Dianiayai

1131 Kata
Pagi ini Umay bersama dengan mama dan papanya sedang sarapan bersama, salah satu kegiatan wajib di keluarga mereka. "Kenapa kamu diam aja, Umay? ada masalah?" tanya Bima dingin. "Gak," jawab Umay singkat. "Kok ketus gitu sih jawabnya? ini papa kamu loh, bukan musuh kamu," tegur Bima tak suka. "Musuh berkedok papa," balas Umay enteng. "Umayy!!" bentak Bima emosi. Meli menghela nafasnya. Dia tau kalau situasi seperti ini pasti akan terjadi. "Maksud kamu apa ngomong seperti itu? papa sayang sama kamu, jangan jadi anak durhaka hanya karena laki-laki gak jelas itu!" "Yang papa bilang gak jelas itu laki-laki yang mencintai aku dengan tulus, laki-laki yang selalu ada buat jagain aku," balas Umay cepat. "Kamu selalu saja bilang seperti itu! mau sejuta kali pun kamu bilang begitu, papa tetap gak akan setuju sama hubungan kalian berdua!" kekeuh Bima. "Terserah deh, pa. Punya tubuh masing-masing, bisa mikir masing-masing, tau yang mana yang baik dan buruk untuk diri masing-masing, tapi masih tetep aja kekeuh dengan ngurusin percintaan orang lain. Ck, aneh." Dengan berani Umay langsung berdiri dan pergi meninggalkan mama dan papanya. "Liat itu anak kamu, karna laki-laki itu dia jadi anak pembangkang!" Bima bicara pada Meli. Meli tersenyum miring. "Capek nurutin egois papa terus. Umay juga punya hak untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Kenapa papa yang harus memaksakan kehendak? jadi apa gunanya Umay hidup di dunia ini kalau untuk urusan cintanya saja papa yang menentukan. Terserah papa lah, mama capek. Terus aja egois, nanti juga papa bakalan ngerasain sendiri bagaimana akibat dari keegoisan papa itu." Meli juga berdiri, meninggalkan sang suami sendiri di meja makan. Bima tercengang. Bagaimana bisa istri yang selama ini nurut dengannya tiba-tiba berani melawannya. Bima menyeka rambutnya. "Kenapa akhir-akhir ini semuanya jadi berat sih? mereka selalu bilang aku egois. Tapi aku begini juga ada alasannya. Aku gak mau kalau anakku akan sakit hati nantinya. Aku ngebesarin Umay dengan penuh kasih sayang, aku gak akan rela jika ada laki-laki yang menyakiti hatinya," ujar Bima lirih. "Mereka gak ngerti gimana caranya seorang papa melindungi anak perempuannya. Mereka hanya bisa menilai dari luar, bahkan mereka gak tau bagiamana rasa cinta dan kasih sayang seorang papa pada anak perempuannya di balik sikap galaknya ini." Bima menghela nafasnya berat, keluarganya sangat sering cekcok akhir-akhir ini. Bima mengambilkan tas kerjanya, lalu dia langsung pergi meninggalkan rumah. Lebih baik ke kantor dan menyibukkan diri dengan pekerjaan dari pada setres dengan keadaan keluarga yang sedang riuh. ***** "Ma, Umay mau pergi dulu ya," pamit Umay pada Meli. "Mau ke mana, sayang? diantar supir ya," tawar Meli. "Umay cuma mau nenangin diri aja kok, ma. Gak ke mana-mana, palingan juga cari angin bentar. Umay gak mau sama supir, Umay mau sendiri aja," jawab Umay jujur. "Yaudah, jangan lama-lama ya. Nyetirnya jangan ngebut-ngebut, jangan banyak pikiran juga di jalan, bahaya. Yang fokus kalau nyetir, lupain aja masalah kamu sama papa kamu, nanti mama coba ngomong sama papa." Meli tersenyum manis pada Umay. "Makasih, mama, Umay pergi dulu ya." Umay pamit, lalu dia langsung pergi meninggalkan rumah dengan terburu-buru. Di dalam mobil. "Aku bingung mau ke mana, sakit kepalaku mikirin papa. Gimana aku mau nikah kalau restu aja gak bisa dapat. Papa itu aneh, seperti gak pernah muda aja." Umay memijat pelipisnya yang pusing. Dia menyetir dengan satu tangan. "Rasanya pengen kabur dari rumah, biar papa tau kalau aku itu cuma mau restu, itu aja, gak yang lain," lanjut Umay kemudian. "Seandainya aku bisa menghilang seminggu aja biar papa bisa berubah pikiran, mungkin aku akan ngelakuin itu. Tapi sayangnya aku takut, takut kalau kesehatan papa malah semakin drop kalau aku ngilang tanpa kabar." Umay bingung harus melakukan apa. "Ya Allah, gimana ya caranya dapat restu. Padahal mas Raka uda baik banget sama aku dan keluarga, tapi bisa-bisanya papa ngebenci mas Raka hanya karena catatan hitam mamanya. Papa benar-benar gak adil." Umay mengeluh kesal. Drtt drtt drtt drtt ... Ponsel Umay berdering, menampilkan panggilan dari 'Mas Raka ❤️' "Mas Raka," gumam Umay pelan. Lalu dia langsung mengangkat panggilan dari Raka. "Kamu di mana, sayang?" tanya Raka to the point. "Aku lagi di jalan ini, mas," balas Umay sambil menyetir. "Di jalan mana? kamu lagi nyetir? kamu mau ke mana? sama siapa?" tanya Raka cemas. "Lagi di jalan Flamboyan ini, mas. Iya aku nyetir, gak tau ini mau ke mana. Mau cari angin aja biar kepalanya gak riweh," jelas Umay jujur. "Aku ada di dekat jalan Flamboyan ini, kebetulan mau pulang. Kamu pelan-pelan ya, nanti aku susul. Bahaya banget kamu naik mobil sendirian, kurang kerjaan. Bukannya sama supir malah sendiri-sendiri, khawatir aku sayang," ungkap Raka cemas dari sebrang sana. "Yaudah aku jalan pelan-pelan ya, mas. Aku tunggu, ini lagi nyetir, susah kalau tangan satu. Aku tutup dulu, mas, love you." Tuttt tuttt tuttt ... Umay mematikan panggilan secara sepihak. Dia takut kalau terjadi apa-apa karena menyetir tangan sebelah. "Kebetulan banget mas Raka ada di dekat sini," "Itu lah yang dinamakan jodoh gak akan ke mana." Umay tersenyum bahagia. Jika menyangkut Raka, moodnya pasti akan membaik. "Ke mana-mana jumpanya mas Raka juga. Mas Raka benar-benar cinta banget sama aku. Aku pergi sendirian aja dia khawatirnya make banget." Umay kembali senyum-senyum sendiri. "Coba aja papa ngerti perasaan aku dan mas Raka lebih dalam dan mengesampingkan egonya, pasti saat ini aku dan mas Raka uda sah jadi suami istri." Umay menghela nafasnya. "Tapi sayangnya papa benar-benar ego-" Pranggg!!! "Aaaaa!!!" Citttttt ... Umaya langsung mengerem mobilnya secara mendadak. "Keluar lo!!" dua orang berpakaian serba hitam langsung menyuruh Umay keluar dari dalam mobil. Dua orang itu juga yang memecahkan kaca mobil Umaya sampai-sampai Umaya mengerem mendadak. "Si-siapa kalian? tolong jangan apa-apain saya. Kalau kalian mau uang dan mobil, ambil aja. Tapi saya mohon jangan ganggu saya." Umay sudah mengkerut takut. Tubuhnya menggeletar hebat menahan rasa takutnya. "Gue gak butuh harta lo!! gue butuh nyawa lo!! keluar!!!" Prangg!!! "Aaaaa!!! tolong!!" Umay kembali menjerit saat dua orang misterius itu kembali memecahkan kaca mobil bagian penumpang. "Ma-mas Raka, mas Raka tolong aku," cicit Umay pelan. "Kalau lo gak mau keluar, kita yang bakalan nyeret lo keluar!!" kedua lelaki itu membuka paksa mobil Umay dengan segala cara. Mulai dari memecahkan kaca mobil hingga mengakalinya dengan alat-alat bengkel lainnya. Sampai pada akhirnya pintu mobil Umay terbuka lebar. "Ayo keluar!!" salah satu dari mereka menyeret Umay paksa. "Jangan!! jangan apa-apain saya, saya gak kenal kalian!!" Umay masih memberontak. "Saya bakalan kasih berapa pun yang kalian mau, asal kalian melepaskan saya. Tolong lepasin saya!!!" Umay kembali memberontak, mengeluarkan semua tenaganya. "Dasar cewek anjing!! keluar!!" Plakk!!! Lelaki itu menampar pipi Umay dengan keras. Umay langsung diam, menahan rasa sakit yang menjalar di pipinya. Seumur hidup, ini pertama kalinya Umay ditampar oleh seseorang. "Ayo keluar!!" lelaki itu kembali menyeret Umay keluar mobil. "Lepasin!!! lepasin!! tolong!!! tolong!!! tolong saya!!!" Plakk!!! "Berisik, anjing!!" Lelaki itu kembali menampar pipi Umay, kali ini lebih kuat sampai-sampai hidung Umay mengeluarkan darah
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN