"Lo pake beginian?" Tanya Arkan pada Zara membuat gadis cantik itu mengerutkan kening dan menatap kembali tampilannya.
"Emang kenapa?"
"Pake baju tidur? Seriously?!"
"Terserah gue dong."
"Please Kak, jangan buat adek tampan lo ini malu. Ganti! Ganti!"
Dengan terpaksa, Zara pun mengganti bajunya dengan style yang selalu ia pakai. Kaos polos longgar berwarna putih dengan celana jeans panjang hitam. Tak lupa juga topi yang kini tengah ia balikkan kebelakang.
"Ayo."
"Sip lah... kalo gini kan baru enak di liatnya." Zara yang mendengarnya pun hanya bisa menghembuskan nafas lelahnya.
"Kenapa gue bisa punya adek kayak dia?!" Batin nya seolah menangis tak percaya akan ke tidak sopanan adiknya itu.
~~~~~