Sekutu

2149 Kata
Part 14 Beberapa hari setelah menjadi sekretaris… Sena hampir saja mengundurkan diri setelah tau apa yang dia rencanakan tidak sesuai yang dia pikirkan. Presdir perusahaan Dominic bukan Thomas melainkan anak tertua mereka. Sena pikir tidak akan secepat itu untuk mewarisi perusahaan sebesar itu kepada anak mereka, ditambah Thomas masih baik baik saja dan masih sanggup untuk memimpin perusahaan. Beruntung Stevan memberikan solusi lain, sebulan plan B mungkin masih bisa Sena lakukan.             “Dekati saja anaknya, dia mungkin bisa menuntunmu menuju sang tuan” Itu yang Stevan katakan dan membuat Sena mengurungkan niatnya untuk berhenti. Sena tidak habis pikir untuk menjadi sekretaris di perusahaan Dominic yang sebelumnya dia hanya ingin balas dendam. Tapi tidak buruk juga, toh dia bisa menjadapat gaji lebih untuk membiayai kuliah Demian setelah adik laki lakinya itu mengatakan lolos ujian masuk universitas. Sena yang tidak mau Demian kuliah di universitas tidak terlalu terkenal seperti dirinya, membuat Sena berfikir ribuan kali untuk mencari uang. Untuk saat ini Demian masih belum tau apa yang Sena rencanakan, dia hanya ingin Demian fokus kuliah dan untuk masalah ini Sena akan mengurusnya sendiri. Beban yang Sena bawa memang cukup berat, ditambah dia sebisa mungkin memgurusnya sendiri dan memikirkannya sendiri. Sudah beberapa hari Sena bekerja disini dan banyak yang harus dia pelajari dan cukup membuat dirinya bekerja keras karena banyak hal yang dia tidak ketahui, beruntung Devi sekretaris sebelumnya sangat membantu Sena.             “Sampai sini kau paham Sena?”             “Ah aku mengerti, mungkin masih belum terbiasa hehe” “Dimana Alex?”             “Ah anda datang Presdir” Sena yang sedang fokus mendengarkan penjelasan Devi langsung melihat siapa yang datang tanpa permisi, dengan wajah arogan ditambah beberapa orang dibelakangnya yang Sena perkirakan mungkin mereka adalah anak buahnya, mungkin.             “Presdir?” Sena melihat Devi yang awalnya begitu ramah dengan wajah yang baik baik saja, tiba tiba berubah hanya karena melihat siapa yang datang.             “Siapa?” Devi menghentikan aktivitasnya, berdiri dan menunduk hormat pada laki laki paruh baya itu.             “Tuan muda sedang di ruangannya, saya antar silahkan” Mereka langsung masuk keruangan Alex dan kini Sena sendiri, dia terus berfikir siapa laki lakiparuh baya itu, terasa tidak asing tapi Sena masih tidak tau. Sena berusaha mengingat tapi kejadian masa itu terlalu berat yang membuat Sena masih trauma, mengingat itu sama saja mengingat bagaimana kecelakaan itu terjadi. Sena memilih untuk diam, berhenti memikirkan hal itu dan memilih untuk bersantai sambil menunggu Devi keluar. Sena masih memainkan handphonenya sedari tadi, menghubungi adiknya mengenai apa yang dia lakukan hari ini. Awalnya dari pagi tidak ada yang mengejutkan, bahkan dari pagi Alex juga terlihat sibuk. Devi juga mengatakan jika pekerjaan Alex cukup banyak jadi maklum jika Alex hanya menyapa pagi hari dan sibuk sampai sekarang.             Papanya? Pesan balasan dari Demian membuat Sena terdiam, tidak terpikir oleh Sena laki laki paruh baya itu adalah keluarga Alex, yang dia pikirkan mungkin saja client penting. Jadi… Dia Thomas, sang tuan. Seseorang yang dia cari selama ini. d**a Sena terasa sesak tangannya mencekram dengan erat, matanya memerah dan wajah yang menahan emosi, bahkan kini matanya tertuju pada gunting disebelahnya. “Tenang Sena, ini bukan saat yang tepat” Mungkin benar kata Stevan, terlalu terburu buru tidak baik dan mungkin saja presentase gagal lebih besar yang ada malah membuat dirinya dipenjara tanpa melakukan apa apa. Sena memasukkan handphonennya buru buru saat pintu ruangan Alex terbuka, berdiri dan menunduk sopan.             “Dia yang menggantikanmu Dev?” Sena melirik sedikit, laki laki paruh baya ini membicarakannya ternyata. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya yang masih menahan emosi.             “Iya Presdir, dia Sena. Sena?”             “Ah selama siang Presdir” Sena memperkenalkan diri dengan sopan dan senyum manis, sedangkan sang lawan bicara hanya diam dengan wajah sombong lalu pergi tanpa mengucapkan apapun. Sena melihat Devi yang menggeleng pelan lalu ikut mengantar laki laki paruh baya itu, diikuti oleh Alex dan beberapa orang seperti anak buahnya. Bento? Sena yakin laki laki dibelakang Thomas itu adalah kaki tangannya, Bento. Sena ingat bagaimana wajah penuh dosa itu terus dalam ingatan Sena. Sena berusaha untuk menutupi semuanya, dia bahkan tau siapa mereka tapi harus berpura pura untuk tidak tau. Setelah hari itu Sena langsung menghubungi Stevan, menemui laki laki itu mungkin hal yang bagus.             “Stev”             “Sena, kau baru pulang?” Stevan datang dengan pakaian rapinya, tetap tampan tentu saja.             “Iya, aku masih menemani Presdir untuk makan malam”             “Wah kau sudah melakukan rencanamu ternyata”             “Tidak juga, ini hal yang tidak terencanakan, dia yang mengajakku. Terlalu sulit stev”             “Kenapa? Untuk pura pura tidak tau?” Sena hanya mengangguk, mengingat bagaimana tadi dia terlihat bodoh dan berusaha untuk tidak tau.                  “Terlebih Alex terlihat banyak menutupi sesuatu”             “Alex? Ah anak Thomas, ada apa memangnya?”             “Entahlah, aku belum yakin dan masih mencari tahu apa yang terjadi”             “Ingat Sena jangan terburu buru, aku tidak mau kau berakhir menyedihkan dan sia sia, walaupun sebenarnya aku ingin kau melupakan balas dendam ini”             “Stev”             “Iya aku tau, orang tuamu tidak bersalah mungkin tapi kita juga tidak tau apa yang terjadi Sena, aku tidak berprasangka buruk pada orang tuamu tapi ini demi kebaikanmu juga, aku yakin mereka tidak mau kau melakukan ini”                  “Aku tidak bisa, ini terlalu sulit Stev, setidaknya aku harus tau apa yang membuat mereka membunuh kedua orang tuaku”             “Setidaknya jangan mengotori tangamu dengan darah mereka, buat mereka terlihat tersiksa tanpa kau melukainya” Sena melihat Stevan, terdiam dan mencerna kalimatnya.             “Maksudmu?”             “Kita ubah rencanamu Sena, akan aku jelaskan nanti sekarang kau pulanglah, Demian pasti menunggumu” Sena cukup penasaran dengan maksud Stevan, tapi melihat jam sudah hampir tengah malam membuatnya mengurungkan dan memilih untuk pulang. Esoknya Sena berusaha untuk tidak pulang terlambat, dia ingin menemui Stevan lagi dan memanyakan apa yang dia rencanakan.             “Kau sepertinya begitu penasaran”             “Jelaskan saja”             “Duduklah, aku pesankan minuman” Ingin rasanya Sena menolak, karena yang dia butuhkan bukan minuman atau tempat nyaman untuk mengobrol, tapi kalimat yang akan Stevan katakan.             “Jadi…” Stevan menjelaskan perlahan, beberapa kali Sena terlihat tidak setuju namun Stevan selalu mengatakan semua butuh proses. Mendengarkan dengan seksama perkataan laki laki itu.             “Bagaimana?”             “Hmm apakah kau yakin?”             “Aku lebih yakin dengan rencana ini daripada rencanamu sebelumnya, kau sudah mengkoreksi beberapa jadi setidaknya kau lebih paham” Sena terdiam, berfikir sejenak apakah rencana Stevan benar benar mampu dia lakukan dan bisa berakhir sukses.             “Balas dendam tidak melulu soalny darah dibalas darah Sena, kau bisa melalukan lebih dari itu tanpa menghancurkan dirimu dan Demian, pikirkan itu” Benar kata Stevan, jika saja dia bisa balas dendam tanpa membuat dirinya masuk penjara dan malah menghancurkan hidup Demian, itu lebih bagus lagi. Ditambah Stevan mengatakan aka nada keuntungan dibalik itu. Tidak semua hal yang Stevan rencanakan dia katakan, Stevan ingin Sena melakukannya dengan pelan pelan tanpa terburu dan malah merusak semuanya.             “Pulanglah, pikirkan itu dirumah” Sena pulang, dirumah Demian sudah menunggunya untuk makan malam.             “Aku kira kau akan terlambat lagi”                             “Tidak, aku berusaha untuk pulang tepat waktu dan makan malam bersamamu” Semalaman Sena tidak bisa tidur, memikirkan tiap kalimat yang Stevan katakan, beberapa kali dia merasa setuju tapi mengenai hal lainnya Sena cukup ragu untuk melakukannya. Hari ini Alex mengatakan jika akan bertemu dengan Thomas dan Davis, yang Sena ketahui David adalah adik tirinya. Sena kini mulai mahir untuk bisa menyembunyikan emosi diwajahnya saat berhadapan dengan Thomas, hanya saja terkadang rasa kesalnya menghantui dirinya. Pagi itu Sena sudah bersiap dengan segala hal, namun ternyata malah dia menerima kabar jika Alex sakit, sebenarnya tidak banyak yang dia persiapkan untuk bertemu dengan Thomas dan David, Stevan mengatakan untuk bersikap biasa dan cari sekutu untuk memuluskan rencananya, Sena tidak berpikir untuk menjadikan David sekutunya, tapi jika itu memungkinkah bisa saja terjadi. Sena berlari mencari taxi setelah mendengar kabar jika Alex sakit, beruntung supir Alex datang menjemput. Seharian yang Sena lakukan hanya menjaga Alex, memastikan laki laki itu makan dan minum obat. Jika bertanya apakah Sena menyukai Alex jawabannya adalah tidak, sama sekali Sena tidak memiliki perasaan apapun pada bosnya itu, jika Sena cerewet dan perhatian itu hanya pekerjaan yang dia lakukan saja, tidak lebih. Siang harinya dia bertemu dengan client, Max. Laki laki cuek yang Sena tau adalah client penting dan cukup sibuk. Setelah Stevan mengatakan untuk mencari sekutu, Sena berusaha mencari tau tentang kepribadian keluarga Alex maupun rekan bisnisnya yang bisa saja Sena ajak bekerja sama. Sebuah kesamaan bisa saja membuat seseorang cocok dengan Sena.             “Mungkin bukan Max” Sepulang dari rumah Alex, Sena bertemu dengan Stevan lagi. Padahal Sena mengatakan jika mereka tidak boleh sering bertemu, Sena tidak mau Stevan terlibat dengan dirinya, tapi Stevan seakan tidak peduli, dia mau membantu Sena.             “Bagaimana?”             “Aku belum menemukannya, terlalu sulit mengetahui kepribadian orang dan mau ikut membantu”             “Pasti ada orang yang sama sepertimu Sena, dari keluarga atau rekan ada saja yang tersenyum busuk padahal ingin menusuknya dari belakang” Benar juga, tidak ada orang yang sempurna dan penuh kebaikan, pasti ada saja salah satu dari mereka yang membenci keluarga Dominic.              “Aku akan mencarinya lagi, bersabarlah”             “Lebih cepat lebih baik, terlalu lama membuat Dominic berkuasa akan bertambah sulit untuk bisa masuk dan merusaknya”             “Cepat atau lambat aku akan bertemu dengan keluarganya, dari sana aku akan berusaha untuk mendapatkan sekutu”             “Jangan terlalu terpaku pada seseorang yang memberi senyumnya padamu dan bersikap baik, bisa saja mereka malah membencimu”             “Lalu aku harus melihat yang seperti apa Stev??”             “Kau akan tau, buatlah Alex membawamu kekeluarganya, itu dulu yang terpenting” Benar, membuat Alex percaya dengan dirinya sepenuhnya adalah kunci emas, tapi Alex masih sakit dan bagaimana caranya agar Sena bisa bertemu keluarganya jika bukan Alex yang mengajak Sena.             “Sulit, Alex tidak terlalu akur dengan keluarga itu”             “Bagus”             “Bagus?”             “Iya bagus, berarti Alex tidak percaya dengan keluarganya sendiri, dengan begitu dengan adanya dirimu dan membuatnya menyukaimu maka kau akan dia percaya, apapun yang kau katakan akan dia lakukan Sena” Stevan benar benar bisa diandalkan, jika sudah terlalu menyimpan dendam, pikiran untuk menyusun rencana hanya sebatas membuat seseorang itu merasakan apa yang orang tuan Sena rasakan.             “Berpikirkan jernih Sena, kau terlalu terpaku pada balas dendammu” Sena pulang, memang hanya Stevan yang bisa diandalkan untuk bisa berbagi cerita. Esoknya ternyata Alex melanjutkan rencananya untuk bertemu papanya dan David, Sena mengatur ulang jadwal Alex untuk bisa bertemu keluarganya. Tempat sudah ditentukan dengan susah payah, ditambah Devi tidak bisa ikut, itu berarti Sena harus mengurus semuanya dan bertemu Thomas seorang diri dengan Alex. “Kau cantik, Alex pintar memilih pengganti Devi” Satu hal yang Sena tau dengan pertemuan pertamanya dengan David adalah, David bukan orang yang cocok untuk diajak bekerja sama, dia terlalu menyebalkan untuk bisa menjadi rekan Sena. “Jangan terlalu terpaku pada seseorang yang memberi senyumnya padamu dan bersikap baik, bisa saja mereka malah membencimu” Benar kata Stevan untuk tidak terlalu terpaku pada orang baik yang belum terlihat aslinya, tapi Sena yakin jika David bukan orang yang tepat terlebih setelah Devi mengatakan jika David adalah orang yang ingin merebut kekuasaan di perusahaan Dominic. “Dia Bento, orang kepercayaan papa” Benar, laki laki yang masih Sena ingat saat pertemuan pertamanya. Sena ingat laki laki yang mengeluarkannya dari dalam mobil terbalik tapi nyaris membunuhnya juga. Sulit memang untuk bisa mengatur emosinya disaat Sena bertemu dengan dua orang yang dia cari selama ini, bertahun tahun Sena mencarinya dan kini mereka berada didepan Sena. Jika saja Stevan tidak menyuruhnya untuk bersabar, detik ini juga Sena sudah melayangkan pisau makan dan garpu keleher Thomas dan Bneto, tapi setelah dipikir pikir hal itu bisa saja tidak terjadi tapi malah membuat dirinya dalam masalah. “Minggu depan pulanglah, sudah lama kau tidak pulang kerumah” Ucapan Thomas sedikit membuat Sena berharap Alex menyetujuinya, ingin rasanya Sena cepat cepat menemukan rekan untuk melanjutkan rencana Stevan. Dia hanya butuh mendapatkan rekan agar bisa mengetahui apa yang direncanakan Stevan selanjutnya. “Aku sudah selesai, aku kembali kekantor dulu ada banyak pekerjaan” Setelah sedikit pertangkaran antara adik kakak dan papanya itu, Alex memilih pulang. Hubungan mereka memang kurang baik, Sena semakin yakin jika Alex bisa saja dengan mudah dia atur. Tinggal menunggu waktu untuk menggenggam Alex. Alex tidak tau jika ketidak tahuan Sena hanya sebuah kepura puraan, kebaikannya hanya sebuah jalan agar memuluskan rencananya, dan rasa suka yang dia timbulkan dalam hati Alex hanya sebuah media balas dendam orang tuanya. Alex terlalu menyepelekan Sena, padahal kepolosan wajah Sena adalah pisau bermata dua untuk dirinya dan keluarganya. Alex memang membenci keluarganya, tapi tidak pernah terpikir oleh dirinya untuk menghancurkan keluarganya sendiri, mungkin ada tapi itu hanya emosi sesaat. Sena? Alex bahkan sudah mulai menyukai gadis itu sejak awal pertemuan mereka, Alex menyukai gadis yang menurutnya menarik.             “Aku tidak akan melepaskanmu, Tuan”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN